Benar Aku Mencintaimu, tapi Tunggu Sedikit Lagi, ya? Lukaku Belum Sembuh

Apa kamu bersedia menungguku?

Aku telah membaca surat yang kamu tuliskan, mengenai apakah aku mencintaimu atau sesungguhnya tidak. Sejujurnya, aku merasa telah cukup memberitahumu bahwa aku merasakan perasaan yang sama. Kamu juga tahu, takkan mungkin aku menjalani sejauh ini bersamamu bila aku tak merasakan hal yang sama, yaitu rasa sayang yang muncul dari masing-masing diri kita.

Advertisement

Iya. Aku mencintai dan menyayangimu. Aku pernah berkata bahwa aku bahagia bila aku berbincang denganmu. Aku merasa hari-hariku tidak kesepian lagi karena hadirnya dirimu. Aku juga bertanggung jawab apabila ada hal yang kulakukan dan itu menyakiti hatimu.

Maaf, aku tak pandai mengungkapkan rasa, tapi bisa kupastikan kita akan bersama. Akan kupastikan kita akan bertemu suatu hari nanti. Kupastikan aku akan datang ke sana untuk menemuimu. Untuk memberi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang kerap kali kamu tanyakan padaku.

Tapi, tunggu sebentar lagi, ya? Aku masih harus mempersiapkan diriku untuk bisa bertemu denganmu dan menjalani hubungan yang baru. Menjalani lembaran kisah bersamamu dan membuatmu bahagia nantinya.

Advertisement

Kamu tahu kisah lama yang pernah kuceritakan sebelumnya. Tentang luka yang sama, yang ditorehkan oleh dua orang yang berbeda. Pengkhianatan yang akhirnya membuatku ragu untuk menjalani hubungan. Aku sendiri tidak tahu apa aku telah sembuh atau belum, tapi mengetahui bahwa diriku seolah tak cukup untuk mencintai hingga aku dikhianati membuatku akhirnya introspeksi. Apa salahku hingga mendapatkan luka begini? Aku mencoba memperbaiki diri.

Semua itu membuatku akhirnya membatasi diri dan memutuskan untuk tak memberi sepenuhnya hingga aku hatiku yakin bahwa aku takkan lagi memberikan semua itu kepada orang yang salah. Aku hanya ingin menyelamatkan hatiku dan memiliki waktu untuk diriku sendiri. Apa itu salah?

Advertisement

Maaf karena aku masih takut untuk membangun harapan dan angan. Sebab, aku pernah begitu hidup akan hal itu. Sampai akhirnya aku tahu, hanya aku yang memiliki harapan dan impian itu. Setelah aku tahu rencana yang kuangankan akhirnya hancur tak bersisa, aku takut akan kembali merasakan hal yang sama. Apa kamu bisa memastikan itu semua? Apa kamu bisa membuktikan setia dan perasaanmu itu bukan hanya sekadar kata-kata?

Aku mencintaimu. Aku pun merasakan kehangatan yang sama saat aku memelukmu. Aku juga merasa sedih ketika kamu menangis di hadapanku, selalu ingin menenangkanmu dan merasa bersalah jika aku membuatmu marah atau bahkan kecewa.

Aku melihat dan bisa merasakan ketulusanmu. Aku tahu itu. Hanya saja, tunggu sebentar lagi, ya? Maaf bila aku terkesan egois memintamu untuk menungguku. Aku juga tidak akan melarangmu bila kamu lelah dan memutuskan untuk pergi. Walau sejujurnya aku akan merasa sepi. Tidak mungkin bila aku tidak sedih.

Tapi apa kamu pernah mencoba untuk merasakan rasa cinta yang kuberi melalui perlakuanku padamu? Coba rasakan lagi kehangatan yang kuberi. Aku yakin kamu menyadarinya. Atau mungkin saja perlakuanku masih kurang? Aku akan terus berusaha. Terima kasih karena mau bersabar menungguku dan selalu mencoba untuk mengerti diriku.

Kutegaskan, aku memiliki rasa yang sama. Aku hanya membutuhkan waktu akan semua ini. Sama sepertimu. Aku juga ingin hidup bersama orang yang mencintaiku yang juga kucintai. Kamu tahu di usiaku aku tak mungkin membuang-buang waktu dengan memainkan perasaan. Tentunya aku tak berniat memainkan hatimu karena aku mengerti bagaimana rasanya dipermainkan.

Setelah semua yang kualami, aku takut jatuh lagi. Aku membatasi diri karena aku masih merasakan sakitnya. Namun, bukan berarti aku masih mencintai si pemberi luka itu. Dia meminta maaf dan ingin aku kembali pun aku menolaknya, bukan?

Ketika sebuah luka belum sembuh lalu terpaksa dibuka, apa itu baik? Tidak, kan? Begitu juga dengan hatiku. Aku yakin ini baik untukku dan untuk dirimu. Untuk kita berdua nantinya. Tolong hargai itu, ya? Aku juga merasa sedih sebab semua hal yang kuusahakan seolah tak ada artinya bagimu.

Aku akan menemuimu. Aku akan datang dan memberi jawaban dari kekhawatiranmu yang selalu kamu bagi denganku. Sampai disini, kuharap kamu mengerti. Aku juga mencintaimu. Aku juga menyayangimu. Aku tak pandai mengungkapkannya. Tapi kuharap kamu bisa merasakannya dari caraku memperlakukanmu. Bisakah kamu mempelajari dan berusaha menerima caraku mencintaimu? Bisakah kamu menerima apa adanya diriku?

Tunggu sebentar lagi, ya?

Balasan dariku, sebagai seseorang yang percaya akan tulusnya kasih dan sayangmu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Berdarah Sunda & Betawi, berzodiak Leo, kurang lebih karakternya seperti Dorry di film Finding Dorry.

CLOSE