#BeraniWujudkanMimpi-Keliling Dunia untuk Menjawab Pertanyaan

“Apa sih impianmu, Na?”

Advertisement

Pertanyaan sepele yang pernah aku temui beberapa bulan yang lalu. Kemudian aku bertemu dengan pengumuman lomba yang diadakan oleh Hipwee dengan #BeraniWujudkanMimpi. Jujur, aku termotivasi untuk berbagi cerita.

Sebelum aku bercerita, aku ingin berkenalan dahulu karena jika tidak kenal, akan sulit membangun rasa dekat dan nyaman. Perkenalkan, namaku Nur Khairina, tapi lebih sering dipanggil Nana. Ah, mungkin jika kalian suka atau pernah menonton serial kolosal, kalian akan tahu darimana datangnya nama panggilanku. Mendiang Kakekku sangat suka menonton serial aksi kolosal yang dibintangi oleh Nana Khairina dan dari sanalah nama panggilanku berasal. Sekarang, kegiatanku hanya berkisar pada kuliah dan menulis artikel.

Jika bercerita mimpiku, aku sangat merasa kurang jika tidak menceritakan alasan munculnya mimpi ini. Jadi, mari duduk dan aku akan bercerita sedikit tentang hidupku. Aku masih ingat beberapa kenangan saat aku berusia empat tahun, usia saat aku masuk TK Al-Hidayah untuk pertama kalinya. Aku sangat menyukai buku, terutama buku dengan ilustrasi berwarna yang tampak semarak dan TK Al-Hidayah memberiku banyak buku dengan ilustrasi yang menarik untuk dijelajahi.

Advertisement

Dari gambar ilustrasi yang penuh warna, aku belajar bahwa Bumi itu luas. Beberapa buku memberikan panorama kota yang ramai dan beberapa lagi pedesaan di kaki gunung yang tampak tinggi menjulang. Aku benar-benar penasaran apakah semua itu nyata? Apakah benar ada gunung yang lebih tinggi dari gedung Pengadilan Agama yang merupakan gedung tertinggi di kota? Juga, apakah benar ada jalan yang lebih luas dari jalan utama kota?

Mendiang Kakekku suka bercerita, beliau sering bercerita pengalaman hidupnya semasa zaman penjajahan hingga masa-masa orde baru yang sebenarnya tidak aku pahami sama sekali. Namun, cerita Kakek selalu menimbulkan banyak pertanyaan, yaa mungkin karena anak-anak memang mempunyai rasa keingintahuan yang tinggi. Kakek bercerita tentang orang-orang kulit putih, tentang kapal besar yang bunyinya seperti terompet bencana, juga tentang lomba lari antara hidup dan mati jika tertangkap oleh penjajah.

Advertisement

Semua cerita menimbulkan pertanyaan seperti sebesar apa kapal yang bisa membawa puluhan orang atau seputih apa orang-orang itu? Apa lebih putih dari Clara? By the way, Clara adalah temanku yang beretnis Tionghoa tapi tidak bisa berbahasa Mandarin sama sekali.

Pertanyaan-pertanyaan itu tidak pernah mendapatkan jawaban yang memuaskanku karena aku kurang imajinatif dan penggambaran dari Kakek juga tidak terlalu mendukung imajinasiku. Kakek akhirnya lelah dengan semua pertanyaanku sampai beliau menjawab “nanti kamu keliling dunia biar tahu.”

Dan dari pernyataan Kakek itulah impianku terbentuk. Aku ingin keliling dunia dan melihat sendiri kapal besar, orang-orang kulit putih dengan mata biru, orang-orang berbadan tinggi dengan tubuh besar, juga orang-orang bermata sipit dengan alis lurus yang terlihat sangat berbeda dengan bangsa Indonesia—kata Kakek.

Entah sejak kapan tepatnya, aku mulai bermimpi tentang berada di gedung tertinggi dan melihat rumah penduduk yang tampak sekecil kotak korek api, mendaki gunung sampai pada puncaknya dan melihat hamparan awan seperti harum manis yang berserakan, juga berada di tengah-tengah kota yang sibuk sambil meminum segelas kopi ditemani dengan suara hiruk-pikuk aktivitas mamalia berkaki dua—manusia.

Bayangan-bayangan akan ada hari seperti itu menemani hari-hariku hingga aku menjadi bersemangat dan lebih menyukai buku karena dari sana aku bisa melihat sekilas tempat-tempat yang telah ada di bucket list milikku. Namun, sejak MTs aku tidak pernah mempunyai profesi impian. Aku hanya tahu bahwa aku ingin keliling dunia dan membukukan perjalananku itu.

Sebenarnya, aku sendiri merasa sangat tidak percaya diri akan bisa mewujudkan mimpi itu karena rasanya sangat berat, tidak hanya keselamatan jiwa dan raga, namun juga keselamatan kantongku. Hingga pada saat SMA aku merasa butuh pekerjaan yang bisa mendukungku berpergian dan tidak berada di tempat yang sama selama bertahuntahun karena aku cukup cepat merasa bosan. Aku sempat berpikir untuk menjadi vlogger yang mengkhususkan diri dalam membuat konten travelling. Namun aku sadar bahwa aku sangat kaku di depan kamera. Aku selalu merasa bahwa aku terlihat mirip seperti kuda yang meringis setiap kali harus menghadapi kamera dan wajah seperti itu benar-benar tidak menarik untuk ditonton.

Hingga sekarang, aku masih tidak percaya akan bisa keliling dunia suatu hari nanti. Namun, aku sangat bersemangat untuk mewujudkannya. Aku mulai dengan melihat-lihat dan merencanakan road trip untuk melintasi benua Amerika, juga menulis beberapa referensi tempat yang kira-kira nanti akan aku kunjungi, hingga menyisihkan sebagian uang belanjaku secara khusus dalam rangka mewujudkan mimpi itu.

Aku ingin mendapat jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang dulu aku ajukan pada Kakek secara langsung, walaupun aku sudah mendapatkan beberapa jawaban atas ratusan pertanyaanku, tapi aku masih ingin melintasi berbagai negara sehingga aku bisa berkata, “Kakek, akhirnya Nana benar-benar keliling dunia.”

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

I haven't specific interest, so yo can share everything :)

CLOSE