Dibalik Anggapan Banyak Wanita Cantik Yang Tak Cerdas

kenyataan dan manipulatifnya

"Beauty is nothing without brains" Kira-kira yang menggambarkan Judul diatas.

Advertisement

Menulis ini bukan hanya berasal dari pengamatan teman-teman yang cantik atau pun pasangan teman-teman yang cantik. Setengahnya merupakan pengalaman pribadi dan yang dirasakan, di alami dan bahkan pernah terkena dampaknya(sudah tidak).

Apakah kalian punya pasangan cantik? Teman yang cantik?

Bagaimanakah Mereka? Tentunya jawabannya beragam, 

Advertisement

"Dia mikirnya lama agak oon tapi cantik"

"Dia pinter ah, Ga setuju sama judulnya!"

Advertisement

"Ya wajar namanya juga setiap orang bisa konslet"

"Ga semuanya begitu ah"

Kira-kira proyeksi jawaban bisa seperti diatas.

Tapi ini bukan tulisan yang pertama lho. Banyak artikel, blog bahkan youtuber dan Raditya Dika selaku Stand Up Comedian pernah membahasnya bahkan tak sedikit yang setuju.

Post ini hanya mengulang bagi yang belum tahu dan mencoba menceritakan seberapa "benar" anggapan atau stigma di atas.

Oke, jadi mengapa?

Mulai dengan pengalaman beberapa tahun lalu, ketika sedang ada konflik setengah jam sehari dengan masalah yang tak berbobot mungkin. Ketika anda sebagai laki-laki sedang kesal (tidak main verbal dan fisik), anda menasehatinya dan sedikit berkeluh kesah kepada si cantik lalu di akhir perdebatan Dia dengan mudahnya berkata,

"Maksudnya gimana sih?"

"Aku belum ngerti"

"Mmmmm Aku gatau"

Tentu mengesalkan bukan? sudah habis energi tiba-tiba disiram dengan kata-kata polos itu.

Sampai akhirnya sempat menyadari bisa jadi itu adalah senjata, yang artinya si cantik sadar bahwa jika Ia melawan dengan kata-kata maka tak akan selesai perdebatan itu. Tapi rasanya tidak mungkin, karena semua wanita cantik itu berbeda-beda karakternya dari yang pemarah sampai yang penyabar.

Lalu?

Sedikit cerita lagi, Anda bayangkan ketika Anda menanyakan sesuatu yang penting tiba-tiba Ia berkata

"Aku lupa"

"Yang mana sih?"

Kesal? Boleh

Lalu kenapa? Apa sebabnya Mereka seperti itu?

Jawabannya mungkin tidak semua namun sebagian besar seperti itu.

Kenapa sebagian besar seperti itu? Sebagai kharismanya.

Dari mana? Apakah anda tidak menyadari ketika Mereka sedang lupa atau lambat berfikir sambil tersenyum dan kebingungan itu secara bersamaan menciptakan wajah yang lucu dan cantik? Mumpuni memang tapi kalau tidak tepat waktu bisa kesal pasangannya.

Kedua? sebagai dampak prioritas.

Kenapa begitu? Oke pertanyaannya adalah "Apakah perasaan kalian jika memiliki pasangan wanita yang cantik, classy dan gorgeous lah?"

Seorang pasangan laki-laki umumnya pasti akan memujanya secara berlebihan ataupun bahkan memperlakukannya bagaikan Ratu. Oleh karena itu sebagaimanapun atau jika Mereka yang cantik itu merespon apapun dengan "tolol" pun akan tetap sah-sah saja. Walaupun mereka sebenarnya reaktif dan cerdas tapi cenderung malas menanggapi dan memilih opsi untuk seperti itu.

"Pernah mengalami hal tersebut meskipun kadang tertawa-tertawa keras"

Selanjutnya? Kecantikan adalah modal. Bukan membuat stigma, ini diambil dari cerita nyata beberapa artikel yaitu Ketika ada pelamar kerja, mahasiswi yang bergelut bimbingan skripsi, wanita yang sedang menyelesaikan tugas atau aktivitas lebih dimudahkan karena kecantikan? benar kan?

Maka aspek selain kecantikan pun terlupakan. Tetapi Kalau untuk yang ini mungkin umumnya begitu walaupun yang "salah bukan kecantikannya namun pihak yang bereaksi itulah yang secara tidak langsung memudahkan"

Selanjutnya? Entahlah. Namun tidak semuanya, Banyak juga Wanita cantik yang kapasitasnya tinggi karena itu semua adalah pilihan.

Tapi yakin lah pasti sekarang anda kangen atau rindu dengan pasangan anda yang cantik? (Kalau saya sudah tidak lagi) cara menghiburnya yang akan menggerayangi jiwa anda terutama reaksi berfikirnya yang lama dan bikin kesalnya huahahaha kesel (pengalaman tersebal).

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Bukan Penulis Tapi Si Kritis

CLOSE