Bullying: Kapan Ini Akan Berhenti ?

Jaga lingkungan terdekat kita dari perilaku bullying

Bullying jadi masalah yang dari dulu sulit selesai. Kalau di sekitarmu terjadi bulliying, yuk kita berantas! Jangan sampai muncul efek besar buat korban, ya SoHip. Tak terkecuali kasus akhir-akhir ini yang kita liat di medsos.

Advertisement

Senin (27/2/2023) sore menjadi salah satu hari paling tragis dalam bulan Febuari lalu. Peristiwa ini menimpa seorang anak MR (11) asal Banyuwangi. Bocah SD kelas 4 tersebut nekat mengakhiri nyawanya  dengan cara menggantung diri dan lebih mirisnya diketahui bahwa hal ini dilakukan kerena sering di-bully oleh teman-temannya.

Menurut keterangan dari AKP Basori Alwi, Kapolsek Pesanggaran, korban pertama kali ditemukan oleh ibu kandungnya WS (50) telah tergantung di pintu. Diketahui ia tinggal bersama ibu dan kakak nya setelah ditinggal ayahnya beberapa tahun yang lalu.

Perbuatan mengakhiri nyawa yang dilakukan  MR diketahui karena sering menerima bullying dan ejekan dari teman-temannya dikarenakan tidak memiliki ayah. Menurut keterangan ibu dan anggota keluarganya MR, korban sering mengeluh dan tak jarang juga menangis sepulang main atau sekolah karena ejekan yang diterima terus menerus.

Advertisement

Miris adalah kata pertama yang muncul ketika mendengar peristiwa ini. Tidak dapat dipungkiri kata-kata yang berasal dari lisan manusia bisa membuat seorang mengakhir hidupnya dengan tragis, yang lebih mencengangkan korban merupakan seorang anak yang masih duduk di bangku SD.

Sebenarnya apa sih yang sebenarnya terjadi? Mengapa peristiwa itu bisa terjadi? Dan siapakah yang patut disalahkan dari kejadian ini, mari kita bedah bersama masalah dari kasus ini dari pandangan psikologi. Jika ditelaah dari kasus tersebut maka kita akan mendapat satu kata yang sangat menonjol, yaitu bully. Sebenarnya apasih itu bully? Kata bully sendiri berasal dari bahasa inggris yang berarti perundungan, menurut KBBi edisi ke-5, kata rundung mempunyai arti mengusik,mengganggu terus menurus dan menyusahkan.

Advertisement

Menurut UNICEF, bullying bisa dikategorikan menjadi tiga karakteristik, yaitu disengaja (untuk menyakiti), terjadi secara berulang-ulang, dan ada perbedaan kekuasaan. Dikutip dari detikjabar.com, bullying merupakan segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa terhadap orang lain, dengan tujuan untuk menyakiti dan dilakukan secara terus-menerus.

Dilihat dari kasus diatas bullying dilakukan oleh kelompok pertemanan terhadap individu yang membuat korban tersingkirkan dari kelompok tersebut. Dari sudut korbannya, korban merasa berbeda dan tidak diterima dari kelompok yang membuat korban merasa depresi, diperparah oleh ejekan yang tidak dapat disangkal, yaitu tidak memiliki ayah. Ketika depresi sudah mencapai puncaknya seorang individu akan merasa bahwa dia tidak berharga dan tidak dapat mengambil kendali akan diri nya dan akhir dari depresi adalah mengakhiri hidup mereka dengan cara menghilangkan nyawanya sendiri sebagai bentuk pelarian dari masalah yang dialami.

Mengutip Psychology Today, sesorang melakukan bullying karena beranggapan dengan melakukan bullying sebagai cara efektif untuk mendapatkan apa yang diinginkan, dalam jangka waktu yang singkat. Pelaku bullying biasanya ingin mendominasi sosial dan dapat mengontrol orang-orang disekitarnya, pelaku bullying merasa ia memiliki kekuasaan dan menganggap orang disekitar nya lemah.

Dilansir dari medcom.id bullying dapat dipicu dari sikap-sikap negative, seperti perasan iri, dendam, dan permusuhan antar teman. Sementara itu dari sisi pelaku, biasanya bullying dilakukan karena  kepercayaan diri cenderung rendah. Bullying menjadi sarana pelaku untuk mencari perhatian orang-orang sekitar.

Keluarga menjadi faktor terpenting dalam membentuk perilaku bullying. Menurut riset orang tua yang sering bertengkar atau berkelahi cenderung membentuk anak-anak bersikap agresif. Menurut teorinya Bandura anak-anak belajar dari apa yang sering dilihat dari orang terdekat teori ini sering disebut teori modelling. Anak- anak yang kurang mendapat kasih sayang, didikan yang tidak sempurna  dapat berpotensi membentuk perilaku anak menjadi pembully.

Faktor lain yang berpengaruh dalam terbentuk perilaku bullying adalah lingkungan. Lingkungan termasuk faktor penting dalam pembentukan perilaku, karena secara tidak langsung individu lebih banyak menghabiskan masa hidupnya dilingkungan luar daripada keluarganya.

Seharusnya kasus seperti ini harus lebih disoroti oleh semua pihak. Menjadi pelajaran untuk setiap orang tua agar lebih berhati-hati dalam mengasuh anak sehingga terhindar dari perilaku yang tidak diinginkan. Dorongan dari orang yang disayang sangat penting bagi pembentukan karakter yang baik.

Guru juga mengambil peran yang penting dalam kasus pembullyan karena pembullyan biasa nya terjadi di lingkungan sekolah. Guru harus lebih peka akan keadaan setiap siswanya, tidak hanya sebagai pengajar tapi sebagai pendamping yang membentuk karakter baik untuk siswanya.

Pengetahuan masyarakat tentang pembullyan masih sangat minim, bahkan tidak jarang saya mendengar stigma yang salah dari masyarakat tentang bullying. Masyarakat beranggapan bahwa pembullyan itu hanya perilaku yang menyangkut kekerasan fisik saja, mereka menganggap ejekan, cemoohan, fitnah adalah hal yang biasa dan sepele. Tak bisa dipungkiri ternyata yang berawal dari kata-kata berujung hilangnya nyawa manusia.

Semua pihak wajib terlibat dalam pemberantasan bullying yang hari demi hari semakin meresahkan. Pemerintah harus lebih menyoroti kasus pembullyian dan lebih banyak diadakan edukasi tentang kasus yang satu ini, menciptakan kesadaran manusia memang tidak mudah tapi bukan berarti tidak bisa.

Mari kita bekerja sama bahu membahu menolak pembullyian. Jangan sampai kasus diatas terulang kembali.  Ayo lebih berani membuka suara tentang kasus ini. Dan jika anda sebagai korban, ayo lebih terbuka, laporkan apa yang anda alami ke pihak yang seharusnya, jangan takut karena anda akan dilindungi.

Balik lagi kepertanyaan dijudul artikel saya, kapan ini (bullying) akan berhenti? Jawabannya, ini tidak akan berhenti sebelum kita berani untuk menghentikannya. Jadi mari membangun kesadaran kita tentang pembullyan dan jangan segan-segan melaporkan kejadian apapun dalam konteks pembullyian kepada pihak yang seharusnya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE