#BeraniWujudkanMimpi-Ambisi yang Menjadikan Kita Manusia Seutuhnya.

Hidup yang sesungguhnya ada pada jiwa.

Manusia adalah makhluk unik dengan keautentikkan jiwanya. Rupa bisa saja sama, namun jiwa setiap raga akan selalu berbeda. Jiwa inilah yang sebenar-benarnya menjadi identitas siapa kita, yang menjadi pembeda setiap manusia, yang membawa pada keabadian. Namun, apakah kita ingin abadi dalam kesia-siaan dan penyesalan karena kehampaan hidup dan jiwa?

Menjadi manusia adalah proses tanpa henti hingga mati. Proses yang akan menguatkan identitas jiwa, yang membuat kita menjadi pribadi unik dan berbeda. Semua manusia memang akan selalu berproses, tapi yang membedakan adalah apa yang kita lakukakan dalam proses itu. 

Dalam berproses, ragu, ingin menyerah dan berbalik arah, kecewa, dan banyak hal yang akan goyahkan tekad memang suatu hal yang wajar untuk hadir. Karena itu, kita butuh alasan untuk bertahan melawan ragu. 

Salah satu hal yang akan membawa proses kita menuju kebermanfaatan yang penuh makna dan menuntun kita melawan ragu adalah mimpi dan ambisi. Bayangkan saja bagaimana hidup tanpa ambisi. Mungkin kita hanya tulang dengan gumpalan daging yang pasrah tidak ingin melangkah. Bayangkan saja kalau kita terlahir tanpa ambisi, mungkin kita hanya bayi-bayi yang tidak ingin menangis saat lapar, tidak ingin memulai belajar duduk, merangkak, berdiri, apalagi berjalan. Kerena tidak ada ambisi untuk itu. 

Tapi dewasa ini, malah tidak jarang orang-orang, utamanya anak-anak lupa bahwa ia tumbuh karena mimpi dan ambisi. Kita pasrah, mengalah pada keadaan karena merasa tak mampu melawan realita. Lupa bagaimana proses kita tidak pernah lelah dan menyerah untuk belajar merangkak dan berjalan. Hal ini sungguh mengiris hati, apalagi menengok fenomena sosial di pelosok negeri yang pernah penulis amati. Anak-anak pelosok negeri yang tak berani bermimpi. Mereka dihimpit realita, padahal sesungguhnya ambisi membara.

Akses pendidikan dan ekonomi yang minimalis, belum lagi sosial kultural yang seolah tak beri kebebasan. Mereka jadi percaya bahwa ambisi hanya milik ia yang terfasilitasi. Pada akhirnya, ambisi mereka untuk mendapatkan hidup yang lebih baik ditanam dalam-dalam. Pasrah dan ikut saja pada sosial budaya yang sudah dialiri masyarakat terdahulunya. Ujung-ujungnya mentok pada menikah saja di tengah keadaan belum bisa dikatakan sejahtera. 

Padahal terlahir sebagai manusia yang memiliki jiwa artinya ada ambisi di dalamnya. Padahal ambisi dan mimpi yang akan menggerakkan kita melebur tembok-tembok batasan yang membelenggu. Ambisi yang membuat kita kini bisa berjalan, bahkan berlari. Yang membuat kita bertahan ditengah keterbatasan. Mimpi yang akan membuat kita kuasa walau rasanya jiwa sudah tidak di raga. Mimpi dan ambisi inilah yang membawa kita pada proses menjadi manusia yang bermakna.  

Kerena mereka yang tak berani bermimpi dan tak terfasilitasi materi ini, kita seharusnya menggugah diri untuk menghiasi proses dengan mimpi untuk membuat mereka berani bermimipi dan wujudkan mimpi.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis