#BeraniWujudkanMimpi-Pesan Ibu, Perjuangan Belum Usai Jika Kau Belum Menemui Akhir Hayatmu.

Menjaga mimpi dan perjuangan

Mimpi: satu kata yang menuntun seseorang untuk terus berusaha melakukan yang terbaik. Seseorang itu adalah diriku. Sejak kecil, aku terbiasa dengan didikan orang tua yang mungkin sebagian orang menganggap jika didikan orang tuaku sangat keras. Aku suka menceritakan kepada teman-teman bagaimana Ayah dan Ibu mengajariku ketika sedang menyelesaikan PR.

Advertisement

“Hah?! Kok bisa?”, “Ibuku kalau ngajarin aku Matematika tuh gini….’’, “Ibuku nggak pernah tuh kayak gitu…..’’ dan lain-lain. Begitulah respon teman-teman setelah mendengar ceritaku.

Reaksi teman-teman saat itu membuatku berpikir. Apa benar orang tuaku terlalu keras terhadapku? Apa benar orang tuaku tidak menyayangiku? Ketika menemaniku mengerjakan PR saja terkadang mereka memarahi dan menyuruhku untuk terus berusaha jika aku belum berhasil menemukan jawabannya. Aku sering merasa lelah dan ingin menyerah. Tak jarang ketika waktu mengerjakan PR tiba ingin rasanya memiliki Ibu Peri yang aku bisa kapan pun memanggilnya untuk mengerjakan semua PR, sehingga aku tak perlu repot-repot dan bisa bebas pergi bermain. Ah, andai saja.

Waktupun berlalu. Tibalah diriku masuk jenjang SMA. Masa SMA merupakan masa yang menjadi titik balik hidupku. Sejak kecil hingga SMP aku tetap tidak berubah. Aku masih menjadi anak yang mudah menyerah ketika tidak berhasil mengerjakan tugas dengan baik, meskipun orang tuaku yang dengan gaya mendidiknya yang disiplin ingin aku menjadi anak bermental kuat dan tidak mudah menyerah. Di SMA, aku dipertemukan dengan seorang teman yang caranya bersikap mirip sekali dengan Ibuku. Ia tidak segan untuk “menggeplak’’ tanganku di depan teman-teman ketika aku lupa mengerjakan tugas. Bagaimana bisa seorang pelajar yang kegiatan sehari-harinya hanya sekolah dan belum ada beban hidup berat bisa seenaknya melupakan kewajiban mengerjakan tugas? Itu memang salahku. Aku pantas untuk mendapatkannya.

Advertisement

Selepas peristiwa ‘’geplakan tangan”, entah ada angin apa yang membuat diriku berubah. Aku menjadi sangat rajin dan tidak pernah sekalipun melupakan tugas-tugas yang menjadi kewajibanku. Mungkin karena malu dan tak ingin peristiwa memalukan itu terulang kembali. Seumur hidup, itu cukup terjadi hanya sekali. Janjiku. Semakin aku bertambah dewasa cara orang tuaku dalam mendidik pun sangat jauh berbeda. Mereka lebih bersikap tidak banyak menuntut dan menyerahkan kepercayaan penuh padaku. Perubahan sikap orang tua justru membuatku semakin sungkan dan aku bertekad untuk bisa membahagiakan mereka.

Hingga suatu malam ketika sedang asyik scrolling media sosial Ibu datang menyambangi kamarku, lalu mengambil posisi untuk duduk di sampingku.

Advertisement

‘’Nak, kalau kamu punya mimpi dan cita-cita itu harus dikejar. Jangan hanya ditulis, dilihat, dan dibayangkan. Tetapi juga harus diusahakan, diwujudkan. Kesulitan dan gagal itu pasti ada, Nak. Namun keduanya akan kalah dengan doa dan usaha yang giat. Kamu percaya itu?”

Sekali lagi, entah ada angin apa tiba-tiba Ibu berkata seperti itu. Seorang Ibu memang dikenal memiliki kepekaan yang tinggi terhadap anaknya. Belum sempat bertanya mengapa Ibu berkata demikian, beliau kembali melanjutkan pembicaraannya.

“Pada dasarnya setiap orang memiliki potensi yang sama. Porsi waktu dalam sehari pun juga sama: 24 jam. Akan tetapi, tidak semua orang memiliki kesempatan, Nak. Pun juga tidak semua orang mampu memanfaatkan waktu dengan baik. Kamu tahu, tokoh-tokoh sukses dunia juga punya waktu yang sama denganmu. Tetapi, di 24 jam dalam sehari mereka berusaha keras untuk mewujudkan mimpi-mimpinya sehingga mereka bisa menjadi seperti sekarang.”

“Dulu waktu kamu kecil, Ibu dan Ayah mendidikmu dengan disiplin. Bukan berarti kami tidak menyayangimu. Kami hanya ingin kamu tumbuh menjadi anak yang pantang menyerah dan bermental kuat, sehingga apapun yang nanti terjadi kepadamu, kamu tidak mudah putus asa. Kamu sudah punya hati yang siap menerimanya.”

“Nak, mulai sekarang bermimpi lah setinggi langit. Tenang, jika kamu jatuh, kamu masih ada di atas awan. Kalau kamu belum menemui akhir hayatmu, itu artinya kamu belum boleh berhenti berjuang. Saat kamu lelah, beristirahatlah sejenak sambil mengingat dan mensyukuri apa yang telah terjadi pada mu. Tapi ingat, setelah itu kamu harus kembali berjuang.”

Aku terdiam sambil memandang wajah Ibu. Sejak malam itu, kata-kata Ibu selalu ku ingat dan aku mulai mencoba menerapkannya. Tidak ada lagi keraguan, yang ada hanyalah keyakinan dan keberanian. Ucapan Ibu membuatku #BeraniWujudkanMimpi hingga akhirnya saat duduk di bangku kuliah aku berhasil menjadi penerima program beasiswa: salah satu mimpi terbesarku.

Teruntuk diriku dan kamu, jangan pernah menyerah. Teruslah menjaga mimpi dan berusaha mewujudkannya. Yakinlah, semesta akan mendukung seseorang yang berusaha dengan sungguh-sungguh.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini