Diam, Begitulah Caraku Mencintaimu

Suasana pagi hari dengan adanya sang mentari yang menyinari, selalu mampu membuat awal hariku berseri. Cahaya itu mendadakan bahwa kehidupan masih bejalan. Sinar yang menyinari itu sebagai pertanda bahwa aku masih hidup di dunia. Setiap pagi selalu ku sapa sinar itu “Hey.. aku masih bisa menikmatimu”.

Setiap waktu berjalan, setiap detik yang kulewati akan selalu aku manfaatkan sebaik-baiknya. Karna waktu tak akan pernah berbalik arah. Dia akan terus melaju, menemani setiap langkah dan perjalanan kehidupan ini. Nyaris semua kata-kata yang tertulis dalam catatanku menceritakan tentang perasaan yang terpendam. Tentang rindu yang tak akan pernah selesai. Tentang sebuah penantian yang tak kunjung usai. Tentang perasaan yang belum sempat tersampaikan.

Saat aku ingin menyerah, saat aku ingin menyudahi langkah. Saat itu aku selalu ingat mereka yang selalu membuat hidupku meriah. Membuat hidupku jauh lebih berarti dan bergairah. Aku harus kuat, aku harus bertahan. Untuk melewati semua perjalanan, yang begitu banyak cobaan. Tawa dan canda merekalah yang selalu menguatkan aku untuk tetap berpijak. Merekalah yang selalu mengundangku dalam kebahagiaan. Kebahagiaan yang tak akan pernah aku lupakan. Sisa kehidupanku, sangat singkat. Tuhan bisa kapan saja memanggilku pulang.

Bertahun-tahun aku merasakan perasaan ini. perasaan yang entah sejak kapan bersemayam aku juga tak tau pasti. berawal dari perasaan biasa saja kenapa bisa berubah seperti ini. apa yang sebenarnya sedang aku rasain? perasan apa ini? cintakah yang membawanya hadir kedalam sana?. Bertahun-tahun aku hanya bisa menyimpan perasaan itu sendiri. entah kenapa aku masih menyimpan rasa itu sampai bertahun-tahun lamanya. bertahun-tahun aku menjaga hati. bertahun-tahun aku tak pernah membiarkan para pengembara baru untuk singgah dan berlabuh. aku masih tetap menyimpan sekeping hati ini, untuknya sampai nanti. tak terasa, sudah enam tahun aku menyimpan semua perasaan ini. memandangnya dalam jarak, mendoakannya dalam diam, memperhatikannya tanpa jeda dan memendam perasaan ini dalam diri.

Entahlah apa yang ada di benakku sampai-sampai aku masih tetap setia menjaga hati sampai enam tahun lamanya tanpa pernah dia tau aku mempunyai rasa yang teramat sangat besar. sering sekali tersirat “Aku menyerah” tapi aku selalu ingat untuk siapa aku berjuang dan untuk apa aku berjuang. Jarak yang jauh membuat aku tak pernah berani untuk berterus terang, aku hanya dapat memendam rasa itu dalam diam dengan rindu yang semakin merajam.

Entahlah sampai kapan aku akan mencintainya dalam diam.

Enam tahun menunggu, enam tahun berjibaku dalam lipatan waktu. Membuatku belajar banyak tentang arti menunggu. Mencintai dalam diam membuatku tau akan kesetiaan cinta yang sebenarnya. Selama enam tahun aku tidak hanya belajar tentang kesetiaan cinta dan menunggu, tapi aku juga belajar untuk tetap kuat dan bertahan melawan penyakit yang menyerangku tiga tahun belakangan ini. Aku melewati semuanya sendiri. Kekuatan cinta memang dahsyat sehingga mampu membuatku bangkit dan tetap bertahan untuk berpijak walaupun seorang diri. Yaaaa..

aku harus tetap bertahan sampai rasaku ini tersampaikan.

Dia pulang, dia kembali. Jarak sepertinya bukan alasan lagi sekarang. Sekarang aku dapat melihatnya dalam dekat. Tapi apa yang aku dapat sekarang? Kenyataan begitu teramat sangat pahit bahkan lebih pahit dari obat-obatan yang selalu aku minum setiap saat. Kenyataan yang begitu sakit lebih sakit dari terapi yang aku jalani setiap bulan di rumah sakit. Kepulangannya bukan membuatku menjadi terang dan bersemangat, justru kembalinya dia saat ini malah membuat hidupku gelap teramat sangat gelap, lebih gelap dari yang pernah aku rasain saat mendengar vonis dokter saat itu.

Ya, dia memang kembali. Tapi, dia kembali bukan untukku.

Ya, Dia memang menemuiku. Tapi dia menemuiku hanya untuk menyampaikan sebuah kabar yang tak ingin aku dengar. Sebuah kabar bahwa dia sudah memiliki badadari hati yang akan menemaninya sampai mati. Bagaimana dengan perasaanku? Bagaimana dengan kedekatan yang kita jalin selama ini? Bagaimana dengan penantianku selama enam tahun ini? Semuanya hancur seketika. Benteng penantian yang sudah bertahun tahun aku bangun runtuh hanya dalam hitungan detik. Seandainya engkau tau tentang perasaanku, tentang perjuanganku menunggumu, tentang kesetiaan dan cinta yang aku tanamkan untukmu.

Penantianku tak berujung indah, perasaanku tak sempat tersampaikan, semuanya hanya akan tersimpan dalam kenangan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

11 Comments

  1. Nice narasi , kisah nyata atau fiksi ?

  2. Kartika berkata:

    Sangat menyentuh

  3. Anjarsari berkata:

    Orang yg setia menunggu. Itu orang yg kuat.. harus tetep tersenyum walaupun pahit

  4. Terima Kasih. Ini diambil dari kisah nyata Fauzan 🙂