Aku Tahu Ayah, Dalam Hatimu Pastinya Sedih Melihat Aku dan Ibu yang Harus Berjuang Mencari Nafkah

Pekerjaan sekecil apapun kau terima, meskipun dengan upah tak sepantasnya.

Setelah kecelakaan yang menimpa ayah awal 2016 lalu, mengharuskan beliau tidak bisa sepenuhnya total dalam menjalani aktivitasnya. Gerak sedikit sakit. Angkat junjung sedikit, juga sakit. Iya benar. Selain karena tubuhnya yang mulai renta, tak bisa terelakkan juga banyaknya sakit yang juga beliau derita.

Advertisement

Hampir setiap malam kudapati beliau susah sekali untuk tidur. Terkadang, beliau sampai tidur di bangku teras rumah. Tak jarang pula, ketika aku tak sengaja terbangun dari tidur, kudengar ada suara ketukan piring di dapur. Iya, aku tahu, itu pasti ayah sedang mengambil sedikit nasi putih untuk mengganjal perutnya. Beliau sering kewalahan menahahan rasa perih di lambungnya, yang bisa datang kapan saja.

Saat sedang enak-enaknya menonton televisi bersama ibu, tak jarang ayah mengagetkan kami dengan keluhan sakit kepala atau darah tingginya. Ribuan pil mungkin sudah beliau konsumsi. Bolak-balik berobat juga sudah beliau lakukan. Tapi, semenjak beliau tidak bekerja, kulihat raut sedih beliau. Meskipun tidak begitu diperlihatkannya. Namun, sebenarnya aku tahu, kalau beliau sedih tidak bisa memberikan nafkah seperti dulu saat masih sehat dan lancar pekerjaan. Ditambah lagi dengan sakit yang beliau derita, yang pastinya membutuhkan uang untuk pengobatannya.

Hal yang paling membuat aku tak kuasa, ketika beliau meminta padaku uang untuk sekedar membeli roti kesukaannya. Aku tahu beliau sebenarnya juga tak mau untuk meminta padaku. Namun, beliau terpaksa melakukannya, mungkin karena memang benar-benar tak ada uang yang beliau pegang. Aku tahu beliau pasti sedih tidak bisa menjadi ayah yang seutuhnya seperti sedia kala, sewaktu masih sehat.

Advertisement

Ditambah lagi dengan saudara tiriku yang tidak bekerja. Anaknya juga sering sakit pula. Aku tahu, bukannya beliau semakin sembuh, tapi justru banyak pikiran karena memikirkan persoalan keluarga. Sebagai seorang anak, siapa sih yang sanggup melihat keadaan ini?

Saat ini aku dan ibu memang yang sedang berjuang untuk mencari nafkah, juga merawat ayah di rumah. Namun, aku tak kuasa menahan tangisku, ketika melihat ayah termenung di teras rumah, menunggu aku dan ibu pulang dari bekerja. Jujur ketika aku menulis ini, air mataku rasanya tak dapat kubendung lagi. Aku belum tahu bagaimana cara membantu beliau.

Advertisement

Setiap beliau tidur, aku selalu melihat keadaan beliau. Aku melihat beliau duduk dan melipat tangan. Kudengar lirih suaranya memanjatkan permohonan. Meskipun aku tak bisa mendengar apa yang sebenarnya dikatakan oleh beliau. Malam berikutnya, ketika ayah tidur, aku melihat kembali keadaannya. Sampai hari ini aku terus memantau keadaan beliau. Tak jarang beliau juga memergokiku melihatnya. Ketika beliau bertanya, aku hanya menjawab, "Tidak ada apa-apa, yah". Yang kulihat apakah ayah masih menghembuskan nafasnya? Dari gerak perut beliau yang buncit aku melihat beliau masih bernafas. Entah kenapa perasaan takut kehilangannnya sangat besar bagiku.

Sampai suatu hari, kalau aku tidak salah sekitar satu mingguan yang lalu, ada seseorang yang menawari beliau pekerjaan. Meskipun pekerjaan yang terbilang kecil. Namun, beliau sangat senang sekali. Tapi, ada satu hal yang membuatku tak habis pikir. Ayahku mendapatkan upah yang bagiku tidak sesuai dengan pekerjaanya kali itu. Hatiku rasanya sakit sekali. Perjuangan ayah untuk bisa kembali bekerja sampai seperti ini. Aku tahu beliau pasti kecewa dengan apa yang didapatnya, namun beliau tetap tersenyum dan memberikannya pada ibuku.

Mungkin beliau tidak bisa membaca tulisanku ini, tapi ada satu hal yang perlu beliau tahu. Aku sangat bangga padanya. Semenjak ibuku menikah dengan beliau, aku baru mengerti bagaimana rasanya memiliki seorang ayah. Kutahu usia juga kondisi tubuh beliau tak lagi bisa normal seperti waktu muda.

Namun, aku percaya semangat beliau untuk tetap bisa bertanggung jawab di tengah kondisi sakit seperti ini, membuatku semakin semangat untuk meraih impianku. Tetaplah bertahan, Yah.  Meskipun saat ini ayah masih berjuang untuk mencari pekerjaan kembali. Aku dan ibu akan terus berjuang mendampingi.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Bukan sekedar hobi melainkan memberi arti.

CLOSE