Andai Aku Bisa Kembali ke Masa Kecil

A letter about my younger self.

Masa kecil adalah masa di mana hari-hari kita hanya merasakan kebahagiaan, senang, tertawa, lari-lari. Kita melihat orang sekitar pun seperti itu, mereka tersenyum, ikut tertawa dengan kita. Kita bahkan tidak tahu apa itu masalah. Masalah apa yang sedang dihadapi orang-orang. Apakah orang ini ada masalah, apakah orangtua kita ada masalah? Jangankan mengetahui itu, kita sendiri pun tidak tahu apa itu arti dari masalah yang sesungguhnya.

Aku bersyukur masa kecilku seperti itu. Bahagia. Aku dilahirkan sebagai anak pertama dan cucu pertama. Yang katanya akan menjadi tulang punggung keluarga nantinya. Tapi, waktu kecil aku tidak tahu sama sekali itu. Aku disambut dengan baik oleh keluarga besar, kakek dan nenekku juga bahagia dengan kehadiranku karena aku cucu pertama mereka. Apapun akan mereka lakukan untuk aku. Kurang bersyukur apa aku ini.

Aku dilahirkan di keluarga sederhana. Semua yang dibutuhkan cukup, tidak perlu lebih. Namun aku rasa waktu kecil aku minta apapun aku bisa mendapatkan itu. Mamaku seorang ibu rumah tangga, yang mana aku setiap hari pasti bersama mamaku. Aku tidak kekurangan kasih sayang dari orangtua ku. Mereka selalu ada.

Tidak lama kemudian adikku lahir. Sampai detik ini, aku tidak pernah menyesal punya adik. Beberapa orang bilang, punya adik itu bisa menjadikan kasih sayang orangtua kita terbagi dua. Mungkin iya, karena orangtua pun harus adil. Tapi aku dan adikku benar-benar akrab. Bertengkar sesekali ya pasti.

Sekarang, setelah kami sama-sama remaja, aku rasa apa yang aku punya, adikku juga harus punya. Juga, jika aku tidak berhasil, adikku harus berhasil. Kemarin, adikku lolos di jurusan kuliah yang aku impikan dari dulu. Aku juga sempat berjuang, dan adikku juga berjuang. Mungkin bukan rezekiku ketika itu, tapi itu adalah rezeki adikku. Aku benar-benar bersyukur ketika itu.

Beranjak remaja menuju dewasa, aku mulai tahu apa itu yang namanya masalah hingga merasakan langsung. Masalah keluarga, masalah pribadi, masalah percintaan, apapun itu. Satu masalah selesai, akan ada masalah selanjutnya. Inilah kehidupan yang sebenarnya. Sudah waktunya aku tidak bergantung ke orang lain lagi. Sudah waktunya aku menjalani hidupku sendiri.

Benar bapakku bilang, beranjak dewasa nanti aku akan merasakan yang namanya real life.

Tapi, ini perlu diingat. Jangan selalu stuck di masa lalu, itu juga tidak baik. Kita masih punya masa depan, yang harus digunakan sebaik mungkin. Jangan sampai ada penyesalan. Harus punya masa depan yang lebih baik dari sekarang, menjadi orang yang lebih baik dan berguna.

Dibalik itu, kita jangan lupa bersyukur. Bersyukur masih diberi kehidupan, masih diberi kesempatan untuk bernafas. Masih diberi kesempatan untuk mendapatkan masalah yang mana kita akan mengetahui apa makna kehidupan yang sebenarnya. Bersyukur masih dipertemukan dengan orang-orang baik di sekitar kita.

Intinya, jangan lupa bersyukur.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Decided to live the rest of my life writing my own stories.