Stop Sebut Diri Sendiri Beban Keluarga. Kamu Selalu Punya Daya untuk Banggakan Mereka

bukan sekadar beban keluarga

Kita semua pasti ingin hidup enak. Ingin semua yang kita inginkan tersedia, entah itu uang, kuota, saldo e-money, baju bermerek, smartphone terbaru, PC gaming, dan lain sebagainya. Ya, akupun begitu. Tapi aku, dan mungkin beberapa dari kita hanya bisa berharap saja dengan keinginan-keinginan itu, dan entah kapan keinginan itu terwujud.

Advertisement

Sebagian yang lain sudah memiliki apa-apa yang aku tulis di atas, bahkan lebih baik lagi. Mereka tak hanya bisa memilikinya, tapi juga bisa menunjukan apa yang mereka miliki pada siapapun yang mereka ingin tunjukan, baik teman, followers, subscribers, dan pada yang lainnya. Kita yang hanya bisa melihatnya hanya bisa bergumam “Enak ya jadi mereka.”

Itu wajar, itu manusiawi, itu alamiah. Perasaan itu pasti pernah muncul dalam hati kita, setidaknya sekali, meskipun kita sudah diajari bahwa kemewahan dunia adalah kemewahan yang semu, namun perasaan ingin menjadi mereka tetap ada. Namun dunia ini tidak hanya tentang si kaya dan si miskin, yang mampu bisa beli dan pamer, yang miskin kerja keras demi sesuap nasi dan hidup esok hari.

Masih banyak orang-orang hebat di luar sana, yang baik perilakunya dan rendah hati. Tidak silau dengan apa yang dimiliki. Bahkan rela membaur dengan masyarakat bawah agar bisa merasakan apa yang mereka rasakan. Bukan hanya saat di depan TV, namun dalam kehidupan sehari-harinya. Hampir setiap hari memakai baju yang sama, bukan sama motifnya,maksudnya ia tidak menunjukan baju-baju mewah yang ia miliki.

Advertisement

Orang seperti ini termasuk hebat, karena rela menyembunyikan identitas dirinya yang sebenarnya agar orang tidak iri, agar orang tidak terus berangan-angan, dan agar tidak silau dengan pujian. Orang tahu ia punya rumah besar, tapi ia tidak menyebutkan hal itu ketika ngopi bareng, ia tidak menceritakan berapa uang yang ia miliki saat ini, berapa mobil yang telah ia beli, dan lain sebagainya kepada orang lain. Ia tidak memamerkan hartanya di sosmed, dan bersedekah pada orang yang membutuhkan.

Tentu orang itu bukanlah aku. Aku hanya bocah yang hampir menginjak usia 19 tahun. Makan saja masih dimasakin orang tua. Selama hidup, nggak pernah ngerasain yang namanya naik pesawat. Entah besok, semoga aja bisa. Saya pribadi sebagai orang yang pernah melihat orang seperti itu, jelas kagum, siapa yang tidak. Fitrah manusia memang seperti itu. Tapi kita tak mungkin hanya bergumam kagum sepanjang hayat. Kalau bisa, kita juga harus berusaha menjadi seperti mereka.

Advertisement

Mereka (orang hebat di atas) sebelum mempunyai harta yang banyak pasti mengalami kesulitan dulu sebelum kesuksesan datang menghampirinya. Pasti ada perjuangan, ada pengorbanan, ada jiwa yang terus ia bangun agar kuat menghadapi cobaan yang ada. Bahkan bagi orang yang terlahir dari keluarga kaya pun, dan sekarang menjadi miliarder pasti juga mengalami hal itu. Apalagi kita masih muda, umur masih Panjang, segala kemungkinan bisa terjadi. Memang banyak hal yang tidak mungkin kita lakukan, tapi yakinlah bahwa yang bisa kita lakukan jauh lebih banyak. Kamu adalah kamu, versi terbaik dirimu bukanlah menjadi seperti Mark Zuckeberg, bukan juga menjadi seperti Chairil Tanjung. Versi terbaik dirimu adalah kamu, kamu bisa sukses di bidang yang kamu banget!

Aku, kamu, dan kita semua bisa sukses dengan cara kita masing-masing. Memang keadaan kita sekarang sedang sulit, tapi aku yakin bahwa masa pandemi ini bisa menjadi batu loncatan kita menuju keberhasilan. Seperti yang dikatakan Pak Jokowi bahwa pandemi ini menjadi batu loncatan Indonesia menuju negara yang maju, akupun mulai mempercayainya (walaupun saya seorang oposisi).

Tentu kesuksesan saat masa pandemic ini tidak langsung instan datang begitu saja. Tapi buktinya banyak orang yang pada masa pandemic ini berganti pekerjaan, dan pendapatanya bertambah. Yang tadinya pekerja kantoran menjadi peternak ikan, atau mungkin menjadi pembudidaya tanaman hias, mereka omzetnya bertambah di masa pandemi ini. Karena memang, pintu rezeki terbesar ada dalam perdagangan, seperti kata Nabi kita Nabi Muhammad bahwa pintu rezeki ada 10, yang 9 melalui perdagangan.

Dari hal itu, kita yang masih muda juga harusnya jangan mau kalah. Kalau tak bisa berdagang ya bantu orangtua, bisa pekerjaan rumah, atau membantu orang tua kita berdagang, dan lain sebagainya. Aku, dan kita semua yakin bahwa usaha tidak akan mengkhianati hasil. Kalau yakin maka lakukanlah. Aku, kalian dan kita semua bukan beban keluarga, kita semua calon orang sukses, tahun ini, tahun depan, dan seterusnya. Dan juga di dunia, serta di akhirat. Aamiin!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Suka ngemil bawang goreng.

Editor

Not that millennial in digital era.

CLOSE