Bergaul di Kalangan Milenial Meningkatkan Konsep Diri

Saat ini dunia digital dipenuhi oleh generasi Z atau biasa dikenal kaum milenial. Yang di mana usia dari milenial kisaran 5 sampai 24 tahun. Pada umumnya milenial atau generasi Z lebih banyak menghabiskan waktunya dengan sosial media dan nongkrong dengan teman yang seumuran dan satu frekuensi. Hal tersebut menjadi sebuah kebiasaan bagi kaum milenial. Mengikuti trend adalah kehidupannya.

Advertisement

Pergaulan kaum milenial beraneka macam, ada yang hal positif ada pula yang negatif. Semua itu tergantung konsep diri seseorang dan bagaimana seseorang itu dapat beradaptasi dengan lingkungannya yang baik atau buruk. Kini konsep diri seorang milenial akan meningkat karena adanya persepsi atau penilaian terhadap dirinya dari orang lain.

Kalau sudah berbicara tentang bergaul, itu sudah mencakup adanya hubungan persahabatan antara individu dengan individu lain yang terjadi di lingkungan sekitar.

Bergaul di kalangan milenial pada zaman sekarang ini, seorang remaja harus bisa menjaga dirinya dan berhati-hati dalam lingkungan pergaulannya. Bisa dikatakan sebagai “Tongkrongan itu keras”. Apa sih yang dimaksud “Tongkrongan Keras” itu? Tongkrongan keras itu bisa di bilang, ketika seorang remaja bergaul dalam sebuah tongkrongan ia akan mendapatkan segala persepsi, perilaku, atau kondisi yang membuat dirinya menjadi berubah.

Advertisement

Misalnya, jika seorang remaja yang biasanya memiliki kepribadian pendiam dan ketika ia bergaul di tongkrongan, maka ia akan mengikuti semua contoh yang ada pada remaja-remaja di tongkrongan tersebut. Namun, terkadang juga kita sebagai remaja yang suka bergaul di kalangan milenial pastinya akan mendapatkan pelabelan nama panggilan langsung yang diciptakan oleh teman sebaya kita.

Terkadang, semua persepsi yang diciptakan dari teman sebaya itu ada yang berdampak negatif dan ada yang berdampak positif. Contohnya, jika dampak positif berasal dari persepsi teman  yang dapat mensupport diri kita dan meningkatkan rasa kepercayaan diri. Sedangkan, jika yang berdampak negatif itu adanya persepsi dari orang lain yang dapat menjelekkan harga diri kita sebagai temannya atau bisa dikatakan sebagai bullying.

Advertisement

Dengan cara seorang remaja yang gemar bergaul dan hangout dengan para milenial, itu akan mengembangkan suatu proses konsep diri yang akan terjadi kepada diri kita sendiri. Segala perlakuan dan persepsi yang diberikan dari teman sebaya itu, otomatis kita akan meniru dan memperhatikan yang dilakukan oleh teman sebaya kita.

Namun, tidak semua remaja yang meniru dan mengikuti semua contoh yang ada di dunia tongkrongan. Mungkin, dengan bergaul di kalangan milenial ini seorang remaja akan mendapatkan segala informasi tentang dirinya dari pandangan orang lain, sehingga diri remaja itu dapat berinteraksi dan intropeksi dengan perilaku dan tingkah seorang remaja itu.

Dalam kehidupan masa remaja harus dituntut untuk menyesuaikan dirinya pada tempat yang ia temukan. Konsep diri seorang remaja ini menekankan suatu individu dengan bagaimana seorang individu itu dapat mengantur dirinya dalam kehidupan sehari-harinya. Bergaul di kalangan milenial ini menjadi tuntutan bagi seorang remaja dalam mencontoh dan meniru semua sikap dan perkataan yang dilakukan oleh rekan sebayanya. Penyesuaian dari seorang remaja dalam lingkungannya ini adalah sebuah proses diri seorang remaja dalam mengatasi dan mengontrol segala keadaan yang tidak baik.

Sering terjadi di kalangan milenial, ketika pribadi remaja membenarkan dan melakukan yang tidak baik menjadi baik dan digunakan dalam kehidupannya, yang pada dasarnya perlakuan itu adalah sebuah perilaku yang salah dan fatal bagi seorang remaja. Maka dari itu, seorang remaja ketika sedang bergaul dikalangan remaja ini harus bisa membatasi dirinya untuk melakukan hal yang dia sukai.

Sehingga, remaja itu bisa mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk dan ia akan berkreasi dengan secara tidak berlebihan dan masih batas wajar. Dengan demikian, seorang remaja dapat menerima dirinya dengan segala persepsi yang didapat dari lingkungannya dan akan memiliki pribadi yang menghindari dan intropeksi dengan kesalahan atau kekurangan yang dimilikinya. Jika seorang remaja sudah diketahui tingkat mengenai dirinya, ia akan mampu mengontrol dirinya dalam mengembangkan dan mengarahkan dirinya untuk melakukan suatu hal.

Kira-kira bagaimana sih pergaulan yang baik itu? Kini zaman sudah semakin berkembang dan munculnya pergaulan-pergaulan yang memiliki sifat negatif ataupun positif. Pergaulan yang baik itu di mana dalam sebuah tongkrongan berisikan remaja-remaja yang memang memiliki sifat yang baik dan saling menasehati satu sama lain.

Pergaulan yang baik ini biasanya selalu melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain, misalnya dalam pergaulan ikatan remaja masjid yang setiap pertemuan itu akan melakukan pengajian bersama atau mengadakan galang dana untuk peristiwa alam disebuah daerah. Pergaulan yang baik juga merupakan pergaulan yang semua aspek nya itu membuat dan membawa diri pribadi seorang remaja menjadi ke hal yang positif. Ketika seorang remaja yang sudah memiliki jati diri, ia akan menempatkan dirinya kepada pergaulan yang baik dan sehat.

Segala konsep diri yang terbentuk pada seorang remaja itu berasal dari orang terdekat yang memiliki hubungan yang baik. Segala bentuk konsep diri itu berasal dari penilaian langsung yang ditujukan kepada diri kita sendiri. Terkadang, jika kita berada di pergaulan yang tidak baik, kita sebagai remaja akan mendapatkan penilaian yang dapat menjatuhkan harga diri kita dihadapan orang banyak.

Sehingga seorang remaja akan merasakan dirinya sebagai seseorang yang tidak dianggap keberadaannya dan akan memiliki gangguan dalam segi kesehatan. Sehingga identitas pada diri seorang remaja itu akan berubah drastis dari sudut pandang teman sebaya. Misalnya, pada kondisi perasaan atau emosional yang akan berubah. Terkadang, sikap teman dalam sebuah pergaulan itu seakan-akan tidak menghargai satu sama lain atau merasa bahwa dirinya yang paling hebat di tongkrongan itu.

Adanya perbedaan dalam peran laki-laki atau perempuan dalam sebuah tongkorang yaitu laki-laki akan mampu berkomunikasi sesama teman dengan sifat yang serius dan kompetitif, sedangkan jika dalam pergaulan perempuan itu akan lebih ke hal yang sensitif. Karena pada dasarnya wanita memiliki sifat yang mudah terbawa oleh perasaan. Maka dari itu, tongkrongan dan pergaulan para lelaki bisa di bilang sebagai pergaulan yang sangat bebas dan keras untuk para remaja.

Kini, banyak sekali pergaulan bebas yang tidak memandang nilai-nilai perundangan dan nilai kehidupan. Kenapa demikian? Karena kebanyakan tongkrongan anak milenial pada zaman sekarang ini, laki-laki ataupun wanita itu nongkrong menjadikan sebagai ajang “Keren-kerenan” dan bisa dibilang gede gengsi. Pemikirannya hanya mengikuti trend yang ada dan ikut-ikutan pergaulan di sekitarnya. Dan pada zaman sekarang ini kebanyakan pergaulan yang mengakibatkan fatal, misalnya pernikahan diri karena adanya hubungan intim diluar nikah, mencoba-coba narkotika, minuman keras, dan yang lainnya. Maka dari itu, sebaiknya kita tetap menjaga diri.

Wood, T Julia (2013). Komunikasi Interpersonal Interaksi Keseharian. Jakarta, edisi 6. Zulkarnain, Iskandar, Asmara Sakhyan, dan Raras S. Membentuk Konsep Diri Melalui Budaya Tutur : Tinjauan Psikologi Komunikasi. 2020

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE