Kisah Seorang Perempuan yang Berjuang Melawan Leukimia di Usia Muda

Penyakit yang menyerangnya ia anggap sebagai musuh yang harus dilawan.

Leukimia tidak lagi terdengar asing, sudah cukup banyak korban yang terpaksa untuk meninggalkan dunia ini karenanya.  Sampai saat ini, kanker masih menjadi kekhawatiran utama dalam dunia medis. Dikarenakan belum ditemukannya obat yang 100% dijamin kemanjurannya. Penderita leukimia diprediksikan memiliki 40-50% kesempatan untuk hidup, dan semakin lama ia dirawat semakin menipis pula kesempatannya, namun tidak dengan Aqilla.

Advertisement

Aqilla Nur Syaharani, seorang perempuan lahir pada tahun 2000 yang berasal dari Sukabumi adalah seorang cancer survivor. Ia pertama kali di diagnosa dengan leukimia pada tahun 2006, ketika umurnya masih 6 tahun saja.

 

Sebagai anak yang baru berumur 6 tahun, ia sama sekali tidak mengerti dengan apa itu leukimia. Sehingga ketika ia di diagnosa ia tidak merasa sedih. “Saya pikir itu hanya penyakit biasa seperti demam atau tifus. Tidak ada perasaan sedih atau takut karena saya tidak mengerti tentang leukimia ketika itu.”

Advertisement

 

Tentu di usia yang masih belia itu leukimia belum terdengar seperti hal yang menakutkan. Terutama ketika gejala-gejalanya terasa seperti penyakit yang biasa. “Gejala yang saya alami yaitu, flu, batuk, demam, cepat lelah atau kecapean dan muncul banyak lebam biru seperti bekas terkena benda” Pada awalnya ia hanya merasa bahwa ia sedang sakit biasa seperti radang tenggorokan ataupun flu. Namun sakit itu berkelanjutan dengan jangka waktu yang lama. Kedua orang tuanya pun mulai prihatin dan membawanya ke rumah sakit.

Advertisement

 

Aqilla pun dibawa ke Rumah Sakit Harapan Kita yang terletak di daerah Slipi. Tanpa ia sadari, rumah sakit itu akan menjadi rumah keduanya.  Genap satu setengah tahun Aqilla dirawat di rumah sakit tersebut, meninggalkan rumahnya, meninggalkan teman-temannya, meninggalkan sekolahnya, dan terpisah dari saudara-saudaranya. Sel kanker yang menyerangnya memaksanya untuk meninggalkan hal-hal yang ia cintai. Sementara itu, tidak banyak yang bisa ia lakukan selama di rumah sakit tersebut.

 

Kesehariannya hanya diisi dengan berbaring di atas ranjang rumah sakit. Tentu, itu akan terasa membosankan terutama jika harus dijalankan selama lebih dari satu tahun. Pengunjung pun tidak diperbolehkan berlama-lama, dikarenakan kondisi imun yang lemah sehingga diharuskan dalam lingkungan yang steril.

 

“Kegiatan saya kurang lebih banyak dihabiskan di dalam kamar karena di dalam imunitas tubuh harus dijaga jadi tidak boleh bertemu dengan banyak orang/berlama2 di lingkungan yang tidak steril. terkadang keluar ruangan hanya sekedar untuk jalan2 sekeliling rumah sakit atau membeli juice, mainan, buku cerita”

 

Sebagai penderita leukimia, Aqilla tak pernah kehilangan semangat. Meski harus menjalani chemotherapy dan selang infus yang selalu terikat dengan tubuhnya, semangatnya terus membara untuk lekas sembuh. Di saat-saat di mana sel kanker sedang bersifat lebih ganas, ia harus dipindahkan ke ICU untuk perawatan yang lebih intensif. Aqilla pun mengakui bahwa itu merupakan titik terendahnya. “Ketika saya masuk ICU, saya ingin kembali ke ruangan biasa dan tidak ingin makan melalui selang. Saya mengikuti semua yang disuruh dokter.”

 

Ketika diuji dengan penyakit yang cukup ganas seperti ini, kebanyakan pasien gugur karena semangatnya yang tak lagi membara. Namun lain dengan Aqilla, ia terus konsisten menuruti perintah dokter dan melakukan apa pun yang diperlukan untuk segera sembuh. Baginya, yang menjadi dorongan utama untuk segera sembuh adalah untuk kembali hidup normal.

 

“Saya ingin bertemu teman-teman di sekolah, ingin kembali hidup normal seperti sebelum sakit, menikmati bulan puasa lebaran bersama keluarga bertemu dengan sepupu dan saya ingin merasakan makan di luar karena bosan dengan makanan rumah sakit.”

 

Penyakit yang menyerangnya ia anggap sebagai musuh yang harus dilawan, sebuah rintangan yang harus dilewati, untuk dapat kembali ke kehidupannya yang normal.  Untuk dapat bertemu kembali dengan teman-temannya dan melanjutkan pendidikannya merupakan hal yang sangat memotivasi baginya. Keinginannya yang kuat dan pemikirannya yang optimis merupakan hal yang terpenting dalam melawan kanker.

 

Satu setengah tahun bukanlah waktu yang singkat, namun perjuangan yang lama itu sangat sepadan ketika ia akhirnya dapat meninggalkan rumah sakit dan kembali ke kehidupan normalnya. Meski sedikit tertinggal, Aqilla tetap semangat untuk belajar dan kembali sekolah seperti biasa.

 

Biasanya, menjadi seorang yang mengidap penyakit adalah sesuatu yang memalukan. Tetapi, untuk menjadi seorang cancer survivor adalah sebuah kebanggaan tersendiri. Untuk menjadi salah satu dari 50% kemungkinan untuk hidup, adalah suatu hal yang sangat menakjubkan dan patut dibanggakan.

 

“Saya bangga menjadi cancer survivor karena bisa melewati masa-masa itu dengan lancar penuh dengan dukungan keluarga. saya bisa memotivasi anak-anak yang terkena leukimia lainnya agar bisa menjadi seorang cancer survivor.” Ketika dilihat dari perspektif yang lain, terjangkit leukimia tidak sepenuhnya musibah.

 

Telah melawan sel kanker selama satu setengah tahun, perjuangan itu tidak semudah itu untuk dilupakan dan diabaikan. Selepas dari rumah sakit, Aqilla tetap mempedulikan penderita leukimia, terutama anak-anak. Sebagai seorang cancer survivor, ia ingin berpartisipasi dalam berbagai acara kanker anak. Ia mengetahui bahwa seorang cancer survivor sepertinya dapat memberikan dampak yang lebih besar. “Saya berpikir untuk menjadi relawan atau anggota cancer survivor yang aktif dalam kegiatan anak-anak penderita kanker terutama penderita leukimia”

 

Dengan berbagi tentang ceritanya melawan leukimia, Aqilla dapat memberikan pelajaran dan motivasi yang berharga bagi yang sedang mengalaminya. Satu hal yang ingin ditegaskan olehnya adalah bahwa untuk sukses melawan kanker, yang harus dimiliki adalah semangat hidup yang tinggi. Semangat hidup yang tinggi membuat perjuangannya terasa lebih mudah.

 

“Ingat mimpimu sebelum sakit, semangat terus karena banyak sekali orang yang sayang padamu dan menunggu kamu untuk sembuh, harus kuat lawan sel-sel kanker itu dan harus tetap ceria” Dengan semangat yang tinggi dan pemikiran yang optimis, semuanya memungkinkan.

 

 

 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE