#CatatanAkhirTahun – Manfaatkan Waktu, Sayangi Keluargamu Sebelum Pergi Satu Per Satu

Cerita Si Anak Piatu yang Kini jadi Yatim Piatu

Dulu hidupku sempurna. Punya orang tua lengkap, kakak dan adik. Walau kerap tak akur, namun aku tetap bahagia dan bersyukur. Waktu itu, aku kira seterusnya akan begitu. Sampai akhirnya, Agustus 2008, Ibuku meninggalkan kami. Selamanya dan tak akan pernah bisa kembali. Padahal, beberapa hari sebelumnya, aku merasa hubungan kami sudah berjalan menuju ke arah nomal layaknya Ibu dan anak perempuannya. Aku bahkan sempat memeluk dan mencium pipi Ibu. Hal yang mustahil dilakukan oleh aku yang kaku.

Advertisement

Saat itu, aku masih berusia 16 tahun. Remaja labil dan masih sangat butuh sosok Ibu. Aku yang sebelumnya ceria, aktif dan sedikit nakal –dalam hal positif– perlahan berubah. Aku mulai serius belajar dan tak ingin berteman dengan banyak orang. Perubahan terbesarku, yaitu aku jadi rajin solat lima waktu. Aku ingin menjadi anak yang bisa membanggakan Bapak dan Ibu.

Tapi ternyata, status anak piatu tak begitu lama aku sandang. Setahun kemudian, Bapak menikah lagi. Sempat ingin memberontak, nyatanya aku hanya bisa mengikuti jalan yang telah ditentukan. Bersyukur, Ibu sambungku baik dan terbukti tulus. Beliau mengurus Bapak, adik, rumah, sembari tetap mengajar di sekolah tempatnya bekerja. Aku pun memperlakukannya dengan baik. Setidaknya menurut pendapatku sendiri. Aku tidak ingin kesempatan memiliki Ibu yang kudapat hilang lagi.

Nyatanya, Ibu hanya bersama kami sepuluh tahun saja. Medio 2019, beliau menyusul Ibu kandungku. Aku kembali menjadi piatu. Namun, seperti kepergian Ibu pertamaku, aku lagi-lagi bersyukur. Selain kembali mengingatkan diri akan tuhan, aku bersyukur sempat pulang ke rumah dan menemani hari-hari terakhir Ibu.

Advertisement

Bapak yang berusia 60 tahun dan baru memasuki masa pensiun kembali sendiri. Kami, anak-anak Bapak, nyatanya tidak mampu mengusir rasa sepi. Ketika bapak menyampaikan niat untuk menikah lagi, aku pun ikhlas. Aku tidak ingin Bapak terus mengurung diri di kamar sembari menonton Youtube berhari-hari.

Awal 2020, belum genap setahun menduda, Bapak kembali menikah. Tukang bubur langganan kami bahkan menyebut Bapak sebagai Bapak yang nikahnya tiga kali, meskipun sebutan itu disampaikan di belakang Bapak. Aku tidak tersinggung dengan julukan itu. Kebahagiaan Bapak adalah yang paling utama menurutku. Dan, memang benar. Bapak terlihat sangat bahagia dengan Ibu sambung baruku yang usianya terpaut sekitar 12 tahun dengan bapak. Canda, tawa, dan sorot mata yang hidup kembali aku temukan pada bapak.

Advertisement

Namun, sayangnya, lagi-lagi status anak dengan orang tua yang lengkap tidak aku miliki dalam waktu lama. Bapak meninggal Maret 2021. Padahal, saat itu, ibu baruku belum sempat merayakan wedding anniversary mereka yang pertama. Duka pun makin terasa karena saat itu akan memasuki bulan Ramadan. Bulan puasa sebelumnya, saat pandemi Covid-19 sedang ganas-ganasnya, Bapak selalu menjadi imam solat teraweh kami di rumah. Lebaran di rumah eyang pun, bapak menjadi imam sekaligus khatib solat Ied.

Kini, orang tuaku kembali tinggal satu orang lagi. Bedanya, statusku kini menjadi anak yatim. Ibu yang ditinggal saat sedang sayang-sayangnya tentu menjadi sangat terpukul. Sepertinya, tidak ada niatan Ibu untuk menikah lagi.

Tiga kali ditinggal orang tua membuatku semakin menghargai waktu. Aku tidak ingin menyesal saat kembali kehilangan nanti. Aku mulai memperbaiki komunikasi dengan kakakku yang sebelumnya sangat buruk. Aku mulai melunak dan menghaluskan kata-kata kala berkomunikasi dengannya dan adikku. Begitu juga dengan keluarga kecilku. Meski kadang masih mudah meledakkan emosi, namun aku terus mencoba menegur dan menahan diri. Membaca tulisan maupun kisah yang mengharu biru soal kehilangan termasuk salah satu cara untuk mengingatkanku agar tak lagi menyia-nyiakan waktu bersama orang tersayang.

Semoga tulisan ini juga bisa membuat kalian sama sepertiku ya! Membuat kalian, dan aku tentunya, untuk lebih memanfaatkan waktu sebelum ditinggal pergi orang terkasih satu per satu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Mantan jurnalis yang masih cinta menulis.

CLOSE