Walaupun Berjarak, Kita Masih Tetap Dekat. Rasa Percaya dan Saling Terbuka Menjadi Kunci Utama

Dekat dengan jarak

Memang tidak begitu lama banget, kalau kriteria LDR itu lebih dari sebulan, dengan jarak pejalan kaki dari kota satu ke kota yang dituju hingga 3 bulan perjalanan malam. Namun LDR itu kami alami juga, hubungan komunikasi hanya lewat Whatsapp dan itupun kami batasi hanya chatting-an tak sampai video call.

Bagi pasangan yang membangun hubungan berawal dari kenalan langsung atau stalking dari instagram lanjut nge-DM calon pacar atau calon pasangan yang didambakan sah. Kami tidak melakukan itu, bahkan Instagramnya calonku ini sudah lama tidak aktif.

Awal pertemuan berawal saat diriku mengantar ibuku mencari teman pondoknya yang sudah lama hampir 27 tahun tidak pernah bertemu kembali. Berangkat berboncengan sepeda motor bertanya kepada beberapa pedagang di kota yang dituju. Hingga terakhir bertanya kepada penjual singkong goreng. Pak tua ini sudah sangat tua rambutnya memutih semua, dan giginya yang tanggal semua menjadikan bicaranya tidak terlalu jelas.

Hingga ketemu rumahnya, disaat itu pertengan bulan Juli real sinetron dimulai, senyum dari putri dari teman ibuku mulai menawan hati. Perkenalan itu dimulai saat setelah aku meminta izin untuk meminta nomor HPnya.

Tak lama setelah meminta nomor HP, setelah aku pulang dari bimbel sekolah aku memulai percakapan dengannya. Layaknya orang yang baru bertemu pertama memang agak canggung. Namun diriku tak mau berlama-lama setelah mengerti sedikit detail dari gadis itu, aku memintanya untuk berkenalan lebih dekat lagi. Dan memang tujuan awal setelah ketertarikan itu aku ingin mengajaknya serius ke perlaminan.

Singkat cerita permintaanku disetujui, dari situlah awal hubungan yang aneh. Hanya bisa lewat chatting-an, masih tidak boleh untuk video call sering-sering, karena masih belum sah. Hubungan yang dijalin hingga masa pernikahan memang tidak lama sekitar 1 bulan dan itu bertemu dirumahnya dengan didampingi oleh ibunya. Karena khawatir jika berduaan bisa menimbulkan fitnah, atau menghindari omongan dari tetangga-tetangganya.

Belajar Saling percaya

Satu bulan dalam masa komunikasi penjajakan pasti mengalami miss communication, apalagi lewat chatting-an Whatsapp dan tidak sampai menggunakan fitur call. Itupun demi menjaga prinsip yang pernah diajarkan di pesantren.

Salah faham atas kata-kata yang dikirim lewat Whatsapp dan menafsirkan sendiri ekspresi yang muncul di emoticon dengan yang aslinya menjadi keunikan sendiri dalam hubungan kami. Namun setelah mengalami komunikasi yang membutuhkan daya imajinasi yang besar itu akhirnya terjadi salah paham.

Marah dan benci kadang menjadikan hambatan komunikasi selanjutnya. Akhirnya dengan belajar untuk terbuka bahwa keaslian dari sikap dan ekpresi memang benar-benar nyata dan bahkan dijelaskan kembali lewat kata-kata. Ekpresi emoticon tidak semua menggambarkan keaslian kondisi hati.

Selain itu si Dia yang diajak komunikasi lewat WA juga menerima penjelasan tersebut, saling percaya ditambahkan saling menerima keterbukaan itulah yang mendasari keberlanjutan hubungan kami. Tidak semua kata-kata yang tertulis dapat menjelaskan ekpresi hati entah bahagia, sedih dan marah yang sering terjadi kesalahpahaman.

Keterbukaan dan saling mempercayai satu sama lain sebagai penguat. Kesalahpahaman yang terjadi menjadi bumbu-bumbu kelezatan hubungan kami dan akan ditandai dengan perlangsungan akad di pertengahan agustus 2019.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis