Apa Kabar Kuliner Kita di Kancah Dunia?

Sebuah channel YouTube bernama FUNG BROS mengulas mengenai hidangan-hidangan khas Indonesia.

Mungkin kalian sudah pernah dengar, salah seorang teman penikmat kartun Jepang mengucapkan itadakimasu setiap kalian hendak makan siang bersama sepulang kuliah. Atau salah seorang penggemar berat musik K-Pop yang selalu mengucapkan jalmokkeseumnida ketika hidangan makan malam sudah disediakan.

Advertisement

Mungkin kalian sudah pernah beradu pendapat bersama teman atau pacar, dimana kita akan makan malam? Di restoran Italia yang cozy dan romantis atau rumah makan khas Thailand yang ramai dan seru untuk berkumpul?

Sadar tidak kalau kita sebenarnya sedang mendukung sebuah promosi dan branding sebuah negara? Peristiwa ini dinamakan Gastrodiplomasi. Gastrodiplomasi adalah suatu cara atau strategi dalam mempromosikan sebuah negara melalui kuliner khas yang dimiliki negara tersebut.

Dikutip dari website Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, dikenal istilah people to people contact, artinya sebuah diplomasi suatu negara perlu menerapkan cara diplomasi yang lebih familiar dan ‘cair’. Hal ini ditujukan untuk menargetkan masyarakat sebagai komunitas internasional, tidak hanya di dalam lingkup nasional saja.

Advertisement

Maka dalam hal ini, kuliner menjadi salah satu cara yang paling ampuh untuk mengenalkan sebuah negara kepada seluruh dunia. Buktinya, sekarang kita dengan mudah bisa menemukan mie khas Korea yang sangat pedas itu. Kita juga bisa makan ramen di restoran khas Jepang atau Tom Yum Goong di restoran khas Thailand.

Bagi saya, Korea dan Jepang adalah negara yang sukses melakukan Gastrodiplomasi. Mengapa? Korea dan Jepang tidak hanya mempromosikan makanan mereka. Namun juga tata cara mereka bersantap ria. Mukbang, gaya bersantap khas Korea dengan porsi besar ini, sekarang dikenal banyak oleh masyarakat dunia. Disamping itu, masyarakat Korea selalu mempersilakan yang paling tua untuk menyantap makananya terlebih dahulu, diikuti oleh yang muda.

Advertisement

Dari Jepang, kita mengenal cita rasa umami  yang ideal untuk semua anggota keluarga menjadi kewajiban para ibu (atau bapak) rumah tangga dalam menghidangkan untuk suami (atau istri), dan anak- anaknya. Itulah mengapa ada bumbu penyedap rasa sebagai kebutuhan memasak.

Lalu, bagaimana dengan Indonesia?

Masih ingat dengan World’s 50 Best Food versi CNN? Rendang dan nasi goreng khas Indonesia menjadi peringkat pertama dan kedua makanan terfavorit pilihan pembaca CNN dari seluruh dunia. Sejak saat itu, rendang dan nasi goreng menjadi sorotan dunia.

Sebuah channel YouTube bernama FUNG BROS mengulas mengenai hidangan-hidangan khas Indonesia. Saya amati, setidaknya ada  tujuh video yang FUNG BROS unggah di YouTube yang berisi pendapat mereka mengenai makanan khas Indonesia. Tidak hanya tentang hidangannya saja. Mereka juga belajar bagaimana cara makan khas Indonesia yang hanya memakai tangan tanpa peralatan apapun.

Hal yang sama juga dilakukan oleh First We Feast. First We Feast mengulas makanan- makanan khas Indonesia pada dua video. Presenter First We Feast, Sean Evans, meminta Rich Brian, rapper asal Indonesia, untuk menceritakan mengenai berbagai menu khas Indonesia di sebuah restoran di New York, Amerika Serikat.

Sebagai orang Indonesia, tentunya kita bangga, bukan?

Namun, ada baiknya jika kita mengadaptasi cara masyarakat Korea mempromosikan kulinernya. Dengan adanya budaya Mukbang, masyarakat Korea bisa dengan mandiri mengenalkan kuliner khas mereka melalui siaran broadcasting. Namun, di Indonesia, teknologi digital 4.0 belum secara maksimal digunakan untuk kebutuhan kuliner, terutama di kancah dunia.

Yang mengenalkan kuliner Indonesia di kancah dunia hanya sebatas mereka sudah yang tinggal di luar negeri bertahun- tahun, duta besar, konsul, atau mahasiswa dan pelajar yang sedang mengikuti pertukaran di negara lain. Mengapa kita yang masih di dalam negeri belum ada upaya untuk berpartisipasi mempromosikan negara kita melalui bidang yang paling familiar dan ‘cair’ tersebut?

Walaupun begitu, saya yakin gudeg akan seterkenal sushi, dan lalapan akan seterkenal kimchi. Asalkan kita konsisten mencintai dan mengonsumsi produk dalam negeri kita. Saya sangat bangga dan mengapresiasi Warga Negara Indonesia di luar negeri yang sudah mengenalkan makanan khas Indonesia melalui restoran, festival hidangan, atau hanya sekadar untuk bekal ke kantor atau kampus. Saya kira, jika tidak ada mereka, FUNG BROS, First We Feast, dan beberapa akun lain tidak mengulas mengenai kuliner serta budaya Indonesia.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Berhobi menonton film, menonton YouTube, dan mendengarkan podcast. Sangat menyukai karya- karya dari sutradara Hong Sang-soo. Kenal dekat dengan budaya menonton film terutama sejak bergabung di klub film mahasiswa tahun 2016.

CLOSE