#BertepukSebelahTangan; Sejujurnya Aku Ingin Menyayangimu dengan Profesional, Namun Rindu Membuatku Kekanakan.

Cinta begitu hebat, begitulah seharusnya

Matahari terbit dan tenggelam seperti keinginannya, hujan masih suka turun. Kucing masih doyan makan, minum dan berlari, ayam juga masih berseru saat dia ingin, warung-warung makan, cafe dan SPBU masih ramai, menandakan bahwa semuanya masih berjalan seperti biasanya dan semestinya. Tidak ada hal yang benar-benar berubah yang harus dipusingkan masyarakat, namun cukup aku saja yang memusingkannya.

Beberapa pesan dan panggilan yang kulakukan dengan sengaja dan dengan didorong oleh keinginan luhur untuk mencapai ketentraman tak terbalas, dalam hati, semoga tuhan saja yang membalasnya. Sedikit melihat ke belakang, pertemuan kita terjadi karena kepercayaanmu yang telah susah payah kau pelihara empat tahun hancur, sebab itu pula kamu ke sini dengan alasan piknik. Jiwaku dalam keadaan yang kurang lebih sama denganmu waktu itu, namun dengan fisik yang lebih berantakan karena cape seharian kerja dan belum mandi.

Angin sepoi mengalir menggerakkan daun pohon mangga yang bisa kita dengar bersama suaranya, diiringi hujan yang turun membasahi helmku tanpa kusadari. Aku masih ingat beberapa pertanyaanmu waktu itu, meskipun sudah lama, kenangan itu tidak benar-benar hilang, kadang tak kepikiran dan sekejap bisa ingat lagi. Sebuah pertanyaan keluar dengan lembut dan kuat dari bibirmu, seperti bola besi yang dilapisi kapas.

“Jangan-jangan kita dipertemukan untuk saling menghibur sesaat, setelah ini mungkin kamu menghilang”.

“Aku tidak akan menghilang, aku janji. Kamu tau enggak kalau sebenarnya pertemuan kita sudah direncanakan semesta, selebihnya terserah kita, semesta sudah memberi petunjuk”. Terdengar seperti sebuah gombalan, namun itu yang sebenarnya, jika itu kau anggap gombalan, lantas bagaimana caraku mengatakan yang sebenarnya.

“Hah maksutnya” jawabnya bingung dengan sedikit mengerinyitkan alis.

“Semesta tahu bagaimana kondisi batin kita berdua, dari beberapa kota yang ada, jogja menjadi pilihanmu, semesta mempertemukan kita tak sekedar untuk saling menghibur namun lebih dari itu, saling melengkapi dan menjadikannya utuh.”

“Oh gitu ya, tapi aku belum siap memulai hubungan yang baru lagi, empat tahun itu bukan waktu yang sebentar, kebiasaan-kebiasaan yang sudah mulai terbangun harus ku rubah. Aku takut kecewa lagi.” Dengan nada yang sedikit ditekan dan menyudutkan.

“Kebiasaan tak perlu dirubah, jika itu baik, kita bisa melanjutkannya, pelan-pelan pasti berubah. empat tahun memang lama dan perlu waktu juga untuk benar-benar bisa terbiasa.

“Kamu sudah move on kah sama mantanmu? Secepat itu.” Mencoba mengalihkan pembicaraan.

“Aku dibuatnya kecewa perasaanku  hancur sama sepertimu. Aku merangkainya lagi agar tak larut dalam kesedihan yang mendalam. Saat ini aku seperti menemukan tambang emas, harus cepat, memang ini pertemuan pertama kita, keraguan pasti ada dan momen seperti ini tak akan terjadi lagi dalam waktu dekat, kamu akan kembali dan aku masih di sini.

Mengutarakan perasaan menurutku tidak harus saling mengenal satu sama lain, toh aku telah nyaman. kedepannya kita juga akan tetap akan saling mengenal. Namun menerima adalah hal yang berbeda. Aku paham kamu belum siap, tapi kamu mau janji satu hal buatku kan?”.

“Janji apa?” ucapnya dengan sedikit berfikir.

“Jika kamu sudah siap memulai hubungan yang baru, janji ya aku orang pertama yang tahu kabar itu”.

“Ok, kalau enggak lupa ya”. ahahahah dia tertawa, akupun juga.

Esok paginya kami sarapan, sengaja ku pilih warung makan yang searah dengan yang akan dia lalui, untuk meminimalkan potensi tersesat. Kutitipkan hatiku padanya dengan sengaja sejak semalam, hanya iya dan heeh yang keluar dari bibirnya. Terlihat masih ragu, namun memaksakan sesuatu hanya akan memperburuk keadaan.

Setelah momen berharga itu, komunikasi kita lebih mesra dan intim, jika dibandingkan sebelumnya. Kurasakan saat itu ada lagu di setiap polisi tidur, juga jalan berlubang, saat malam, bintang dan bulan menampakkan dirinya sengaja untukku.

Waktu bergerak seperti angin, sedikit demi sedikit perasaanku mulai kacau, tak ada centang biru tak ada panggilan yang berbalas. Kupikir kini kau yang menghilang, bertapa dalam goa tentu tidak. pikiranku mulai kacau, kata rindu semakin tak berarti, beberapa kali menghubungi dengan hasil yang masih membuat frustasi.

Musik senang berasa musik gelisah, Cinta begitu hebat dan dahsyat siapapun bisa hanyut dibawanya. Sejujurnya aku ingin menyayangimu dengan profesional, namun rindu membuatku kekanakan. aku benar-benar kacau, tak tahu lagi apa yang menjadi keinginanku jika sikapmu seperti ini, aku sedang kesusahan untuk meluapkan perasaan, lalu kupilih menulis. Dalam kehidupan memang banyak sekali kemungkinan kemungkinan dan hanya cocok untuk kita yang siap. Jika cinta ini bertepuk sebelah tangan, semoga suara tepukan itu bisa menghiburmu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini