Stop Terlalu Jadi Bucin, Biar Karaktermu Nggak Jadi Miskin!

Stop jadi budak cinta karena pacaran adalah merakit derita

Perihal bahagia, kita sering keliru menilainya, bahkan sering tidak memahami apa arti bahagia seutuhnya.

Kita hanya menerka-nerka, mengandalkan segala kemungkinan untuk mendefinisikan sebuah kebahagiaan, dan kebanyakan menganggap bahagia hanya tercipta ketika lelaki dan perempuan mengikat tali kasih sayang.

Tak dapat dipungkiri, bila ditanya kepada kawula muda pada saat kapan bahagia itu datang! Mereka pasti menjawab,


"Ketika jatuh cinta kepada seseorang."


Bagi mereka sudah tentu itulah masa paling bahagia, bahkan kepada kaum dewasa yang sudah gede-gede pun masih beranggapan bahwa bahagia itu ketika bersama dia, ya tentunya yang masih menjadi bucin yang berarti budak cinta. Karenanya, semua yang merasakan itu sering terjebak di dalamnya, berlarut hingga bersusah-payah dalam menjalani hari-hari, rela sakit-sakit, susah-susah, sedih-sedih, cemberut-murut, senyum kusut, mata memerah, air mata kering, tubuh kering, memekuk di pojokan, nafsu makan hilang, pikiran sungsang, sampai-sampai nyawa pun melayang. Dan itu semua katanya karena sebuah kebahagiaan yang hilang.

Baru beberapa detik lalu bersama, masih angat-angat! Seperti gorengan yang baru diangkat. Berbagi canda tawa dan suka ria baru di rasa, kini telah tersapu dan tergilas oleh sebuah perpisahan yang meninggalkan perih luka-luka di dalamnya. Sebegitu beratkan bahagia sehingga membuat manusia melanglang-buana, menjadi tak karuan, seolah hidup hanya beban jika berpapasan dengan perpisahan.

Sebegitu pelikkah bahagia itu yang ingin menjauh dari diri seseorang bahkan seringkali pupus menelantarkan masa depan. Putus hubungan dicap sebagai gudang kesengsaraan. Oh no! Itu bukan bahagia yang hilang, itu bukan sesuatu yang harus di angisi. Ketahuilah bahwa ini hanya pembodohan belaka melalui bisikan-bisikan ahli nerakawan, untuk menjadikanmu rekan-rekan dalam melakukan dosa-dosa sampai hari perhitungaan.

Jika demikian, sekarang pertanyaannya,


Bahagia itu apa sih? Saat kapan bahagia itu datang? Kapan dia ada?

Apakah bahagia itu hanya tentang hubungan sepasang kekasih?


Kurasa tidak! Justru kebahagiaan itu ada ketika seseorang mampu menguasai nafsunya (Imam Ghazali). Banyak kebahagiaan lain yang perlu kita telaah dengan kepala bugar agar kita sadar bahwa dunia tidak hanya dengan perihal hubungan tali kasih sayang dengan berpacaran, dunia banyak menyediakan hal dalam meraih senyum gelak tawa kegembiraan, baik itu bersama teman-teman, keluarga, kerabat dan lain-lain. Atau mencarinya sesuai hobi seperti olahraga, menari, memancing, berenang, menulis, melukis dan banyak bahagia lain yang bermanfaat untuk kita lakukan berguna bagi masa depan.

Jika hanya mengandalkan perasaan, memangnya ada masa depan pacaran? Toh ujung-ujungnya berakhir di tengah jalan. Andaipun sampai pernikahan pasti itu tak lama bertahan, berapa banyak yg nikah muda ditinggal kekasihnya, sebab apa, bahagia yang mereka bangun hanya karena menuruti nafsu, dan nafsu selalu meminta yang lebih, tentu yang lama ditinggal yang baru dikejar.

Sebelum terlampau jauh, bahagia itu juga dapat diartikan dengan adanya ketenangan tanpa rasa beban yang sering membuat kita banting pikiran, bahagia itu sederhana, bahagia tidak selalu bercumbu, cinta-cintaan, rindu-rinduan, terkhususnya kaum umur bawahan yang masih menjadi korban kasmaran, dikit-dikit cinta, dikit-dikit patah hati, dikit-dikit jalan, dikit-dikit diduakan, selingkuh, patah, putus, kecewa yang bercampur aduk semua. Itupun kalau yang sudah cukup umur otak kita masih bisa menerima bahwa itu biasa.

Tetapi yang parahnya, noh! Bocil-bocil yang masih seumuran jagung, tidur aja masih ngompol tapi sudah bonceng-boncengan, sudah peluk-pelukan, pegangan tangan dan yang lebih parah sudah berani ci*man. Haduh, itu yang lebih menggelengkan kepala dan dapat kita saksikan bersama dampaknya saat ini seperti apa, banyak yang gembung, udah masuk angin, padahal masih berseragam sekolah, pun tidur masih di bawah ketiak mamaknya sudah menggendong anak, aduh, ampun dah! 


Mengenai itu, lalu dimana letaknya bahagia yang diagungkan tadi, apa itu definisi bahagia?

Apa itu yang dinamakan cinta? Bukankah itu sebenarnya duka, kecewa, sengsara bahkan itu disebut bala.


Mungkin dalam sekejap itu terasa seperti bahagia yang nyata, padahal tidak! tanpa kita sadari sebenarnya ketika menjalin hubungan disitulah kita sedang merakit derita, merakit sakit, mematahkan semangat meraih masa depan. Jika pacaran ditimang sampai besar dan tak berselang lama, wujudnya akan tampak terlihat bahwa itu hanyalah luka tanpa goresan, perih membuat tertatih, sebuah kepura-puraan yang nyata. 

Untuk yang masih sibuk sana-sini umbar-umbar penampilan mencari perhatian, sudahlah stop! Kau tak perlu melakukan itu, percuma. Bahkan pernah suatu kejadian, "it's real" pada jaman berhamburannya cewek-cewek matre, saat itu pula lelaki yang jadi korban hilang kesadaran, tumbuh serakahnya yang rela menjual harga diri orangtua demi mendapatkan motor ninja, jika tak dipenuhi maka ia akan menggila sehingga seorang mama harus menanggung derita.

Demi malam minggu, biar terlihat keren, terlihat kece, nenteng-nenteng tangki gede, pelak krum, body mengkilat, membeber knalpot dengan suara menggelegar, wih perasaan dia sudah menempel semua para cewek-cewek. Hmm alhasil dengan tak sadar, kalau pun mau, si cewek hanya berpacaran dengan motornya bukan orangnya, orangnya mah item, jelek, pesek, tapi karena motor gedek, gagah, mengkilap, dan karena itu si ceweknya mau diajak jalan. Dan jika dipikir satu gendul satunya lagi begul, sama-sama blo-*n. Dan itu katanya bahagia, bahagia dari Hongkong sih ia. Yang ada lho nyusahin orangtua, gak tau diri, atap rumah bocor-bocor tapi di dalamnya ada moge gramor, kan gak nyambung, udah gitu kredit lagi, aduh stres dah klo begitu.


Hmm menemukan bahagia itu gak segitunya kali! Jangan gara-gara bucin lo sampai selebay itu bergaya, bahagia itu sederhana, nikmati hidup bersama orang-orang sekitar, tak perlu memaksa, perihal pacaran, sudahlah stop bucin, ntar karakter lo jadi miskin.


Tak perlu kau bela-belain yang begituan, jika itu masih sekolah silahkan sekolah dulu, jika sudah kerja nanti baru boleh kau memilih untuk menikahi dan menciptakan bahagia seutuhnya. Hanya karena cinta halal yang bisa membuat bahagia, sekarang bahagialah dengan capaianmu, susun target ke depan, ntar mau jadi apa jika bucin dipelihara. Santuylah dengan keseharianmu dalam melakukan aktivitas, agar kelak jadi berkelas dalam dunia luas. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Tak perlu engkau tau tentangku sebab kau tak membutuhkannya, @ztumangger