Lika-liku Sebuah Kisah Cinta Antara Assalamualaikum dan Shalom. Bisakah Berakhir Bahagia?

Cinta beda agama

Ada milyaran manusia di muka bumi dan ada milyaran warna yang menghiasi dunia. Namun, yang kutahu hanya ada satu Tuhan yang sama. Hanya kitalah yang mulai menyebut-Nya dengan nama yang berbeda. Aku memulai hariku dengan bismillah dari satu aktivitas ke tiap aktivitas lainnya. Tidak jauh beda denganmu, kamu memulai harimu dengan menyebut nama Bapa di surga. Dan ada kasih-Nya di setiap langkahmu.

Ada banyak hal yang sangat berbeda dari kita berdua. Meskipun kutahu kita hanyalah manusia biasa. Makhluk yang tercipta karena cinta, kasih dan rahmat Tuhan yang Esa. Aku bahkan nyaris tak tahu apa yang menyebabkan kita berbeda. Apakah aku yang bertasbih dan kamu yang berkalung rosario? Apakah aku yang mengucap assalamualaikum tapi kau justru menjawabnya dengan shalom. Aku tak tahu apa yang membuat kita sangat sulit untuk melangkah bersama.

Apakah karena kita berada dalam persimpangan arah? Akupun demikian terlalu takut untuk melangkah satu jengkal mendekatimu. Takut jika langkahku justru membuat jurang perbedaan itu semakin nyata. Seiring berjalannya waktu, aku mulai menyadari bahwa persimpangan di depan kita tak akan pernah menyatu. Aku dan kamu seperti dua garis lurus sejauh apapun kita menariknya ia tidak akan pernah bertemu yang ada semakin dekat ia dengan titik infiniti dan menuju ketakberhinggaan. 

Semakin jauh dan nyaris memudar jalan yang mungkin akan kita lalui. Hingga membuatku takut untuk melanjutkan langkah. Aku takut tersesat terlalu jauh, meski kamu dengan percaya diri mencoba mendekatkan perbedaan itu. Bagimu kita tak ada bedanya dengan jutaan bahkan milyaran pasangan di sana yang membuatnya beda hanyalah arah kiblat dan salib. Dan aku tahu jatuh cinta padamu hal tersulit yang pernah kualami.

Aku seolah berada di dalam dua dinding yang saling bergerak menghimpitku. Kamu ingin aku untuk berada di sisimu dan akupun ingin menemanimu hingga kamu mungkin akan merasa bosan. Tapi, tahukah kamu jika aku memilihmu dan meninggalkan Tuhanku? Tidakkah kamu khawatir jika suatu saat aku akan meninggalkanmu seperti aku meninggalkan Tuhanku? Mengucapkan selamat tinggal dan salam perpisahan ternyata adalah hal yang sangat sulit dan menyakitkan, Sayang…

Begitu juga denganku, akupun ingin terus melangkah bersamamu bergandengan tangan melewati jalan setapak dengan penuh kasih. Maafkan aku, jika aku memilih untuk menyerah padamu. Pertemuan kita bukanlah untuk menuju akhir yang bahagia. Namun, pertemuan kita adalah proses belajar bagaimana menghargai setiap keputusan yang kita ambil. Terlalu sulit untuk bertahan. Semakin kita ingin bertahan justru semakin sering kita menyakiti. Biar luka ini aku bawa seorang diri.

Selamat tinggal kuucapkan di persimpangan ini. Terima kasih telah hadir dan membahagiakanku meski hanya sesaat. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang penikmat hujan sekaligus pecinta dunia literasi. Bagiku hidup adalah sebuah buku...

Editor

Not that millennial in digital era.