[CERPEN] Biarkan Aku Bercerita untuk Menemanimu yang sedang Menunggu

Bersabarlah, sebentar lagi saja karena waktu semesta tidak pernah salah. Inilah ceritaku tentangnya.

Teruntuk kamu yang sedang menunggu, izinkan aku menghibur kamu dengan bercerita agar kamu tidak cepat mati karena lama menanti. Aku punya banyak cerita. Cerita tentangku tentunya, karena hidup tak melulu tentang dirimu jadi sekali-sekali dengarlah ceritaku.

Advertisement

Tapi tunggu, biarkan aku bertanya. Apa yang kamu sedang tunggu? Cinta?

Apakah kamu sedang bertanya-tanya dimana jodohmu berada dan kenapa lama sekali ia menemukanmu?

Aku pernah di posisimu jadi aku tahu jawabannya.

Advertisement

Dia sedang tersesat. Mungkin dia sedang tersesat di hati pasangannya yang sekarang, mungkin dia sedang tersesat dalam tumpukan pekerjaannya atau mungkin dia sedang tersesat dengan game dan teman-temannya. Oh, aku tahu! Jangan-jangan dia sedang tersesat dalam mimpi, ha! But, hey, that’s okay, karena kamu juga sedang tersesat dalam masalah dan semua drama dalam kehidupanmu, rumit sekali.

Belum waktunya kalian untuk bertemu. Walau tidak menutup kemungkinan semesta sudah pernah mempertemukan kalian sebelum waktunya namun kalian tidak sadar atas eksistensi satu sama lain—ya, kadang semesta seusil itu.

Advertisement

Don’t get me wrong, semesta itu baik. Kamu tidak tahu, semesta sedang mempersiapkan kalian tanpa kalian sadari. Semesta menempa kalian dengan kerikil-kerikil yang sedang kalian berdua hadapi di kehidupan kalian masing-masing agar kelak waktunya tiba, kalian sudah berada di level yang sejajar sehingga pantas untuk berjalan berdampingan. Jadi, bersabarlah, sebentar lagi saja karena waktu semesta tidak pernah salah.

Katanya aku mau cerita tapi aku malah terkesan menggurui kamu. Maaf, sekarang aku akan mulai cerita.

Aku pernah kesal dengan semesta karena tak kunjung mempertemukan aku dengan jodohku yang sebenarnya. Memaksaku melajang kurang lebih 4 tahun setelah beberapa kali aku menjalin kasih. Saat itu aku bahkan menyalahkan semesta yang sudah mempertemukan aku dengan mantan-mantanku. Setiap kali kupikir akan kuhabiskan hidupku bahagia bersamanya, nyatanya ia hanya numpang lewat untuk menggoreskan luka. Kurang ajar memang mantan itu.

Eh, bukan maksudku untuk melampiaskan emosi karena sekarang aku sudah mengikhlaskannya. Aku sudah berdamai dengan masa laluku. Itu aku yang dulu, menyalahkan siapapun atas hatiku yang patah. Siapapun, selain aku. Seegois itu aku. Sebodoh itu aku.

Yang aku tidak mengerti saat itu adalah semesta memang sengaja mempertemukan aku dengan mereka semua. Semesta mempertemukan aku dan mereka bukan untuk dipersatukan melainkan dipisahkan. Jatuh cinta memang membahagiakan tapi putus cinta lah yang mendewasakan. Dan terkadang hatimu perlu dipatahkan beberapa kali agar kamu mengerti arti.

Karena semesta mempertemukan aku dengan sang mantan, aku jadi banyak belajar dari semua kesalahan yang aku lakukan ketika bersama mereka. Bagaimana seharusnya aku mencinta dengan tulus bukannya berulang kali mencoba mengubahnya menjadi yang kuinginkan? Bagaimana seharusnya berpacaran secara dewasa dalam menyelesaikan masalah bukannya mengedepankan ego dan malah merenggangkan rasa? 

Bagaimana seharusnya aku memperlakukan dirinya sebagaimana aku ingin diriku diperlakukan?  Bagaimana aku seharusnya menyayangi diriku bukannya terus-menerus merendahkan diriku untuk meninggikan dirinya? Karena bagaimana kah kamu bisa mencintai orang lain kalau dirimu sendiri saja sulit kamu cintai?

Lihat, semesta begitu baik mempersiapkan aku dengan memberikan orang yang tepat pada masanya untuk membuatku belajar menjadi pribadi yang lebih baik. Semesta punya caranya sendiri untuk memberikan apa yang kita butuhkan walaupun bukan yang selalu kita inginkan. 

Karena semesta mempertemukan aku dengan sang mantan, aku tak perlu lagi mengulang kesalahan yang telah kulakukan ketika aku bersama mereka. Lalu kupikir aku sudah cukup dan siap untuk menulis kisah and they live happily ever after bersama jodohku kelak ketika aku bertemu dengannya. Tapi sudah 4 tahun aku menanti, hanya gebetan yang hinggap di hati. Itu pun tak pernah jadi. Ternyata, semesta memang seusil itu.

Lalu mana jodohku? Kenapa lama sekali?

Aku lupa kalau dalam cerita ini, di mata semesta aku tak lebih dari sebuah potongan puzzle kecil. Dan dunia tidak melulu hanya tentang aku saja, sama seperti tadi aku sudah bilang padamu, hidup tak melulu tentang dirimu saja. 

Kupikir semesta lupa padaku. Nyatanya, ketika aku sibuk bermain hati dengan gebetan, semesta sedang sibuk mempersiapkan potongan puzzle yang dia ukir sedemikian rupa agar cocok dengan potongan puzzleku.

Jodohku rupanya masih menjaga jodoh orang lain saat itu. Ia juga terlalu sibuk dengan pekerjaannya, mempersiapkan semuanya agar nanti hidup berkecukupan dengan jodoh orang lain yang sedang bersamanya. Satu hal yang tidak dia ketahui, dia sebenarnya sedang melakukannya untuk aku, jodohnya yang sesungguhnya. 

Tahukah kamu? Semesta punya berjuta-juta cara untuk mempertemukan. Tapi jangan lupa bahwa semesta juga punya berjuta-juta cara untuk memisahkan.

Akhirnya semesta memutuskan waktu jodohku untuk menjaga jodoh orang lain sudah selesai. Layaknya orang putus cinta, jodohku pun putus asa. Dia cukup mirip denganku, kala itu dia pun menyalahkan semesta kenapa harus berakhir dengan orang yang sangat ia sayangi, yang sudah ia bayangkan akan bersanding dengannya di pelaminan.

Nyatanya jodohku tidak tinggal diam, dia berusaha memperjuangkan jodoh orang lain untuk tetap bersamanya. Semesta mengetahui dan semesta bertindak.

Namun sekali lagi yang harus kamu ingat, semesta itu benar dan benar tidak selalu terasa manis. Semesta itu baik dengan caranya yang seringkali tidak dapat kita pahami saat ini juga. Butuh waktu agar kita bisa melihat betapa sempurnanya rancangan semesta dari sudut pandangnya yang luas.

Semesta tidak pernah salah dalam mengatur waktu pertemuan dua insan manusia. Dan ketika tiba waktunya aku bertemu dengan jodohku, semua terasa baik dan benar—seperti yang orang-orang selalu katakan,’kalau memang jodoh, semuanya dilancarkan. Kalau bukan jodohnya, sekuat apapun digenggam akan terlepas juga’.

Dan aku harus mengakui, sesayang apapun aku dengan mantanku, sebesar apapun pengorbananku untuk mereka, tak jarang aku merasa,"kenapa harus sesulit ini sih untuk bersama?"

Sementara jodohku, sekuat apapun dia berusaha memperjuangkan untuk bersama dengan mantannya, dia tidak akan berakhir dalam pelukan jodoh orang lain.

Mengertikah kamu? Semesta tidak pernah salah mempertemukan kamu dengan orang-orang dalam hidupmu, kita lah yang tidak tahu apakah orang itu dipertemukan untuk memberikan arti di kehidupanmu atau untuk memberikan hati untuk bersama selamanya denganmu.

Lihat, lagi-lagi semesta sebaik itu. Walaupun semesta sedang sibuk mempersiapkan kamu dan jodohmu, semesta tak lupa mengatur waktu untuk mempertemukan aku dan kamu dalam sebuah cerita tentang jodoh yang akan kamu cintai nanti. Jadi, bersabarlah, sebentar lagi saja.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

crafter | illustrator | writer

CLOSE