Menjawab Pertanyaan: Buat Apa Kuliah Kalau Akhirnya Nggak Beneran Kerja?

belum dapat kerja


Lulusan sejarah ngapain?

Advertisement

Kenapa dulu kamu ngambil jurusan sejarah?

Prospek kerjanya gimana?

Menguntungkan atau tidak?


Advertisement

Itu adalah sebagian kecil dari pertanyaan yang berputar di sekeliling saya. Masih banyak lagi pertanyaan yang ada apalagi lingkungan rumah saya yang berada di pedesaan. Kekayaan materi seolah menjadi tolak ukur kesuksesan seseorang.

Pertama kali saya memilih jurusan ketika SMA, jujur saya belum memiliki pandangan ke depan. Terlalu asyik berorganisasi membuat saya sedikit melupakan kehidupan akademik saya. Baru ketika memasuki kelas 3 saya mulai belajar mengejar ketertinggalan saya dari teman-teman kelas saya. Ketika penentuan jurusan dan tempat pendidikan mulai menjadi momok bagi anak-anak kelas 3, saya masih santai. Dengan asal saya memilih jurusan Sastra Jepang dan Ilmu Sejarah di Universitas Airlangga. Meskipun asal, saya sudah merencankan jika saya diterima di salah satu jurusan itu. Saya juga sudah menyiapkan mental ketika nanti saya tidak diterima.

Advertisement

Tuhan berkendak lain. Ketika saya ngugemi kalimat jawa ‘Trimo Ing Pandum’ yang artinya menerima apa adanya, Tuhan memberi saya kesempatan untuk kuliah di jurusan Ilmu Sejarah Universitas Airlangga. Saya senang bukan main. Tapi itu bukan akhir dari kisah ini. Ibu dan kakek saya menolak saya untuk kuliah di sana. Tapi saya berhasil menyakinkan mereka untuk kuliah di sana.

Singkat cerita, saya berhasil menyelesaikan target pendidikan saya sehingga bisa lulus tepat waktu. Di sinilah kemudian terjadi gejolak di hidup saya. Memilih jurusan Sejarah membuat orang-orang di sekitar lingkungan saya men-justice bahwa saya akan bekerja menjadi guru. Tapi mereka salah. Ilmu Sejarah dan Pendidikan Sejarah adalah dua hal yang berbeda.

Setelah lulus saya mencoba mendaftar untuk menjadi ASN, tapi belum rejeki saya. Setelah itu saya ditawari oleh seorang kenalan untuk bergabung menjadi tim pendataan Cagar Budaya di daerah saya. Dari tugas ini saya belajar banyak hal yang belum pernah saya pelajari semasa di bangku perkuliahan. Menjadi tim pendataan juga tidak mudah. Proyek ini sangat bergantung dengan anggaran pemerintah daerah sehingga proyek ini biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Untuk mengisi waktu luang saya membantu ibu saya berjualan. Dari melihat beban kerja ibu saya, saya tidak tega untuk mengambil kerja di luar daerah. Akhirnya saya memutuskan untuk berada di rumah.

Tapi orang-orang melihat saya sebagai seorang pengangguran. Banyak yang bilang ‘buat apa kuliah tinggi-tinggi kalau tidak bekerja?’. Saya heran kenapa  banyak orang yang melihat tingginya pendidikan juga berbanding dengan pekerjaan. Mereka tidak melihat bahwa ibu saya semakin tua dan tidak bisa melakukan pekerjaan yang berat. Jadi saya memutuskan untuk mengambil alih pekerjaan ibu saya sehingga ibu saya dapat beristirahat.

Ada juga yang tanya ‘terus buat apa kuliah sejarah? Tidak menguntungkan’. Mungkin banyak juga yang beranggapan seperti itu. Tapi saya adalah orang yang percaya bahwa pendidikan adalah investasi jangka panjang yang mungkin tidak dilihat sekarang tapi nanti ketika sudah bekeluarga dan terjun di masyarakat. Buktinya, meski saya memutuskan untuk tidak bekerja di luar kota atau daerah, saya masih bisa menerapkan ilmu saya untuk kemajuan daerah. Selain itu saya bisa menjaga ibu saya. Kadang dalam beberapa kegiatan desa, saya juga dipanggil untuk membantu.

Jadi untuk kalian yang meremehkan suatu jurusan, jurusan tidak bisa menjamin pekerjaan yang mapan. Tapi tekad, niat dan pilihan kalian yang menentukan. Dan untuk yang senasib dengan saya meski bukan dari jurusan Sejarah, selamat! Kamu menjadi orang yang tahan banting dengan omongan orang dan jangan berkecil hati karena dunia masih luas.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis
Afi

Newbie.

CLOSE