Biarkan Saja Orang Berkata Apa Tentang Hidupmu. Toh Sesekali Bersikap Bodo Amat itu Perlu

Biarkan orang berkata apa

Banyak orang beropini kalau lulusan dari perguruan tinggi negeri maka mereka dengan mutlak akan bagus dalam segala hal, tak terkalahkan dan sebagainya. Banyak orang juga yang beropini kalau seseorang yang terlahir dari keluarga berada berarti ia pasti akan beretika.

Advertisement

Banyak orang beropini bahwa seseorang dengan jabatan tinggi maka dia kuasanya. Maka semua perintahnya adalah keharusan. Jika tak kamu lakukan, maka jangan harap kamu dapat imbalan.

Banyak orang beropini ketika kamu terlahir dari keluarga yang agamis maka kamu akan otomatis suci, mengabaikan apa yang kamu lakukan atau katakan, kamu akan tetap dipuja dengan alasan suci.

Banyak orang beropini semua yang dikatakan orang yang lebih tua adalah titah dalam hidup. Kamu harus lakukan jika kamu tidak mau kehilangan arah hidup.

Advertisement

Tapi mari kita coba merekonstruksi ulang pikiran. Banyak orang yang lulus dari perguruan tinggi swasta yang mampu bersaing di luar sana, bahkan lebih hebat atau justru menjadi leader bagi mereka yang lulus dari perguruan tinggi negeri. Karena di dunia kerja yang dilihat adalah hasilnya, prosesnya, dan mentalnya. Memang akan menjadi nilai plus ketika kamu lulus dari negeri dibanding swasta, tetapi akan lebih baik kalau kamu paham bahwa tak semua lulusan negeri mencerminkan kewibawaan almamaternya masing- masing.

Lalu apakah logis jika kamu menilai kecerdasan seseorang hanya dari berapa banyak uang yang dia punya atau dari merk baju apa yang dia pakai? Atau dengan satu kesimpulan ketika dia terlahir dari keluarga yang broken home berarti mereka akan otomatis membawa kehancuran? Apakah maunya dia ditakdirkan seperti itu? Ketika kamu berada secara materi dan keluarga, kamu seharusnya dapat menjadi lebih baik dan dapat merangkul sesama atau bahkan mampu menyebarkan kebahagian yang kamu punya untuk sekitarmu. 

Advertisement

Jangan beranggapan diri ini kuat dan punya segalanya, ingat, kita semua ini hanya hamba, bukan Tuhan 🙂 Toh jika kamu merasa kamu kupu-kupu berasa indah dan mampu terbang, kamu tidak bisa masuk ke tanah yang dalam seperti cacingkan? Jadi semua orang punya kapasitasnya masing- masing.

Lalu jika kamu hanya staff atau hanya bagian terendah dari satu perusahaan, kamu tetap berharga. Kamu bernilai. Jangan merendahkan diri kamu sendiri untuk hal-hal yang tak berlogika di tempat kerja. Memang sih ketika kamu melamar disatu posisi satu perusahaan, maka saat itu juga harga diri kamu dibeli perusahaan tersebut. Tapi jangan dimakan mentah kalimat tadi, kamu tetap punya harga diri, cintai diri kamu sendiri, kerjakan tugas kamu, dan hiduplah bahagia, karena kamu tidak ada kewajiban mewujudkan mimpi dan cita semua orang.

Uang memang tanpa sadar akan menciptakan kebahagiaan, tapi kebahagiaan yang sebenarnya adalah ketika kamu melakukan apa yang kamu cintai. Loyal-ah dengan apa yang kamu cintai, karena akan menghasilkan kepuasaan untuk diri kamu sendiri.

Agama itu urusan pribadi masing-masing dengan Tuhan. Bahkan orang tua kamu-pun tidak bertanggung jawab penuh untuk keimanan kamu. Kamu beriman untuk diri kamu sendiri, semua dihitung dan dipertanggungjawabkan masing-masing kamu kepada-Nya.

Memang apa yang menjadi tolak ukur kalau kamu agamis atau tidak? Apa dengan kamu menghadiri kajian terus-menurus maka kamu agamis? Atau dengan kamu selalu berbagi? Atau apa? Pada hakikatnya iman seseorang adalah keyakinan pada Tuhannya. Ketika kamu yakin semua ada yang perlu dipertanggungjawabkan, maka kamu akan melaksanakan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya.

Omongan orang yang lebih tua memang baik, karena secara umur dan pengalaman hidup mereka lebih dulu dari kita yang lebih muda. Tapi apa yang mereka katakan adalah pendapat mereka, kalaupun mereka "pernah ada di posisi sulit kamu", yang mereka katakan adalah pengalaman mereka dimasa lalu, dan itu akan sedikit berbeda dengan masa kamu sekarang.

Jadi kamu cukup mendengarkan, dan pertimbangkan jika itu memang perlu menurut kamu. Semua keputusan yang kamu buat akan berimbas pada diri kamu sendiri, bukan orang lain. Jadi jangan ambil keputusan atas kehendak orang lain, ingat, kamu raja untuk diri kamu sendiri.

Hiduplah dengan waras menyikapi semua opini orang, kamu tidak punya kekuatan super untuk menghentikan itu, tapi kamu punya pilihan untuk menutup telinga kamu dan terus berjalan merajut cerita indah kamu. Pada satu masa kamu akan temukan titik ketika emosional akan menguasai rasional kamu, itu wajar, jadi balik lagi, berpikir waraslah. Semangat!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Menghayal itu menyenangkan karena bisa jadi hiburan dan motivasi dan aku suka itu : )

Editor

Not that millennial in digital era.

CLOSE