#BeraniWujudkanMimpi-Impian Terbesar dalam Hidupku adalah Menjadi Seorang Ibu. Berikan Effort terbaik untuk Mewujudkan Mimpi Baru Menyandang Gelar Sebagai Ibu.

Gelar ibu baru sama dengan belajar mulai dari nol

Dulu aku kira menikah itu sangat simple, tapi nyatanya tidak. Itu hanya bayangan di pikiranku saja. Menikah tidak melulu membahas hal yang indah saja, ada kalanya membicarakan masa depan menyatukan isi kepala antara dua manusia yang berbeda sangatlah tidak mudah. Hanya di antara salah satu yang mau mengalah akan mampu menetralkan perdebatan. Yah, tidak dapat dipungkiri setiap yang menikah pasti tujuan utamanya adalah mempunyai anak.

Advertisement

Bersyukurlah bagi yang setelah menikah langsung dikaruniai anak, itu artinya Tuhan memberikan kepercayaan penuh kepada kita untuk menjadi orangtua. Berat bagi yang mengerti akan tanggung jawab sebagai orangtua. Banyak sekali hal yang aku takutkan setelah aku mempunyai anak, apakah bisa aku amanah terhadap anak-anakku? Itu adalah pertanyaan besar dikepalaku yang sampai sekarang masih terpatri.  Mimpiku saat menjadi ibu baru adalah "mampukah aku membuat anak-anakku bangga mempunyai ibu sepertiku?"

Adaptasi terbesar dalam hidupku adalah menjadi ibu baru. Karena dulu aku tidak tahu bahwa ketika anakku lahir, ternyata aku juga lahir sebagai seorang yang baru. Hidup yang tidak pernah sama lagi seperti sebelum menikah. Hari-hari yang berubah menjadi penuh sekali, bahkan aku sering mencuri waktu me time​​​ untuk diriku sendiri. Malam-malam yang tidak sepenuhnya menjadi jam tidur lagi, kini ada anak bayi yang selalu merengek minta susu. Bisa tidur malam sebentar dengan nyenyak sudah bersyukur sekali. Tugas menyusui bagi seorang ibu rumah tangga sepertiku telah memenuhi hampir separuh waktuku dalam 1 hari.

Aku pernah merasakan letih yang bertumpuk tak kunjung usai dan pinggang yang selalu lelah saat malam berganti. Ini adalah waktu termahal yang tidak boleh aku lewatkan, yaitu masa-masa aku mengisi kecerdasan otak bayiku melalui ASI yang aku hasilkan. Tidak semua ibu beruntung dapat mengASIhi bayinya, dan aku termasuk salah satu ibu yang beruntung itu. Kalau ditanya bagaimana perasaanku setelah menjadi ibu baru, jawabanku sangat senang meskipun masih terbersit dipikiran "mampukah aku?"

Advertisement

Belum lagi bentuk tubuh yang tak kembali, aku dulu langsing sebelum menikah. Tapi kini tubuh ini mengembang seperti adonan roti. Seperti melihat donat saat berkaca, pipi dan perut yang bulat kenyal menggoda untuk dimakan. Nafsu makan yang menggila, tak ada terlintas keinginan untuk diet. Yang ada hanya aku harus makan banyak supaya ASIku lancar.

Adaptasi terbesarku adalah menjadi ibu. Dengan kumpulan rencana yang tertunda dan beberapa ternyata harus direlakan. Ya sudahlah memanh hidup itu pilihan, harus ada yang dikorbankan. Menjadi ibu itu perjuangan mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran untuk keluarga. Rencana untuk berkarir pun harus pupus demi mengemban tugas sebagai full mom. Saat dihadapkan pada pilihan karir atau keluarga, aku dengan tegas memilih keluarga. Bagaimana aku bisa berkarir kalau dipikiran hanya ada "anakku bagaimana?

Advertisement

Apakah dia akan baik-baik saja" Aku tak mau menyesal dikemudian hari karena menyia-nyiakan waktuku bersama anak. Karena itu tak dapat diulang, waktu tak dapat diputar kembali. Barisan mimpi-mimpi yang harus berbelok arah, mimpi-mimpi yang sudah tersusun rapi ketika remaja. Namun mimpi-mimpi itu berbelok ke arah yang lebih mulia yaitu menggapai ridho illahi. Menjadi ibu itu berat karena balasannya surga. Kini semuanya adalah tentang keluarga, bagaimana anak dan suami dapat ter-urus dengan baik. Bagaimana mereka nyaman tinggal di keluarga ini, aku yakin peran ibu sekaligus istri sangatlah penting.

Butuh waktu 3 tahun menjadi ibu baru, untuk berpikir bahwa aku bukanlah orang yang seperti saat lajang dulu. Kini semua berbeda, apa yang aku pikirkan sekarang bukan hanya tentang diriku saja. Namun tentang anak dan suamiku, tentanh keluarga yang baru aku bina akan kemana arah dan tujuannya.

Bahwa untuk mewujudkan keputusam terbesarku menjadi ibu ini harus diikuti komitmen bahwa ini tanggung jawab luar biasa dan tidak bisa semua kembali seperti sebelum aku menikah. Harus mampu menerima diriku  dan keadaanku se-apaadanya. Setelah 3 tahun mempunyai anak, baru aku bisa menerima kenyataan bahwa aku tidak akan pernah bisa menjadi diriku yang dulu lagi. Kini ada anak yang menggantungkan masa depannya kepadaku.

Anakku mengajariku banyak hal, inilah kesempatan untukku belajar lagi mulai dari nol. Belajar pada kehidupan yang sebenarnya, kehidupan nyata menjadi seorang ibu. Banyak hal yang aku pelajari, bahwa tertawa boleh kapan saja tidak harus menunggu gembira. Bahwa bosan adalah makananku sehari-hari yang harus aku lalui. Bahwa menangis itu hal biasa jika diri ini merasa ada yang dikecewakan. Bahwa pelukan bersama anak berjam-jam itu terasa sangat menyenangkan. Bahwa bau keringat sepanjang hari adalah parfum alami yang membuat kecanduan.

Aku juga belajar bahwa hidup itu tidak bisa mundur ke belakang. Hidup itu berjalan maju tanpa menengok ke kebelakang, karena kita hidup untuk masa sekarang dan masa depan. Aku menjadi paham bahwa setelah menjadi ibu, bermimpi itu tidak dilarang bahkan tetap bisa dikejar sampai sekarang. Mungkin dalam bentuk yang berbeda dari sebelumnya, tidak sama dengan sebelumnya. Banyak mimpi yang ingin kukejar yang bisa kucapai, dengan semangat seorang ibu untuk kehidupan yang lebih baik buat anak-anaknya. Aku memang menjadi manusia yang berbeda sebelum dan setelah prose melahirkan dan memiliki anak.

Kehadiran anak telah mengubah cara pandangku terhadap berbagai permasalahan. Kehadiran anak juga mengubah pola pikirku tentang apa itu benar dan salah. Yang dulu aku memandang rasanya aneh kini terasa wajar. Yang dulu rasanya tidak masuk akal kini terasa normal sesuatu yang biasa. Semua karena terpaksa oleh keadaan, menjadi ibu multitalenta yang punya beragam tugas dan tanggung jawab.

Tapi aku tetap menjadi diriku apa adanya, seorang ibu yang ingin terbaik untuk anak dan keluarganya. Aku seorang ibu dengan segala kekuatan ingin mewujudkan mimpinya dan menjadi diri sendiri. Karena aku tetaplah aku.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Ibu Rumah Tangga mempunyai 2 anak