#BeraniWujudkanMimpi-Jalan Setapak Menuju Impian Memang Dipenuhi Rasa Sakit dan Tangisan.

Sejak kecil, sangat sering kita diberi pertanyaan, “Apa impianmu?” Kemudian dengan semangatnya kita menjawab, “Ingin menjadi dokter,” atau “Ingin menjadi polisi,” atau “Ingin menjadi presiden.” Akibatnya, semua itu menjadi paradigma dalam diri kita, bahwa kita harus #BeraniWujudkanMimpi. Narasi di luar akan mengecam kita apabila impian itu tak kunjung terwujud. Sayangnya, kita tidak membicarakan hal terpenting dari semuanya!

Advertisement

Siapa diri kita sebenarnya ditentukan oleh apa yang kita ingin perjuangkan. Maksudku, lihat betapa egoisnya kita yang mencintai hasil, bukannya jerih payah. Maka keberhasilan kita pun bukan ditentukan oleh keinginan kita yang kuat terhadap sesuatu, tetapi melalui sesuatu yang ingin kita perjuangkan.

Ironisnya, ketidaksempurnaan manusia membuat kita harus memilih medan juang kehidupan. Ini bukan lagi tentang “Apa yang kita inginkan?” melainkan tentang “rasa sakit apa yang kita inginkan dan apa yang membuat kita rela berjuang?”

Apa yang menentukan keberhasilan kita adalah rasa sakit yang ingin kita jalani. Jalan setapak menuju keberhasilan adalah jalan yang dipenuhi dengan tangisan dan rasa malu. Maka sangat penting untuk #BeraniWujudkanMimpi.

Advertisement

Kita pun tak bisa berhasil dalam segala hal, apalagi setiap saat. Dunia ini ambyar dan kita adalah salah satu penghuninya yang juga ambyar. Kita harus menentukan pilihan; bukan memilih apa yang ingin kita nikmati, tetapi memilih apa yang ingin kita jalani dengan penuh rasa sakit dan derita. Sebab bagaimana pun, hidup memang demikian.

Kita bukan mimi peri yang memiliki debu ajaib, kemudian menghilangkan masalah dalam satu kedipan mata. Hidup tidak bisa selalu mekar seperti mawar, fantastis seperti unicorn, dan indah seperti pelangi.  Pertanyaan tentang sesuatu yang ingin kita nikmati tergolong umum dan mudah, karena semua orang punya jawaban yang serupa. Pertanyaan yang lebih menarik adalah tentang penderitaan. Derita apa yang ingin kita hadapi?

Advertisement

Aku mengenal seorang teman yang ingin menempati peringkat 1 di kelas. Kemudian dia bertanya padaku, “Bagaimana caranya?”

Sinting!

Peringkat 1 sama sekali bukan sesuatu yang aku kejar selama mengenyam pendidikan formal. Lalu dia bertanya kepadaku tentang cara menjadi peringkat pertama? Yang benar saja!

Aku pun memberinya sedikit petuah, bahwa dia harus melupakan impiannya itu. Sekarang tinggal pikirkan saja bagaimana dia harus bersedia menderita selama 60 jam/minggu untuk belajar, menghabiskan setiap malam untuk membaca buku, berlelah-letih dalam perjalanan pulang-pergi sekolah yang jauh, mengerjakan PR yang menumpuk setinggi Everest, dan menghadapi hierarki (sebagian kecil) pengajar yang sewenang-wenang demi melarikan diri dari neraka kubikel yang tak berujung.

Barangkali kamu ingin membuka bisnis sendiri, maka kamu harus siap menghadapi penderitaan di dunia bisnis. Kamu tidak akan menjadi seorang pebisnis yang sukses, kecuali kamu mampu menghargai berbagai risiko, ketidakpastian, kegagalan yang datang berulang-ulang, melayani pelanggan yang menjengkelkan, investasi waktu gila-gilaan yang mungkin banya demi sesuatu yang sia-sia, atau mungkin sesekali mengalami kebangkrutan. 

Dan itu tidak apa! Bagaimana pun juga, itulah bagian dari permainan bisnis. Kamu tak akan pernah memenangkannya bila tak ikut bermain. Maka kesuksesan bukanlah sesuatu yang harus dikejar. Impian ada untuk diwujudkan, tetapi kita tak harus mengejarnya mati-matian. Bingung? Barangkali kamu akan suka sedikit perumpamaan dariku.

Bayangkan seorang pria yang pada punggungnya tertempel sebuah tongkat. Dan pada tongkat itu tergantung wortel di seutas tali. Bisakah kamu membayangkannya? Sangat mudah, bukan? Ketika pria itu memutuskan untuk mengejar wortel itu, maka ia takkan pernah mendapatkan wortel itu. Semakin ia mengejar, semakin ia dipaksa untuk terus maju.

Begitulah yang terjadi ketika kamu terus-menerus mengejar kesuksesan! Kamu pasti tak mau lelah-letih mengejar wortel itu; sangat sia-sia.  Lantas, apa yang sebaiknya kita lakukan? Aku hanya ingin kita berjalan dengan apa adanya; fokus pada apa yang menjadi tujuan dan prioritas. Karena dengan begitu, wortel itu yang akan mengikuti langkah kaki kita.

Jalan setapak menuju impian memang dipenuhi rasa sakit dan tangisan. Barangkali kita menginginkan jalan yang lebih mudah. Tetapi hidup tidak berjalan demikian. Hanya dengan jalan setapak itulah, kita dapat mewujudkan mimpi. Senantiasa demikian!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang pria membosankan yang tak menyedihkan.

CLOSE