Siapa sih yang tidak gemar berbelanja pakaian? Terutama pakaian produksi brand terkemuka seperti Zara, H&M, dan Uniqlo yang saat ini sedang menjadi tren pakaian di kalangan anak-anak muda seperti kita? Ketiga brand raksasa tersebut menjual pakaian sehari-hari untuk berbagai macam kegiatan, mulai dari pakaian untuk perkuliahan, party, pakaian kerja, hingga baju tidur dengan gaya yang trendy.
Tidak hanya itu, pakaian yang mereka jual juga dipatok dengan harga yang cukup bersahabat untuk dompet anak-anak muda, terutama mahasiswa pada umumnya, sehingga kita pun tidak pernah berpikir panjang ketika berbelanja pakaian di outlet tersebut. Bagi kebanyakan anak muda sekarang, gaya pakaian atau fashion merupakan salah satu cara untuk mengekspresikan diri dan membantu dalam membangun ciri khas kepribadian, sehingga tidak sedikit pengeluaran anak-anak muda mengalir ke industri fashion setiap bulannya. Selain berbelanja, perkembangan dunia fashion pun juga mudah diikuti melalui sosial media dan internet yang biasanya semakin membuat kita tergoda untuk berbelanja pakaian baru. Dari sana, kita dapat mencari berbagai informasi seputar fashion terkini dan mendapatkan inspirasi untuk gaya pakaian yang kita kenakan.
Tetapi, pernahkah kalian menyelam lebih dalam dan menemukan banyak hal yang ternyata sangat meresahkan dari industri fashion? Tanpa kita semua sadari, industri fashion ternyata membawa segudang masalah terhadap berbagai aspek kehidupan manusia, dan apabila kita memikirkan tentang akar dari permasalahan-permasalahan tersebut, jawabannya akan selalu mengarah pada kapitalisme, dan industri fashion merupakan bagian yang penting dalam kapitalisme.
Pernahkah kalian mendengar tentang istilah kapitalisme? Singkatnya, kapitalisme merupakan sebuah sistem yang diyakini mampu mendorong perekonomian dunia dan mampu memunculkan situasi pasar bebas yang kompetitif serta melahirkan budaya konsumtif di masyarakat. Kapitalisme dalam pasar bebas terkait industri fashion berarti industri serta pasar tekstil dan pakaian dikendalikan oleh perusahaan-perusahaan pribadi yang berorientasi pada laba atau keuntungan. Sistem perekonomian yang seperti inilah yang tanpa kita sadari merusak kehidupan jutaan manusia yang bekerja di industri fashion.
Lalu, bagaimana sistem kapitalisme bisa merusak dunia? Pertama, dari sisi kemanusiaan sendiri, hak asasi manusia nyatanya seringkali dikesampingkan dalam sistem kapitalisme dimana industri selalu berusaha untuk memenuhi tingkat permintaan yang tinggi, termasuk juga industri fashion. Sekitar 150 miliar pakaian diproduksi setiap tahunnya, yang setara dengan 20 potong pakaian untuk setiap orang yang ada di bumi ini dan sebanyak 80 miliar pakaian terjual setiap tahunnya.
Melihat angka-angka tersebut, dapat disimpulkan bahwa tingkat permintaan produk fashion sangatlah tinggi, sehingga secara otomatis produsen-produsen pakaian akan memenuhi permintaan dalam jumlah yang besar itu dan mengesampingkan moral demi menekan pengeluaran dan memaksimalkan keuntungan, dengan memanfaatkan tenaga kerja yang murah dan mengabaikan kesejahteraan para buruh. Jumlah jam kerja para buruh yang bekerja di industri pakaian berkisar dari 14 hingga 16 jam per hari untuk 5 hingga 6 hari setiap minggunya. Terkadang para buruh juga harus bekerja hingga jam 2 pagi untuk memenuhi permintaan pada musim puncak. Anak-anak dibawah usia angkatan kerja juga seringkali ditemui dalam industri ini. Tidak hanya itu, para buruh dalam industri fashion juga menerima upah yang seringkali tergolong tidak manusiawi. Pada umumnya industri-industri fashion besar menggunakan tenaga kerja yang murah dari negara-negara di Asia seperti India, Bangladesh, dan Kamboja untuk menekan biaya produksi.
Selain dari sisi kemanusiaan, dampak negatif dari industri fashion juga dapat dirasakan di ranah lingkungan. Rupanya, industri fashion merupakan penyumbang polusi terbesar kedua di dunia setelah minyak dan petroleum sebagai akibat dari penggunaan bahan-bahan kimia untuk produksi tekstil dan pakaian yang kemudian limbahnya merusak ekosistem dan lingkungan. Setiap tahunnya, industri fashion sendiri menyumbang sebesar 12,8 juta ton sampah yang tidak terdaur ulang kembali.
Di balik pakaian-pakaian ber-merk yang kita kenakan, ternyata ada jutaan orang yang menderita hanya untuk memproduksi pakaian yang tidak akan bertahan lama di lemari kita lantaran pastinya kita ingin selalu up-to-date dengan gaya atau style yang terkini. Namun sayangnya, kapitalisme dalam tingkat global merupakan suatu hal yang sulit untuk dirubah, karena kapitalisme sendiri telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat diseluruh dunia. Walaupun merubah kapitalisme dapat menjadi solusi yang sepertinya terdengar logis, namun hal tersebut akan sangat sulit untuk dilakukan dan jatuhnya kapitalisme juga akan membawa efek domino yang dapat mengacaukan banyak hal, seperti misalnya 40 juta buruh industri fashion di seluruh dunia akan kehilangan pekerjaannya dan penghasilannya, dan perekonomian global juga akan runtuh apabila kapitalisme digulingkan. Lalu, bagaimana kita dapat membuat perubahan?
Sebagai konsumer, kita dapat melakukan hal-hal kecil seperti contohnya berhenti membeli pakaian dari brand yang mempekerjakan anak-anak dibawah usia serta mengabaikan hak-hak asasi manusia dalam proses produksinya. Selain itu, kita juga dapat membeli pakaian-pakaian bekas atau thrift shopping untuk membantu mengurangi efek negatif yang ditimbulkan oleh industri fashion pada lingkungan. Thrift shopping sendiri juga sedang menjadi tren di kalangan anak-anak muda, loh!
Sekarang ada banyak toko yang menjual kembali pakaian-pakaian bekas yang masih layak pakai, sehingga pilihan gaya, warna, dan ukuran yang dijual pun juga tidak kalah beragam dengan pakaian-pakaian yang dijual di outlet-outlet besar. Tren seperti inilah yang harus kita pertahankan agar perubahan bisa benar-benar terjadi. Yang paling penting, tingkatkan kesadaran kalian akan pakaian-pakaian yang kalian beli dan sebarkan pengetahuan kalian kepada orang-orang terdekat sehingga mereka juga turut waspada akan dampaknya pada kehidupan kita, siapa tahu nantinya perubahan baik dalam industri fashion akan datang.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”