Altruisme: Mementingkan Orang Lain daripada Diri Sendiri

Altruisme

Seperti yang kita tahu, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Manusia tidak dapat hidup sendiri, dalam menjalani kegiatan sehari-hari kita membutuhkan orang-orang disekitar kita untuk menemani, membantu, hingga mendukung kita agar mampu dan kuat menjalani hari.

Advertisement

Ngomong-ngomong soal membantu, pernahkah kamu bertemu dengan orang yang baik sekali bahkan terlihat seperti seorang peri? Mereka dengan senang hati membantumu ketika kamu membutuhkan sesuatu, berbagi, bahkan mendahulukan kepentinganmu dibandingkan dirinya sendiri.

Pernahkah kamu bertemu dengan seseorang seperti itu? Atau apakah kamu seseorang yang selalu berbuat baik dengan orang-orang disekitarmu? 

Nah, di artikel ini Satu Persen ingin membahas lebih lanjut mengapa seseorang bisa melakukan hal-hal baik, bahkan hingga mendahulukan kepentingan orang lain dibandingkan kepentingan dirinya sendiri. Untuk membahas hal tersebut, salah satu teori filsafat yang membahasnya adalah Altruisme.

Advertisement

Kamu pernah mendengar istilah tersebut? Di beberapa artikel altruisme disebut sebagai lawan kata egois. Benarkah begitu? Egois seperti yang kita tahu merupakan sifat seseorang yang lebih mementingkan diri sendiri dan tidak peduli dengan sekitarnya, lalu apa itu altruisme? Apakah altruisme merupakan sifat seseorang yang lebih mementingkan orang lain dibandingkan dirinya sendiri? Dan mengapa orang melakukan hal tersebut? Yuk kita bahas sama-sama.

Altruisme merupakan istilah yang pertama kali diciptakan oleh seorang filsuf yang bernama Auguste Comte. Kata ini berasal dari bahasa Perancis yaitu Autrui atau yang dalam bahasa Latin disebut Alteri yang memiliki arti orang lain. Dimana altruisme ini berarti suatu perilaku yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain.

Advertisement

Seseorang yang memiliki perilaku altruisme ini akan menolong orang lain karena murni keinginannya sendiri, bukan karena merasa bahwa hal tersebut merupakan sebuah keharusan, atau karena alasan tertentu, bahkan mereka ketika membantu orang lain tidak mengharapkan imbalan tertentu dari orang lain.

Bagaimana bisa seseorang bisa berkeinginan mensejahterakan orang lain? Mementingkan orang lain, bahkan dalam kasus tertentu ditemukan bahwa perilaku altruisme yang ekstrim dapat membahayakan dan merugikan seseorang yang melakukannya. Bagaimana perilaku ini muncul?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita akan membahasnya melalui beberapa aspek yang membuat seseorang bisa berbuat baik terhadap orang lain bahkan menomor duakan dirinya. 

Respon Otak

Ketika seseorang menolong orang lain atau melakukan perilaku altruisme, otak kita akan memberikan respon yang membuat kita merasa bahagia, dan bagian otak yang aktif adalah amigdala dan korteks prefrontal yang mengatur emosi manusia. Bagian otak ini mengaktifkan pusat reward di otak, sehingga respon ini membuat seseorang merasa bahagia hingga “ketagihan” ketika membantu orang lain. 

Lingkungan

Sebuah studi yang dilakukan di Stanford University menunjukkan bahwa interaksi dan hubungan dengan orang lain memiliki pengaruh yang besar pada perilaku altruisme. Dalam studi lainnya juga ditemukan bahwa lingkungan sosial memiliki pengaruh yang besar pada perilaku altruisme khususnya pada anak-anak. Anak-anak akan mengamati tindakan menolong dan menirunya.  

Norma Sosial

Salah satu hal penting yang juga dapat mempengaruhi munculnya perilaku altruisme pada seseorang adalah norma, aturan, dan ekspektasi masyarakat sekitar. Manusia akan cenderung merasa gak enak, atau merasa “harus” membantu orang lain jika orang tersebut sudah melakukan sesuatu untuknya, ini merupakan contoh dari norma timbal balik. Perasaan ini yang ternyata dapat memunculkan keinginan untuk menolong orang lain. 

 

Ketika membaca artikel ini, apa yang kamu rasakan? Apakah kamu familiar dengan perilaku ini? Altruisme ini sering kali dikaitkan dengan fenomena yang lagi banyak terjadi akhir-akhir ini yaitu people pleaser atau yang lebih sering kita kenal dengan orang yang gak enakan.

Nah, apakah kamu termasuk orang yang juga merasa kesulitan untuk berkata “tidak”? Mungkin kamu akan merasa bahwa perilaku tersebut termasuk perilaku altruisme. Namun, kamu perlu menyadari apa yang kamu rasakan, bagaimana perasaanmu ketika membantu atau memenuhi keinginan orang lain? Apakah kamu merasa bahagia karena telah membantu? Atau kamu merasa berat ketika membantunya?

Nah, kamu perlu menyadari dulu batasan yang membedakan antara altruisme dan people pleaser. Kamu bisa nonton video Satu Persen berikut Buat Kamu yang Sering Merasa Gak Enakan (Filosofi Altruisme).

Tentunya, menjadi people pleaser bukanlah hal yang baik untuk dirimu, perilaku menolong yang seharusnya memberikan rasa nyaman, bahagia, malah membuatmu merasa tidak berdaya bahkan dapat mempengaruhi kesehatan mental.

Jadi, kenali dulu apa yang sebenarnya kamu rasakan, tidak ada yang salah ketika kita memang selalu ingin membantu orang lain atau berbuat baik kepada orang-orang disekitar kita, namun kamu tetap harus memperhatikan diri sendiri juga ya, jangan sampai kita malah tidak berbuat baik pada diri kita sendiri.

Okey, sekian dari aku hari ini. Terima kasih kamu sudah membaca artikel ini, semoga apa yang aku tulis dapat memberikan pencerahan dan pandangan baru tentang perilaku menolong atau altruisme ini, thank you!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Platform tempatmu berkembang menuju #HidupSeutuhnya

CLOSE