#BeraniWujudkanMimpi-Mimpiku untuk Menjadi Seorang Penulis.

Mimpiku Menjadi Seorang Penulis

Begitu banyak tulisan yang ada di dunia ini. Baik dalam bentuk digital maupun dalam bentuk hardcopy. Bahkan manusia telah mengenal tulisan sejak tahun 3000 SM. Dari kita membuka mata sampai kita menutup mata sebelum tidur, kita menemukan tulisan. Dari tulisan yang hanya beberapa kata saja sampai tulisan yang panjang sekali. 

Advertisement

Waktu aku berkenalan dengan tulisan sekitar umur tiga tahun. Ketika itu ayahku membelikan buku cerita yang penuh dengan gambar. Aku yang belum bisa membaca hanya bisa melihat huruf – huruf yang terangkai indah satu dengan yang lain. Aku takjub dengan serangkaian huruf yang berjejer. Ibuku membacakan buku cerita itu sebelum aku tidur. Aku makin takjub, bagaimana bisa huruf yang kulihat seperti cacing itu membentuk kata – kata yang menggugah pikiranku. 

 Ketika aku TK, barulah aku bisa membaca kata – kata yang ada di buku cerita itu. Seiring berjalannya waktu, kecintaanku pada membaca semakin tinggi. Aku tak cukup membaca satu buku cerita saja dalam sehari. Apalagi buku cerita untuk usia TK berhalaman tipis. Bahkan karena saking cintanya dengan membaca, kasurku kukelilingi dengan buku cerita agar setiap aku ingin membaca sebelum tidur dapat mengambil buku dengan mudah.

Kelas tiga SD, aku mulai membaca koran kompas langganan ayahku. Setiap pagi, loper koran mengirimkan koran ke rumahku. Aku-lah yang setiap hari menerima korannya. Tapi koran yang kutunggu adalah koran kompas edisi hari minggu karena di tengah halaman koran ada rubrik anak. Isinya cerita anak kiriman penulis lepas, puisi, gambar yang dibuat kontributor, dan masih banyak lagi. 

Advertisement

Aku terinspirasi dari cerpen yang dimuat di kompas anak edisi minggu untuk menulis cerpen. Cerpen pertamaku adalah "Aisyah Berlibur ke Rumah Nenek". Sesuai judulnya, cerpenku menceritakan seorang anak berusia 9 tahun yang berlibur ke rumah nenek. Cerpen itu ku-print dan kubaca berulang kali. Walaupun hanya sebuah cerpen yang di-print biasa, saat itu aku merasa bangga pada diriku sendiri karena sudah membuat cerpen.

Setelah cerpen "Aisyah Berlibur ke Rumah Nenek", aku terus membuat cerpen sampai sepuluh cerpen. Ku-print cerpen – cerpenku dan aku stapler. Kumpulan cerpen inilah yang membuatku semangat untuk #BeraniWujudkanMimpi sebagai penulis. Walaupun aku belum pernah menang ikut lomba menulis, aku tak patah arang untuk terus ikut lomba menulis. 

Advertisement

Aku masih ingat alasan aku ingin menjadi penulis ketika kelas 3 SD.


Aku ingin punya karya dan dibaca banyak orang. Aku ingin bukuku ada di semua perpustakaan di dunia.  


Mimpiku saat itu, buku ceritaku terpampang di perpustakaan sekolahku dan teman – temanku membacanya. Tapi sekarang mimpiku tidak hanya sebatas karyaku dibaca oleh teman – temanku, tapi oleh orang banyak. Aku ingin melalui tulisanku, aku bisa bercengkerama dengan para pembaca. Mengajak pembaca menyelami pikiranku, mengarungi lautan gilanya ideku. Aku ingin menghasilkan tulisan yang baik. Tulisan yang akan tetap menghidupkan namaku jika ragaku sudah dikubur. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

CLOSE