[CERPEN] Dia Adalah Ranggaku, yang Berhasil Membuatku Menanti dan Terbelenggu

Harus berapa purnama lagi?

"Rangga, yang kamu lakukan ke saya itu jahat"

Advertisement

Kutipan dialog di atas mungkin sangat tidak asing untuk sebagian orang. Kutipan dialog dari sebuah film yang cukup fenomenal di Indonesia beberapa tahun silam. Ada Apa Dengan Cinta 2? Ya.. dengan karisma aktor dan aktris yang sangat membius para remaja pada sequel pertama nya. Film ini pun cukup dinanti-nanti kan kala itu.

Oke cukup. Mari kita hanya fokus kepada "Rangga, apa yang kamu lakukan ke saya itu jahat". Sebab, sebulan yang lalu aku resmi mengganti salah satu nama 'teman' dikontakku dengan Rangga. Kenapa? Alasannya dimulai sekitar 7 tahun yang lalu.

Aku terjebak cinta dalam sebuah persahabatan. 

Advertisement

"Yerin.. pulang sekolah nanti kamu bareng aku ga?."

"Iya ya Tit.. sekalian aku pengen ice cream, nanti kita ke minimarket dulu ya"

Advertisement

"Siap bos…"

Tito adalah sahabat yang aku kenal saat aku mulai memasuki dunia SMA. Tito aku anggap pria yang paling mengerti aku selain ayah dan adikku. Walaupun orang-orang bilang aku aneh dan kadang sangat kekanak-kanakan tapi aku mengira Tito tidak masalah dengan semua itu.

Sampai akhir nya aku terjebak dalam kebaikan-kebaikan Tito. Aku memikirkan nya setiap saat. Aku bahagia setiap kali ia memanjakan ku dan aku mulai menyukai nya. Tapi aku tidak berani mengakui perasaain itu, sebab aku takut bila ku ungkapkan Tito enggan berteman dengan ku lagi.

Suatu hari.. Tito sedang berada di kondisi yang sangat terpuruk. Aku tidak tau pasti apa penyebabnya, setiap kali  ia bercerita tentang keadaannya seolah-olah hidup nya tidak berwarna. Tapi, aku merasa bahagia saat itu juga sebab dalam keadaan seperti itu Tito semakin dekat dengan ku.

Waktu terus berlalu.. melalui sebuah status Tito mengungkapkan bahwa hidup nya saat itu telah berwarna. Sepertinya Tito sedang kasmaran. Aku pun mulai kegeeran dan menganggap Tito memiliki rasa yang sama dengan ku. Sampai tiba-tiba di suatu pagi muncul lah notif di layar hp.

Tito sent a photo..

dan tanpa pikir panjang langsung ku buka. Shock dan sulit berkata apa-apa. Ingin menangis namun air mata tertahan. Hancur berkeping-keping remuk redam perasaan ku kala itu. Pria yang setiap waktu ada dibenakku mengirimi ku foto saat ia sedang jalan dengan gebetan baru nya.

"Waaaah siapa tu? Akhirnya yaa ada yang buat hidup lo berwarna lagi" 

Kataku pura-pura bahagia atas kebahagiaan nya. Padahal saat itu juga, aku merasa hancur sehancur nya hingga tidak makan dan keluar kamar seharian. Tidak lama kemudian, Tito pun menjalin hubungan dengan wanita yang membuat hari-hari nya berwarna.

Sejak, saat itu rasa nya aku enggan jatuh cinta lagi. 

Tapi, lagi dan lagi.. hati dan perasaan ini tidak sejalan. Seperti tidak jera dengan apa yang telah terjadi, belum genap sebulan merasakan patah hati. Kedua bola mata ini bertemu dengan kedua bola mata cokelat nan indah yang selama ini kehadirannya tidak disadari. Seperti hanya mencari sebuah pelarian dari rasa sakit, awal nya aku kira begitu, ternyata aku salah. Perasaan pun berlanjut hingga kini..

Lelaki dingin bermata cokelat. Sikap nya memang tak sehangat Tito bahkan begitu dingin. Tapi mampu menetap di hati dan pikiran ini selama bertahun-tahun.

Kali ini, semua nya menjadi lebih rumit, sebab hati lain ikut terlibat dan bukan hanya aku yang mendambakannya. Tapi, aku tak merasa ini cinta dalam diam seperti yang sebelum-sebelumnyanya, sebab semua rasa sepertinya telah terisyaratkan walau tanpa kata-kata.

Aku bahagia mengasihi nya, aku bahagia saat bersamanya, aku bahagia dia ada. Sesekali seperti saling mengerti, namun terhalang gengsi. Namun acap kali juga tersadarkan hanya aku sendiri yang merasakan ini. 

Berkali-kali ingin berhenti dan membuka pintu untuk sosok yang baru.. Namun, tetap saja tak mampu dari beranjak dari perasaan yang membelenggu ini.

Aku tak tau pasti tentang keberpihakan Tuhan dan semesta atas setiap perasaan ini, yang jelas saat ini jarak ikut serta menjauhkan ku dari nya. Tanpa banyak kata dan pesan perpisahan kala itu kita berpisah dengan sebuah ketidaktuntasan. Soal rindu, tak usah ditanya lagi. Sampai detik ini masih aja ia yang ku ingat menjelang tidurku.

Sesekali kalimat "Halo.. Aku rindu", masih bisa terwakilkan dengan "Gimana urusan lo udah kelar?" atau sesekali pesan masuk dari nya "Eh, ini gimana?" sudah cukup meredakan rindu ini.

Dan disaat semua urusan itu benar-benar telah selesai, aku tak akan punya alasan lagi untuk menyapanya.

Dia lah Rangga ku..

Haruskah terus ku hitung purnama ini?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Saya adalah seorang karyawan di sebuah perusahaan swasta di Indonesia. Menulis adalah bakat dan hobi saya yang sudah lama terpendam.