#BeraniWujudkanMimpi-Mimpi Besar Seorang Anak Desa

“Sopo Nandur Bakal Manen” yang artinya barang siapa yang menanam pasti akan menuai. Pepatah jawa inilah yang selalu diucapkan oleh ibu saya dan akan selalu saya ingat dalam menjalani kehidupan. Ucapan dan nasihat beliau itulah yang menjadikan semangat dan motivasi saya untuk selalu mengejar impian dan cita-cita saya.  Ikhtiar atau usaha suatu proses tidak akan menghianati hasil.

Advertisement

Dalam berkehidupan memang hasil itu penting, akan tetapi proses atau usaha yang dilakukan untuk mencapai hasil itu jauh lebih penting. Seperti halnya yang disampaikan oleh Tan Malaka, salah satu pejuang kemerdekaan Indonesia dalam bukunya ‘Madilog’ yaitu “Sedangkan sebetulnya cara mendapatkan hasil itulah yang lebih penting daripada hasil itu sendiri”. Pada dasarnya, tujuan utama adanya suatu proses adalah hasil yang kita dapatkan. Akan tetapi, tanpa adanya suatu proses, tentu tidak akan ada hasil, begitupula sebaliknya. Apa yang kita dapatkan dari suatu proses pada akhirnya kan berujung pada sebuah hasil akhir.

Meski dalam meraih kesuksesan, pasti akan melewati proses yang panjang dan tidak mudah. Berbagai macam rintangan dan tantangan silih berganti berdatangan dalam jalan menuju keberhasilan. Kesuksesan itu bukanlah sebuah keajaiban ataupun sebuah kebetulan yang hanya dimiliki beberapa orang tertentu. Semua orang dapat meraih impianya masing-masing dengan tekad dan kerja keras yang dilakukanya. Seorang Politisi Amerika, C. Luther Powell pernah berkata “Tak ada rahasia dalam menggapai kesuksesan. 

Sukses itu dapat terjadi karena persiapan, kerja keras dan mau belajar dari kegagalan”. Kegagalan memang bukanlah sebuah hambatan bagi kita dalam meraih sebuah kesuksesan. Kesuksesan dapat dicapai karena adanya kesungguhan, semua hal yang diusahakan secara sungguh-sungguh pasti akan mendapatkan hasil yang terbaik. Hal ini sesuai dengan janji Allah SWT “Man Jadda Wa Jadda”, artinya barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil.

Advertisement

Nama saya Muhammad Davan Fernanda. Lahir di Lamongan 19 Tahun lalu, tepatnya pada 17 Desember 2001. Anak pertama dari tiga bersaudara, tumbuh dan lahir di keluarga yang sederhana. Ayah yang merupakan seorang perantau di Ibukota DKI Jakarta adalah seorang tukang poles mobil dan ibu yang berprofesi mulia, yakni ibu rumah tangga.

Di Ibu kota, ayah saya mendapatkan gaji jauh dibawah UMR. Tetapi Alhamdulillah, Gaji yang didapatkan ayah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari meski terkadang untuk biaya pendidikan saya dan kedua adek saya yang sudah menginjak di bangku SMP dan SMA tidak mencukupi. Meskipun dengan keadaan ekonomi keluarga yang kurang mendukung tidak menyurutkan niat dan semangat saya untuk menggapai impian dan cita-cita saya, yaitu menjadi seorang Dosen.

Advertisement

Menjadi seorang Dosen tentunya tak luput dari yang namanya pendidikan. Kondisi ekonomi keluarga yang tidak telalu mendukung bukan menjadi alasan bagi saya untuk tidak menlanjutkan pendidikan saya. Biaya kuliah yang tak lagi murah memang menjadi salah satu tantangan terbesar bagi keluarga saya, tetapi keluarga saya yakin bahwasanya stiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Terkadang, banyak hinaan dan juga cemoohan yang saya dapatkan dari lingkungan sekitar ketika saya memilih untuk melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi.

Maklumlah, saya lahir dan tumbuh di lingkungan pedesaan dimana pendidikan tidak diutamakan dan banyak penduduk desa yang tidak melanjutkan pendidikan di bangku perkuliahan. Hal itu menjadikan motivasi sendiri bagi saya untuk mebuktikan bahwa kuliah di Perguruan Tinggi tidak harus diperuntukan bagi orang kaya ataupun orang kota, saya akan membutikan bahwa orang desa dan lahir dari keluarga sederhana juga dapat meraih kesuksesan lewat bangku perkuliahan.

Di bangku sekolah, Sejak SD saya sering dipercaya untuk mengikuti kegiatan perlombaan baik di bidang akademis seperti Olimpiade, cerdas cermat hingga siswa berprestasi. Dalam kegiatan non akademis, saya pernah berprestasi di bidang olahraga seperti tenis meja, futsal dan sepak bola serta di bidang kesenian, saya pernah meraih juara tari tradisional di tingkat kabupaten. Setelah Lulus SD, saya melanjutkan di Madrasah Tsanawiyah yang letaknya jauh dari rumah. Hal itu mengharuskan saya untuk tinggal di Asrama dengan peraturan dan kegiatan yang semakin padat.

Lulus MTs, keinginan saya untuk memperdalam agama semakin besar. Hal itu menjadikan saya untuk melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren, dalam hal ini saya memilih Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang. Di Pondok, selain di ajarkan dan fokus di bidang agama saya diajari tentang pendidikan formal atau pendidikan umum. Saya juga selalu aktif dalam kegiatan Pondok Pesantren.

Setelah Lulus SMA, saya di terima di Universitas Jember (UNEJ) melalui jalur SNMPTN. Dengan di terimanya saya di UNEJ ini, menjadi suatau kebanggaan bagi saya, orangtua dan guru saya. Di Universitas Jember, saya mengambil Jurusan Fisika di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Alasan saya mengambil jurusan Fisika ialah sesuai dengan saran beberapa guru saya di SMA dulu dan saya memiliki minat dalam ilmu pendidikan Fisika tersebut. Tahun ini adalah tahun kedua dimana saya mulai menimba ilmu di Universitas Jember.

Banyak kegiatan yang saya ikuti mulai dari akademik hingga sampai kegiatan non akademik. Menginjak semester 3 ini, hasil studi atau Indeks Prestasi saya bisa dibilang cukup, karena adanya peningkatan dari semester 1 dengan semester 2 nya. Dalam segi non akademik, saya aktif di berbagai macam organisasi, antara lain yaitu aktif di Himpunan Mahasiswa Jurusan Fisika (HIMAFI) dan aktif juga di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) SPORA yang berfokus pada kegiatan keolahragaan di Fakultas MIPA. Saya juga menjadi anggota KPUM yang bertugas dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum Raya (PEMIRA) Universitas Jember Tahun 2020. Di bangku perkuliahan ini, Alhamdulillahnya saya mendapat suatu keberuntungan untuk menerima beasiswa yang di berikan oleh Yayasan Baitul Mal (YBM) Bank Republik Indonesia.

Saya menjadi salah satu yang lolos dari ratusan peserta dalam penerimaan beasiswa ini. Beasiswa ini tidak hanya membantu meringankan beban orang tua saya, akan tetapi banyak hal yangs aya dapatkan lewat beasiswa ini mulai dari pengabdian masyarakat hingga memperbanyak softskill untuk diri saya pribadi.

Dosen adalah pendidik atau pengajar yang membagikan dan mengamalkan ilmunya di tingkat Perguruan Tinggi. Menjadi seorang pengajar atau pendidik adalah hal yang sangat mulia, karena menjadi bermanfaat dalam mengamalkan ilmunya. Sesuai dengan hadist yang di riwiyatkan oleh Ahmad ath-Thabrani ”khoirunnas anfa'uhum linnas” yang artinya sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.

Hal ini menjadi salah satu motivasi terbesar saya dalam menggapai cita-cita menjadi Dosen. Dengan berbekal ilmu yang saya miliki, semangat serta tekad yang kuat, saya akan mengamalkan segalanya untuk kehidupan baik kepada bangsa, Negara maupun agama.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE