Dear Ayah dan Ibu, Inilah Cerita dari Anakmu yang Harus Menghabiskan #RamadandiPerantauan

cerita seorang nak menghabiskan ramadan di perantauan


Sudah beberapa waktu aku tidak pulang, demi menjaga kalian…


Terhitung sudah satu bulan aku tidak pulang menemui kalian. Ayah, Ibu dan Adik-adikku tersayang. Rasanya rindu ini sudah membuncah dalam dada, ingin memeluk dan menghabiskan waktu bersama. Terlebih di momen ramadan ini, kesepian terasa begitu jelas menyelimuti. Bahkan saat bersua hanya lewat video call, aku bersusah payah menahan tangis. Aku rindu kalian, rindu kehangatan saat menunggu waktu berbuka puasa, rindu tarawih di masjid dekat rumah, juga rindu membantu ibu memasak di dapur saat sore hari, dan rindu dibangunkan sahur tanpa perlu menyalakan alarmku sendiri.


Sudah lima tahun aku di kota ini, tapi rasanya berbeda ketika aku tak bisa pulang sama sekali..


Menjadi wanita mandiri sekaligus jadi tulang punggung keluarga memang sudah aku jalani selama 5 tahun ini. Menahan rindu saat tak bisa pulang dan bertemu juga sudah khatam aku rasakan. Tapi tahun ini berbeda, ada jarak yang begitu jauh yang tak bisa aku lewati sama sekali. Padahal waktu yang harus kutempuh untuk pulang tak lebih dari 2 jam, tapi sekarang jarak dan waktu itu menjadi musuk terbesarku. Akses untuk pulang pun tak ada, apakah Idul Fitri ini harus aku rayakan sendiri juga? Hancur hatiku saat harus membayangkannya.


Aku sadar aku tak bisa egois untuk pulang menemui kalian, jadi sebisa mungkin rindu ini akan aku tahan di perantauan..


Ayah Ibu, anakmu berada di zona merah penyebaran virus mematikan ini. Bukan tak mungkin aku juga sebenarnya tidak baik-baik saja, karena banyak yang sakit tanpa menunjukkan gejala. Oleh sebab itu aku memilih untuk tidak pulang demi kesehatan kalian. Aku disini pun sama, selalu khawatir menjalani hariku apalagi saat bekerja. Bertemu dengan banyak manusia sekarang membuatku takut, apakah mereka sehat atau justru sakit adalah hal yang tak pernah aku tahu. Aku hanya bisa berdoa Tuhan akan selalu menjagaku dan juga kalian, agar kita bisa bertemu dan berkumpul lagi tanpa perlu kekhawatiran.


Bulan suci menjadi waktu untukku lebih introspeksi diri, lebih ikhlas dan sabar menjalani ujian ini..


Bumi kita sedang tidak baik-baik saja, Tuhan sedang menunjukkan kuasa-Nya. Mungkin selama ini manusia sering lalai dalam mengingat-Nya dan sibuk dengan hiruk pikuk dunia. Ramadan ini menjadi titik balik kehidupanku, agar aku bisa lebih mensyukuri segala keadaan yang sedang aku alami. Karena mengeluh pun tak akan mengubah apa-apa, dan masih banyak yang harus menjalani hidup lebih sulit dari yang aku punya. Semoga aku lebih sabar dan ikhlas menjalani semua ini, agar aku bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi.  


Tuhan tolong sembuhkan negeriku, sembuhkan penduduk bumi yang sedang berjuang melawan wabah ini.

Tolong tetap jaga kami, karena segala yang kami punya akan tetap kembali pada-Mu.

Di bulan yang penuh dengan pengampunan ini aku mohon pada-Mu, ampuni semua kesalahan kami yang terlalu sibuk hingga tak mengingat-Mu.

Kami hanya bisa pasrah dan tetap berusaha semampu yang kami bisa.

Karena hidup, mati, jodoh dan rejeki sudah Engkau atur sedemikian rupa.

Yang kami bisa lakukan hanya berusaha sekuat tenaga, dan tentu saja berdoa.

Karena dalam firmanmu tertulis "Maka yang terjadi, terjadilah"


Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Do what makes you happy, and always share positive vibes. Follow my Wattpad : @LeonitaSaputri

Editor

une femme libre