[CERPEN] Kini Aku Tak Perlu Lagi Menunggu

Atau aku menunggu diriku untuk memberanikan diri mengatakan apa yang aku rasakan.

Aku Noer, perempuan sederhana yang tidak termasuk dalam golongan anak popular bisa dibilang kuper alias kurang pergaulan. Aku sudah jomlo 20 tahun alias jomlo dari lahir. Aku memang memiliki prinsip tidak ingin pacaran hingga lulus sekolah saat itu, namun kebablasan hingga masa kuliah semester 4.

Advertisement

Sebenarnya ada beberapa cowok yang mendekat namun masih via chat, biasa dikenalkan oleh beberapa teman wanitaku yang geregetan dengan status jomlo originalku yang selalu bertahta, tapi selalu kandas pada saat pertemuan pertama, entah mengapa para pria itu hilang bagai ditelan bumi.

Aku memiliki satu sahabat pria, namanya Lukas dia temanku dari TK. Rumah kami berdekatan jadi sering sekali kami bersama. Lukas baik namun masih sejenis denganku, kuper tapi dia bukan jomlo original. Dia pernah memiliki pacar saat SMP biasa cinta monyet yang pada akhirnya putus, setelah itu Lukas memilih mengikuti prinsipku untuk tidak pacaran sampai setelah lulus sekolah.

Aku dan Lukas memang berbeda kampus, namun kami sering hangout dan liburan bersama. Lukas tidak seperti pria pada umumnya yang selalu kemana-mana naik kendaraan pribadi, dan aku memang tidak memiliki kendaraan jadi kemanapun kami pergi selalu naik kendaraan umum entah itu angkot, kereta, bus ataupun kopaja. Kami sering bersama, Lukas selalu mencari destinasi baru buat liburan kami tapi selalu ada saja hal yang absurd terjadi saat bersama dia.

Advertisement

Entah kita salah angkot bahkan salah tempat tujuan, kadang tidak mengerti dengan jalan pikiran Lukas padahal dia selalu bilang “Udah tenang saja, gampang kok transportasinya, percaya sama aku,” sampai pada akhirnya kita berdua jalan kaki yang super jauh karena wisata itu lebih di peruntukan untuk membawa kendaraan sendiri, dan kita memilih untuk carter angkot yang lumayan banget harganya buat sampe ke terminal terdekat.

Banyak yang mengira kami pacaran ataupun bilang kalo Lukas ada perasaan lebih dari teman terhadapku. Tapi jika dilihat dari tingkah laku saat kami bersama, aku merasa tidak ada yang special dari hubungan kami. Dia kurang perhatian, kurang wibawa bahkan sering mengandalkan aku buat nanya jalan kalau kita tersasar, suka lupa bawa uang bahkan kadang makan minta traktir, bukan tipe aku banget.

Advertisement

Malam minggu ini Aku janjian sama Firman buat nonton. Firman ini temen sekelas ku saat SMP, dia seorang good boy berwajah cukup tampan dan tinggi, saat dikelas kami sering sekelompok dan cukup akrab dulu saat di kelas. Sebenernya kami janjian dengan beberapa teman lainnya entah mengapa mereka batal, awalnya aku juga ingin membatalkan tapi Firman tetap ingin melanjutkan pertemuan ini. Akhirnya aku memilih berdiskusi dengan Firman melalui whatsapp.

Aku : Man, cuma kita berdua aja nih?

Fiman : Iya, tidak mengapa, ada masalah?

Aku : Ya, ngga ramelah, batalin aja kali yah?

Firman : Jangan, udah kita jadiin aja minggu ini, buktiin kalo tetep jadi walaupun cuma berdua.

Aku : Baiklah.

Firman : Oiya, nanti naik apa? mau di jemput ngga?

Aku : Ngga perlu ko, makasih banyak, bisa naik kereta nanti.

Firman : Hati hati ya, kalo ada apa-apa kabarin aja

Aku : Oke, thankyou ya.

***

Minggu, 25 Juli 2015, salah satu hari yang mungkin tidak akan pernah aku lupakan, untuk pertama kali nya aku jalan dengan pria selain Lukas. Firman, pria tinggi yang saat ini berwajah lebih tampan dengan potongan rambut stylish dan berewok tipis membuat mata sejuk saat memandang dan dia ada di hadapanku sekarang. Menjadikan semua di keliling ku indah dan penuh kebahagiaan, mataku berbinar dan jantung berdegup sangat cepat, beruntung semua tetap terkendali.

“Assalamualaikum Noer,” ujar Firman menyapa.

“Waalaikumsalam, Firman,” jawabku tersipu malu.

“Apakabar? Gimana nih kuliah sepertinya lagi banyak aktifitas dikampus ya?”

“Alhamdulillah sangat baik, iya lumayan sih sebentar lagi akan ada penerimaan mahasiswa baru jadi cukup lumayan persiapan dari sekarang. Kamu sendiri gimana kuliahnya? Kamu ikut organisasi apa di kampus?”

“Alhamdulillah lancar kuliahnya, aku ngga sempet ikut organisasi karena sambil kerja jadi ambil kelas karyawan dan jadi mahasiswa kupu-kupu alias kuliah pulang – kuliah pulang, hahaha,” jawab Firman sambil tertawa.

“Bisa aja kamu, tapi hebat loh kamu bisa membagi waktu kuliah dan kerja, salut aku,” ungkapku kagum.

“Biasa aja kok noer, banyak temanku yang menjalani hal yang sama denganku, selagi muda harus kerja keras hehehe,” tukas Firman kembali tertawa.

“Wah … setuju banget nih sama kamu,”

“Eh, kita nonton Surga Yang Tak Dirindukan saja ya? Gimana?” Tanya Firman.

“Hmm.. Boleh,” Jawabku singkat.

 

Di sepanjang film kami tetap bercengkrama sesekali membahas film dan beberapa adegan romantis yang membuat kami kadang menjadi kikuk saat ngobrol, dan sesekali aku mencuri pandang ke wajah Firman dengan berbisik dalam hati “Dia saat ini jauh lebih berubah selain lebih tampan juga lebih dewasa dengan sikap ramah seperti dulu,

***

“Wah, sudah masuk waktu asar… yuk kita salat dulu setelah itu kita makan, laper juga ternyata,” Ajak Firman kepadaku.

“Iyaa boleh kita salat abis itu makan, aku juga laper,” ujarku menjawab.

*Setelah shalat*

“Wah, kamu sampe nunggu di tempat perempuan, maaf ya nunggu aku kelamaan ya?” Tanyaku ragu.

“Tidak masalah, santai aja, banyak yang lain juga yang nunggu disini, abis makan kamu mau ada acara lagi kah?” Tanya Firman kepadaku.

“Ngga ada sih, paling langsung pulang,” ujarku menjawab.

“Kita lanjut nonton lagi yuk ada film komedi bagus nih! aku mau nonton mumpung ada kamu nih yang nemenin, gimana? nanti aku yang anterin pulang ya,” ujar Firman dengan semangat.

“eh.. iya deh boleh,” jawabku, tak kuasa menolak permintaan Firman.

***

Setelah hangout dengan Firman, tidak sabar aku untuk menceritakan kembali kepada sabahatku Lukas, ingin membagi kebahagiaan yang aku rasakan dan aku pun mengirim whatsapp kepada Lukas.

Aku : Lukasssss… tau ngga ? aku abis jalan sama cowok dia baik banget.

Lukas : Siapa?

Aku : Dia Firman, temen SMP aku dulu, aku kayak nya mulai ada rasa sama dia nih.

Lukas : Baru juga ketemu udah ada rasa aja.

Aku : Abis dia beda, baik, kerja keras, rajin juga shalat nya dan perhatian walaupun tampan tapi dia ngga malu tuh jalan sama aku.

Lukas : Siapa tau dia bersikap seperti itu sama semua orang, udah jangan terlalu berharap dan aku juga ngga pernah malu jalan sama kamu malah seneng.

Aku : Iya juga sih, Cuma minggu depan dia ngajak hangout lagi dan mau jemput juga dirumah.

Lukas : Lah, ngga jadi pergi sama aku nih? kan kemarin minta temenin ke toko buku katanya.

Aku : Ngga jadi ya.. sorry, sekalian aja nanti sama firman ke toko bukunya.

Lukas : Yaudah, oke.

***

Hampir setiap minggu aku dan Firman hangout bareng, dari yang sekedar makan, nonton film, nonton konser hingga kita ikut open trip bareng. Firman seperti biasa dengan sejuta perhatian selalu memastikan aku baik-baik saja. Dia tidak segan menungguku di tempat perempuan saat akan makan atau briefing saat open trip. Dia tidak pernah pergi sendiri, selalu menungguku dan mengajaku, kami hampir selalu bersama selama trip, bercerita berbagai hal, berfoto bersama, berbagi canda tawa.

Saat open trip kami semakin dekat. Jujur aku nggak tahu perasaan dia ke aku seperti apa, yang jelas dia pernah bercerita bahwa dia sangat nyaman saat bersamaku. Dia termasuk pria introvert katanya dan tidak suka banyak bicara ataupun bercerita kepada semua orang, hanya orang-orang yang membuat dia nyaman saja dia akan bercerita dan aku merupakan salah satunya. Entah saat kapan aku benar benar jatuh cinta pada teman SMPku ini, seorang dari masa lalu yang hadir kembali dihidupku saat ini. 

Apakah aku akan melepas gelar jomlo originalku? Tapi aku tidak tahu apakah dia memiliki perasaan yang sama denganku? Walaupun kami sering bersama dan merasakan kenyamanan yang ada tapi dia tidak pernah menyinggung sedikitpun tentang perasaan atau memberikan sinyal kemana arah tujuan hubungan kami. Entah berapa lama aku menunggu dia mengatakan perasaan yang dia rasakan atau aku menunggu diriku untuk memberanikan diri mengatakan apa yang aku rasakan.

Setiap moment kebersamaan aku dengan Firman selalu aku posting di twitterku. Aku bercerita sejak pertama kali kembali bertemu lagi dengan Firman dan menuliskan kata-kata puitis tentang perasaan yang aku rasakan. Aku menggunakan foto profil bersama dia. Aku memilih twitter karena jarang dari teman-teman menggunakan itu untuk menghindari gosip dari teman-temanku. Dan Firman, aku rasa dia nggak punya akun twitter karena kami sudah bertukar medsos dari facebook, instagramblackberry massanger dan juga whatsapp jadi pikir aman mencurahkan apa yang aku rasakan di twitter.

Namun ternyata aku salah.

***

Disuatu malam saat sedang mengejarkan tugas tiba-tiba handphoneku bergetar sebuah tanda pesan baru telah masuk.

Firman : Assalamualaikum,Noer.

Aku : Waalaikumsalam, Firman, ada apa?

Firman : *Mengirim sebuah gambar*

Aku hanya membuka dan tidak kubalas pesan berisi gambar itu, perasaan ku campur aduk.

Firman : Terimakasih ya, atas kebersamaan kita selama ini terlebih terimakasih banyak atas perasaan yang kamu miliki terhadapku. Tapi kalo boleh jujur, aku sangat nyaman dengan hubungan pertemanan kita seperti ini, tidak lebih dari teman. Aku tak ingin memiliki hubungan spesial dengan siapapun, karena masih banyak hal yang perlu aku prioritaskan, aku harap kamu dapat maklum.

Aku : Aku ngga tau kalau kamu punya twitter. Maaf atas perasaan lebih dari sekedar teman yang aku miliki dan aku pun mengerti apapun keputusanmu itu. Terimakasih telah menjawab segala pertanyaan yang selama ini selalu mengganggu, dan kini aku tak perlu menunggu lagi.

Firman : Kita tetap masih berteman kok, tenang saja.

Dan aku tidak menjawab pesan itu, rasa sesak, malu, sedih, tenang menjadi satu. Hati ku remuk redam saat itu dan air mata pun tak sadar menetes. Belum mengatakan secara langsung saja sudah di tolak. Ternyata dia memiliki twitter dan baru saja mengikuti akun twitterku, berarti dia telah membaca semua hal yang aku tulis tentang dia di twitterku. Betapa bodohnya aku menggunakan nama asliku sendiri.

Rasa sesal terus mendominasi perasaanku tapi aku mencoba menerima, semua telah berlalu, dan akupun sadar tidak semua  rasa cinta akan bersambut dengan baik. Contohnya aku bersambut dengan bertepuk sebelah tangan dan terjebak dalam friendzone. Aku belajar saat siap jatuh cinta harus juga siap patah hati. Walaupun ada rasa tenang karena jawaban atas pertanyaan yang kutunggu telah terjawab, namun air mata tidak sanggup kubendung. Aku mencoba terus mengusap air mata untuk berusaha tidak menangis.

***

Hari ini aku janjian sama Lukas untuk curhat tentang hubunganku dengan Firman. Aku rasa Lukas sudah tahu hubunganku akan berakhir seperti ini.

“Lukassss…” teriak ku kepadanya.

“Hei, Noer!” sambut Lukas melambaikan tangan dan menghampiriku.

“Ternyata masih inget sama aku, kirain udah lupa,” sambung Lukas.

“Aku lagi patah hati,” ujar ku terhadap Lukas.

“Sama firman? cowok yang tempo lalu diceritain?” tanya Lukas ketus.

“Iya…” ujarku lirih dan akhirnya menangis.

“Jangan nangis.. coba ayo cerita dulu,” Ucap Lukas mencoba menenangkanku.

Akhirnya pun aku bercerita semua terhadap Lukas. Dia setia mendengarkan setiap yang aku ceritakan, namun kali ini responnya berbeda. Dia kadang menatapku begitu pekat seperti ada satu hal yang ingin dia sampaikan dan benar saja.

“Kan udah aku bilang jangan terlalu berharap, kamu ndak mau dengerin aku sih,” ujar Lukas.

“Iya, maaf ya .. aku merasa sudah terlalu dekat sama dia dan nyaman serta berpikir dia memiliki perasaan yang sama denganku,” jawabku lirih.

“Aku pun, saat ini merasakan hal yang sama dengan mu,” ujar Lukas.

“Maksudmu? dengan siapa?” tanyaku dengan terkejut.

“Denganmu, Noer. Sejak lama aku memendam perasaan ini, aku pun rela sama denganmu untuk tidak pacaran hingga lulus sekolah. Menanti waktu yang tepat untuk mengungkapkan tapi aku selalu ragu untuk mengungkapkan. Aku takut di tolak dan benar saja… rasaku sama denganmu, bertepuk sebelah tangan. Aku lelah menunggu dan menyimpan semua ini, sekarang terserah bagaimana kamu dengan perasaan aku ini dan aku harap kita tetap masih dapat berteman,” jawab Lukas dengan memandangku.

Aku pun hanya diam tidak mengeluarkan sepatah katapun, jujur aku kaget, mengapa Lukas mengatakan saat seperti ini, mengapa tidak mencari waktu lain saja dan dia kan teman ku, aku tak pernah terpikirkan apa yang orang lain katakan tentang Lukas itu terjadi. Ternyata dia benar menyimpan perasaan lebih terhadapku. Aku pun memilih pergi meninggalkan Lukas untuk mencoba menengkan diri.

Sejak saat itu hubungan Aku dan Firman begitu juga dengan Lukas perlahan menjauh tidak sehangat dulu, dan memang saat pertemanan terlalu nyaman dan timbul rasa cinta semua terasa berbeda. Ada rasa sungkan yang tercipta. Entah kapan kami akan seperti dulu mengabaikan rasa cinta yang dulu tercipta.

Aku hanya menunggu waktu, berharap pertemanan kita yang dulu menjadi kita yang lebih baik untuk saat ini. Cinta tidak pernah salah namun kadang bukan di waktu dan seseorang yang tepat.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

nurichfanioktoria.blogspot.com

CLOSE