Riwayatku ini teramat sukar untuk dikisahkan lewat tulisan di kamar putih sendirian. Terlampau pahit tatkala diucapkan lewat lisan, tatkala anak dan istri menahan air mata kerinduan. Terlalu mahal untuk dimasukkan dalam dua lembar catatan hati, perasaan, juga makna pertarungan sejati dalam untaian cerita sayembara ini. Sungguh ini juga petualangan melawan korona yang amat mencekik anak-anak asrama putra dan putri madrasah kami.
Oh, datang dan pergi sepekan hingga dua pekan. Silih berganti diantar-jemput mobil-mobil ambulan Dinas Kesehatan Padang Pariaman. Sebagian masih bertahan, sembari melihat sahabat mereka yang telah pulang dari jendela kamar. Sederet bangunan madrasah yang biasa dipakai anak-anak pelosok negeri berseragam putih abu-abu, kini menyimpan kesunyian yang mencekam.
Sebelum semburat mentari memancar hingga rembulan menjelang, hidung dan mulut mereka harus setia dibalut masker saban hari. Walau begitu, cengkeraman makhluk tak kasatmata itu berhasil merasuk ke dalam ruang-ruang nafas. Sejak hari itu, rutinitas harian berganti di rusunawa empat lantai. Pekan pertama Ramadan. Sebuah masa yang menjadi awal hidup baru kami. Anak-anak asrama putra dan putri mengidap demam hingga panas tinggi. Sebagian menunjukkan suspek Covid-19.
Hingga seluruh guru dan anak-anak asrama harus menjalani tes swab. Rapid antigen pun tanpa ragu-ragu menyatakan hasil positif. Tak cukup itu, swab nasofaring pada 15 April 2021 itu, juga guru dan tenaga pendidik keesokan harinya, ternyata membuahkan hasil tak terkira. Hasil pemeriksaan di Laboratorium Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas didapatkan 33 orang siswa positif Covid-19. Sekilas, warta itu tersebar luas.
Pemeriksaan berlanjut pada kontak kasus konfirmasi Covid-19 terhadap siswa pada 18 April 2021. Bertambah pula 24 orang siswa terkonfirmasi positif Covid-19. Terkuak sudah kasus terkonfirmasi Covid-19 siswa sebanyak 57 orang dan ditambah seorang guru. Ya, itulah Aku. Sehari sebelum itu, seluruh tubuhku mengeluarkan hawa panas tak wajar. Sampai termometer angka 38 dan berhasil pada angka empat puluh derajat celsius.
Usai Aku memindahkan perkakas rumah tangga dari Kabupaten Pasaman ke perumahan guru madrasah di Padang Pariaman. Padahal, hasil rapid antigen sebelum Aku pindah menyatakan negatif. Barangkali selama diperjalanan Aku terinfeksi. Tak berselang lama, terbit pulalah rekomendasi dinas kesehatan tertanggal 19 April 2021 kepada kepala madrasah kami untuk seluruh pasien yang positif terkonfirmasi Covid-19 harus diisolasi di rusunawa.
Orang yang sekamar dengan orang yang positif terkonfirmasi Covid-19 pada kasus baru akan dilakukan swab nasofaring 3 hari kemudian. Selanjutnya, orang yang tidak sekamar dengan kasus terkonfirmasi Covid-19 diizinkan pulang dan dianjurkan dengan kamar terpisah di rumahnya selama satu pekan. Meski demikian, mereka tetap harus tetap melapor, bila ada gejala untuk di swab pemeriksaan Covid-19.
Rabu, 28 April 2021 menjadi hari bersejarah. Hasil swab yang dilakukan tim Puskesmas Sintuk dan Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman menyatakan negatif dan kepada para penghuni rusunawa sudah dibolehkan pulang. Sepulang karantina, Aku disambut kisah pilu kepala madrasah yang harus terbaring dan terhubung selang infus selama hampir sepekan, sepulang acara nasional. Ya, dari hasil terawang rontgen, ditemukan bercak putih telah menyelimuti bagian paru-parunya. Betapa hari-hari itu tak pernah terlintas dalam benak pejuang pendidikan di madrasah ini, kecuali sejak kehadiran korona.
Sungguh menggugah jiwa, tatkala para pasien berkisah penyesalan, sebab kurang peduli protokol kesehatan. Selama itu, kegiatan terbimbing pagi hingga petang, dipandu tim medis yang berjaga 24 jam. Konsumsi penuh gizi, olah raga, senam pagi, dan berjemur saban pagi.
Aku yakin. Setiap orang yang keluar dari sana menyadari bahwa kesehatan adalah dambaan utama. Lebih tergerak lagi hati ini, ketika Aku mengenang masa karantina yang hendak terbang dari sangkar emas. Lepas ke alam bebas. Sudahlah! Aku harus lebih patuh pada protokol kesehatan. Tepat di hari terakhir sayembara ini, rusunawa telah kosong dari anak-anak asrama.
Tinggallah virus yang masih setia berpesta pora di sepanjang saluran pernafasan orang-orang terpapar. Kini, belajar jarak jauh menjadi dilema. Oh, korona penuh makna. Menggemparkan dunia, menggugah jiwa-jiwa yang terlena. Rindu sahur dan berbuka bersama keluarga.
*Padang Pariaman, 2022
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”