Detik yang Bermakna Memberikan Kejutan yang Amat Berharga untuk Ku

Sunset indah yang bertapa diatas ufuk dari 7,25 hari menghalau siluet abstrak yang terpahat oleh orang tani yang sedang berpaut tangan dengan padi, 4 kaki roda yang masih berkutat diatas aspal terpaku pada satu arah enggan sampai-sampai .

“Berapa abad lagi ya yah kita sampai? “

“Hahaha tenang saja Nak, nggak melebihi seabad kok .”

Ya Tuhan, ada seribu kilometerkah kelokan bara dari rumah kesana? tak kunjung-kunjung datang tujuanku. Sesampainya kami tiba di pondok pesantren, aku masuk ke ruang pendaftaran aku diantar mbak pengurus ke bilik asrama. Di dalam situ sudah ada seorang santri yang sepertinya sudah lama menetap, ia tersenyum dan menyapaku.

“Hai, selamat datang semoga cepat kerasan  ya disini. “

Gadis itu menyapaku dengan halus namun aku membalasnya dengan sekedar senyum kecil rasanya sedikit kaku kalau tiba-tiba aku harus berbasa basi lebar.

“Namaku Shabrina, kamu boleh panggil aku Rina atau Shabrin atau Sob emm terserah kamu lah. “

 Cakapnya makin terasa akrab namun rasanya aku masih kaku saja, sampai tak terasa banyak menit yang  telah berlalu.

“Vona! “

Suara ibu amat nyaring berlari diatas udara.

“Sudah ya, ibu dan ayah pulang, ibu tunggu oleh-oleh prestasinya. “

Advertisement

Detik-detik rupanya sudah hafal mantra berubah menjadi menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun, hebat juga ternyata bukan hanya itu, detik juga pandai menyeret orang. Tak percaya? Tanya saja sendiri. Tapi detik juga tak berperasaan. Ia sama sekali tak mau berkompromi atas aku, atas perutku, karena lilitan pencernaan. Buktinya, detik tak mengijinkanku untuk tidak mengangkat 5 ember pasir karena erangan satpam. Dapat kau bayangkan betapa jahatnya detik? Tapi tak apa, mungkin detik ada baiknya juga karena ia, hari-hariku, otakku, menjadi tak menganggur karena ada seorang jaka yang resmi dicap penjahat. Penjahat yang amat jahat tak berpamit sama sekali, seenaknya mencuri hati. Ya, mungkin hanya itu kebaikan detik. Selain itu semua darinya jahat.

Ketika pasir dari ember pertamaku jatuh, hanya si lelaki manis itu yang sudi merelakan pasir di embernya diberikan untukku dan ia bela-belakan kakinya kembali keatas tangga untuk mengambil pasir yang baru. Manisnya..

“ Tarjono rasmadi sukiman jaka tingkir. “

“ rupanya otakmu kumat lagi yah ? “

“ nggak percaya ? tak apa. Panggilanya asmad tapi ada juga yang panggil sukim. “

“ Terserah kau. “

“ Afa !!! “

Seorang lelaki yang sepertinya kerabat si lelaki manis itu mengatakannya dengan amat keras, rupanya namanya Afa.

“ oh, berarti yang tadi kurang lengkap von, aku baru ingat namanya Afarjono rasmadi joko tingkir afa-afa’an hahaha. “

“ oh, rupanya aku harus bersyukur punya teman yang pandai sekali mengarang. “

Advertisement

Yang diatas tadi kukoreksi, detik punya kebaikan lagi, ia mendekatkanku dengan afa, Afianafa pangestu itu nama lengkapnya. Dan si shabrin resmi berbohong. Hari-hari kuhabiskan bersamanya walau hanya lewat pesan semu, itu saja sudah membuatku tersenyum disetiap hari entah bagaimana nanti kalau aku benar-benar bercakap di hadapannya mungkin urat nadiku bisa mati suri, nafasku tercekat-cekat atau aliran darahku yang berhenti aku tak pernah menatapnya sama sekali kalau sesekali berpapasan. Dan mulutnya amat pandai bertata kata dan semua kata itu benar-benar sangat mampu menerbangkan otakku. Mungkin yang dikatakan shabrin benar, aku memang telah jatuh hati padanya. Tetapi sepertinya aku terlalu banyak bekhusnudzon pada detik tidak, bahkan memang.  Ternyata detik sempurna keji, sekarang aku hanya bisa menangis, terus menangis dan hari-hariku disesaki tangis, mungkin peristiwa yang lampau kualami hanya bumbu pubertas bukan aba-aba jodoh sebenarnya.

Dengan seenaknya mulutnya membunga-bungakan rasaku samapai kukira ia benar-benar seperti apa yang dikatakannya. Ternyata ia tak berbeda dengan para buaya darat yang hidungnya belang-belang. 

Siang itu, hawa sang mentari tersasa begitu ganas, 5 November usiaku genap 16 tahun shabrin bilang afa yang ia kira menyukaiku akan memberikan kejutan yang amat berharga untukku ternyata benar sekali ia memberikannya. Di restoran yang megah ia menggengam jemari gadis yang sangat cantik, rupanya ia pintar memilah gadis.

Kejutan yang amat manis.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE