#BelajarDiNegeriOrang-Pengalamanku Kuliah di Adelaide, South Australia

Pengalaman kuliah di luar negeri dan aktivitas pendamping lainnya selama kuliah

Memiliki pengalaman kuliah di luar negeri tentunya menjadi impian bagi muda-mudi dari berbagai latar belakang. Karena banyaknya permintaan terkait dengan kuliah di luar negeri, tidak heran jika negara mengeluarkan sekian banyak dana sebagai bentuk dukungan yang berupa beasiswa kepada calon-calon pelajar yang hendak menekuni suatu bidang ilmu di negara tertentu.

Advertisement

Tahun 2020 lalu, aku beruntung karena mendapatkan beasiswa Australia Award Scholarship. Aku mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan kuliah S2 di Adelaide, Australia Selatan. Kesan pertama begitu tiba di Adelaide adalah nyaman. Wah, kebayangkan kalo udah nyaman?! Bagaimana tidak, Adelaide merupakan tempat yang jauh dari aktivitas pabrik yang menurutku sangat bising.

Bangunan-bangunan di perkotaan juga merupakan bagunan tua yang dijaga dan dirawat sehingga terlihat seperti nuansa Eropa Klasik. Gedung pencakar langit dapat dihitung dengan jari di tempat ini. Menurutku, kota Adelaide benar-benar sangat cocok untuk mahasiswa.  Kota ini benar-benar sangat unik dan tertata. Pertama, Adelaide di bangun oleh wisatawan-wisatawan asing terutama dari Inggris, Perancis dan Belanda yang berkunjung mengisi waktu liburan mereka. Hal inilah yang membedakan Adelaide dengan kota-kota lain di Australia.

Kota seperti Perth, Melbourne, Sydney dan Brisbane merupakan wilayah dimana dulunya berdasarkan cerita penduduk pribumi di sana, merupakan tempat buangan narapidana yang dijerat hukuman mati. Karena satu dan lain hal, narapidana-narapidana tersebut akhirnya diringankan hukumannya namun mereka harus dikucilkan di suatu pulau yang jarang penghuninya. Hal ini terjadi sekitar puluhan dekade lalu. Karena Adelaide merupakan pengecualian, maka dapat dilihat perbedaan struktur dan tatanan kotanya. Kota Adelaide berbentuk persegi panjang. Jika dilihat pada peta, maka akan jelas terlihat persegi yang terletak dibagian tengah Australia Selatan mendekati pantai ke arah selatan. Luar biasa bukan?

Advertisement

Adelaide bersama dengan Melbourne, Sydney dan Canberra merupakan tempat dengan iklim subtropis. Meskipun salju hanya turun di Melbourne, namun ke empat musim sudah dapat dinikmati di Adelaide. Yang terpenting, meskipun sedang musim panas, namun suhu rata-rata di Adelaide di bawah 200C. Hanya beberapa hari ketika heatwave barulah temperaturnya naik di atas 40. Waw! Musim semi dan musim gugur menjadi musim dengan penampilan yang paling indah. Pokoknya ga kalah keren dengan negara-negara di Eropa dan Amerika.

Di Adelaide sendiri ada tiga universitas ternama di bawah kepemerintahan, yaitu The University of Adelaide, University of South Australia dan Flinders University. Ketiganya merupakan universitas dengan permintaan mahasiswa asing yang tinggi setiap tahunnya. The University of Adelaide merupakan universitasku dan pada tahun ini peringkatnya naik dari 121 menjadi 106 universitas terbaik dunia. Wah… keren kan?!

Advertisement

Kuliah di luar negeri pastinya berbeda dengan kuliah di dalam negeri. Di sana meskipun target sekian kredit (SKS) harus tercapai, namun kita tidak diharuskan selalu ke kampus. Ada sistem semester dan trimester di sana. Untuk sistem semester tentunya sama dengan di Indonesia. Sedangkan trimester lebih mirip seperti caturwulan yang dulu pernah diterapkan di Indonesia masa pemerintahan Gus Dur dan pak Habibie. Nah, jadwal kuliahnya juga bervariasi. Kebetulan aku masuk ke program trimester dengan sejumlah mata kuliah intensif. Biasanya untuk yang intensif, kita hanya perlu masuk kelas sebulan 2-4 kali pertemuan saja. Sisanya mengerjakan tugas. Beda banget dengan di Indonesia yang setiap minggu harus masuk kelas, mengadakan pertemuan tatap muka setiap mata kuliahnya.

Selain kuliah, ada banyak organisasi tersedia di kampus. Mulai dari organisasi intelektual seperti Space, Science, bahasa, organisasi politik, bahkan olahraga. Untuk olahraga juga paling lengkap, mulai naik gunung, renang, hingga permainan bola, semuanya ada. Sayangnya karena aku kuliah S2, waktuku tidak sebanyak anak-anak S1. Aku pernah bergabung dengan debate club, German club, Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA). Semuanya mengesankan. Aku bahkan ingin bergabung ke anime club dan dance club. Tapi karena takut kuliah berantakan, akhirnya aku mengikhlaskannya. Tapi aku menikmati setiap momen di organisasi meskipun melelahkan dan bikin pusing. Tapi pengalaman dan teman-teman yang kutemui merupakan bagian berharga dari keputusan yang pernah ku ambil. Apalagi sekarang aku bergabung dengan Qatar Airways Student Club, aku harap bisa mengembangkan diri melalui ajang ini.

Kuliah di luar negeri memang berbeda dengan apa yang pernah kubayangkan. Ternyata, banyak dosen-dosen di jurusanku yang merupakan non-native speakers. Dengan modal IELTS hanya 6.5, aku pun minta tolong kepada staf di kampus yang bertugas menangani mahasiswa internasional. Aku meminta bantuan kepada mereka agar aku mendapatkan kesempatan untuk memperlancar bahasa Inggrisku. Setiap Jumat aku diminta mengikuti virtual meeting yang disebut CommuniTea.

Awalnya sih kegiatan ini merupakan kegiatan nge-teh sambil ngobrol-ngobrol juga membangun jaringan dengan sekitar. Namun, karena corona menyerang, kegiatan tersebut dilanjutkan secara virtual. Dari sini aku berlatih setiap hari untuk mendengar dan berbicara. Ketika di luar negeri kita harus aktif mencari kesempatan-kesempatan untuk meningkatkan kemampuan kita. Itulah mengapa kita harus mandiri. Kesempatan lain yang pernah ku coba adalah bergabung dengan mentor-mentor dalam bisnis yang disebut network marketing. Seminggu dua kali, mereka mengadakan virtual meeting. Selama 4 bulan mengikuti kegiatan ini, aku merasa lebih baik dalam berbahasa Inggris dan kepercayaan diriku juga meningkat.

Entah apa yang merasukiku. Aku merasa harus memanfaatkan setiap detik di Adelaide dengan sangat baik. Aku mencoba tinggal dengan selain orang Indonesia untuk merasakan perbedaan, tantangan, pelajaran apa yang akan aku dapatkan. Aku juga menjadi sukarelawan di salah satu sekolah di Australia Selatan dengan mengajarkan budaya dan tarian Aceh (saman) kepada anak-anak untuk ditampilkan pada acara di akhir tahun ajaran mereka. Aku juga mencoba bekerja paruh waktu di kebun dan di pabrik.

Semuanya terjadi di waktu yang sangat singkat. Bahkan jika ku bayangkan, seorang aku tidak mungkin melakukan semua itu sekaligus. Bahkan dalam waktu yang lama pun, semua itu belum tentu selesai. Hal ini menyadarkanku bahwa semua yang dijalani akan terasa lebih ringan dari pada dibayangkan.

Tidak lupa jalan-jalan sebagai bentuk apresiasi terhadap diri sendiri. Karena waktu yang terbatas, aku hanya sempat mengunjungi Kota Brisbane dan Great Barrier Reefs di Queensland, Kota Melbourne dan Opera House di Sydney. Untuk nuansa alam, pastinya Australia Selatan menjadi pilihan utama. Selain dekat, wisata alam di bagian ini memang sangat indah. Beberapa tempat yang aku kunjungi yaitu Second Valley, York Peninsula, beberapa pink lakes, sinkhole, Mt Gambier dan masih banyak lagi. Rasa syukur paling dalam yang kumiliki adalah aku bahagia mendapatkan kesempatan untuk kuliah di luar negeri, merasakan pengalaman berinteraksi dengan bangsa yang berbeda budaya dan agama, menikmati indahnya pemandangan di bagian bumi yang berbeda.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE