Berdamai Dengan Ikhlas Memang Tak Pernah Bikin Pas, Namun Akhirnya Harus Dilepas

Enggak semuanya mudah, namun enggak semuanya juga susah.

Ada banyak usaha dan pengorbanan yang tidak selalu menghasilkan bahagia. Bukan karena Tuhan tidak ridho, hanya saja tuhan menunda, untuk hari yang lebih bahagia pada nantinya. Tuhan mengajarkan kita bahwa hasil selalu diperoleh melalui proses. Semakin baik hasilnya, semakin besar pula ujiannya.

Advertisement

Mungkin kita sering terkejut dengan lucunya jalan cerita Tuhan. Begitulah hidup, komedi Tuhan memang harus sering-sering dinikmati. Ada yang pergi saat hati mulai mencintai. Ada yang hilang saat raga sudah mulai benar-benar sayang. Bahkan, ada pula yang meminta untuk mengakhiri, saat belum sama sekali memulai. Ada yang minta sudah, padahal belum sama sekali mengalami pernah. 


Hingga akhirnya kita paham. Beberapa dari kita harus mencoba berteman dengan kata hampir. Beberapa dari kita harus berdamai pula dengan kata telanjur. Saat melepas cinta yang hampir kita miliki, dan saat telanjur telah mencintai namun harus meninggali.

 


Tidak ada yang abadi. Karena sejak terlahir di dunia ini pun Tuhan sudah mengingatkan beberapa kali. Namun begitulah kita, diberi pinjaman, malah menagih kepunyaan. Yang dititipkan malah dicintai melebihi garis yang wajar. Saat Tuhan mulai ingin menarik kembali, hati menjadi keras tak ingin dilepaskan pergi.

Advertisement

Berdamai dengan ikhlas memang bukan perkara yang selalu bikin pas. Namun ikhlas adalah satu-satunya jalan keluar agar hati bisa benar-benar mampu untuk sadar diri. Belajar memahami apa itu pergi. Belajar untuk mencerna arti kata meninggalkan. Agar tidak ada kata kejut saat hati dilempari pergi.


Walau sekeras apa pun kita melabrak takdir, Tuhan akan tetap menang telak untuk dilawan bertempur. Seharusnya kita tersadar bahwa segagah apa pun matahari menampakkan diri, jika waktunya sudah habis, dia pun harus tenggelam. Malam mengajarkan kita bahwa alam pun harus tunduk pada waktu. Seharusnya manusia juga bisa memahami, bahwa apa yang sudah digariskan tuhan, tidak bisa ditawar kembali. Tidak ada mekanisme pasar dalam menawar takdir. 


Advertisement

Kita pernah berlabuh pada hati yang salah. Namun bukan berarti hidup ini menjadi benar-benar salah. Cara hidupnya yang salah, bukan jalan hidupnya. Sesekali luangkan waktu untuk duduk sejenak, merenungi semua yang telah terjadi. Amati satu-satu. Yang terjadi, biarkan menjadi pelajaran masa lalu, untuk tidak diulangi.

 

Hidup itu seperti bandara. Hanya dijadikan tempat untuk berlabuh sementara. Apa yang kita temui di bandara, semua pada akhirnya akan pergi menuju tujuan sesuai destinasi. Hingga kita akhirnya paham, hati ini sudah harus diajari untuk tidak terlalu sayang dengan apa-apa yang ada di bumi.


Mungkin kita juga pernah merasa dicurangi jagat raya. Mencintai orang yang salah di waktu yang tepat, dan mencintai orang yang tepat di waktu yang salah. Sesederhana itu cara alam semesta tidak menyukai ingin-nya kita. Dan kita akhirnya sadar, bahwa Tuhan ternyata menghendaki kita hanya untuk bertemu, bukan menyatu. Hanya bersalam, bukan saling mencintai secara mendalam. Yang telah hadir, bukan berarti takdir.


Sayang dan nyaman itu memang jebakan. Terlalu cinta akhirnya membuat kita terjebak. Adam pernah terusir dari surga karena cinta yang terlalu besar kepada manusia. Harusnya kita belajar dari kesalahan pertama seorang umat manusia tersebut.

 

Beberapa diantara kita mungkin pernah berada di posisi; Dibuat jatuh kemudian dibangkitkan kembali. Dibuat rapuh selagi jatuh kemudian dikuatkan kembali. Dibuat hampa dan kalut, namun dirangkul kembali. Namun destinasi akhirnya tetap saja dikecewakan. Manusia itu selalu berubah. Yang kali ini mencintai, suatu saat nanti akan melukai. Bersiap-siap adalah solusi, agar tidak terlalu sedih dalam menghadapi.


Tuhan maha adil dalam membagi-bagikan takdir. Yang bahagia hari ini, bisa saja karena telah lelah menghadapi ujian di hari kemarin. Bahagia itu gilir-giliran, tak bisa bahagia selamanya. Ada jatah sedih yang juga harus dinikmati. Kemarin ketawa terus, sesekali rasain rasanya gagal. Biar paham rasanya berjuang. Kaki pun juga sama, sesekali perlu dilatih untuk tersesat, biar paham rasanya indahnya pulang. 


Biarkan yang pergi menjauhkan diri. Yang tak ingin di hati biarkan tetap mencari. Hidup adalah tentang memilih. Namun diri sendiri harus tetap yakin, bahwa Tuhan akan selalu mengganti setiap yang telah diambilnya. Selalu ada kata ganti, untuk sesuatu yang telah pergi. Biarkan lepas, lakukan ikhlas.


Hingga katakanlah kepada hati. Sadar diri untuk tidak terlalu dalam mencintai adalah vaksin terbaik untuk luka di hati. Jangan dikejar, jika dia semakin memencar. Jangan ditunggu, jika rasanya tak bisa menyatu. Jangan dicinta, jika dia tak ingin bersama. Jangan didoakan, jika dia tak ingin didambakan. Mencintai terlalu dalam, hanya akan membuat diri sendiri tenggelam. Hati terkadang kudu di-rem, agar tidak bobol dalam merasa.


Mungkin sudah saatnya untuk mulai berjalan sendiri, walau hati terkadang sepi tiada yang menemani. Sama halnya dengan bumi, walau hanya sendiri, dia tetap mampu melakukan rotasi sendiri. Mungkin saat ini, ada orang lain yang sedang berdoa agar kita selalu sendiri, hingga pada suatu hari nanti bisa bertemu dengan dirinya. 


Bumi itu tempat bersiap-siap, bukan tempat melahap. Bahagia terkadang bikin lupa diri, kalau usia ada porsi dan jatahnya masing-masing. Saat bahagia terlalu dinikmati melewati porsi, hati terkadang menjadi tak terlatih menghadapi yang pahit. Hidup itu terkadang terlalu lucu. Bikin bahagia sejenak, kemudian meninggalkan sesak yang berkelanjutan.


Ikhlas memang keras. Merelakan memang tak mudah dilakukan. Namun kata coba adalah kunci utama untuk mulai mencoba lembaran baru, meski tidak dengan kertas yang putih. Memulai kembali memang tidak mudah, namun setidaknya masih ada kesempatan lagi untuk bisa memulai kembali. Ada banyak manusia yang tidak diberikan kesempatan, jadi tetap kuatlah untuk memanfaatkan sempat.


Hingga akhirnya kita paham. Kita hanyalah pernah, bukan punah, bukan pula menyerah. Kita hanya sudah. Entah itu nyata, maya, atau fatamorgana, raga ini pun harus mampu berpelukan dengan luka. Hidup masih lumayan lama, masih ada waktu tersisih untuk bahagia.


Tidak ada yang mudah, namun bukan berarti harus lekas menyerah. Lepas yang memang harus dilepas. Ikhlas memang tidak pernah pas. Namun hati pun terkadang harus diperlakukan sedikit keras. Masa lalu yang pahit kudu segera ditebas, raga dan hati harus lekas bahagia dan hidup bebas. Bahagia sudah cukup, maka luka pun sudah pas. Hidup itu sederhana, tidak terlalu mudah, namun tidak pula terlalu susah. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Financial Analyst and Novelist

CLOSE