Sejak kecil, saya selalu bepergian dengan angkutan umum. Terbatasnya kendaraan pribadi membuat saya harus bersahabat dengan angkutan ini. Saya mengaku, naik kendaraan pribadi lebih menyenangkan dibandingkan naik angkutan umum. Tidak perlu berdesak-desakan dengan orang lain, tidak ada batasan tempat tujuan, dan tidak ada batasan waktu. Yes?
Namun, naik angkutan umum sangat berkesan bagi saya. sungguh banyak kisah menarik selama saya naik angkutan umum. Barang ketinggalan, sopir diumpat habis-habisan dengan penumpang, sampai digebuk sama penumpang sendiri. Sebenarnya, yang saya sebutkan terakhir, terjadi secara tidak sengaja.
Maksudnya, pak?
Jadi begini, bos. Angkutan umum sering dipenuhi oleh pekerja dan pelajar. Rata-rata mereka selalu membawa tas punggung. Tampaknya, tas mereka sangat berat. Seperti membawa batu-batuan. Beratnya tas ini, rasanya lebih nyaman dipakai di punggung daripada di tempat lain. Mereka malas jika harus bersusah payah memindah posisi tas ke depan dada. Atau setidaknya diletakkan dibawah kursi angkutan.
Tahu apa resikonya?
Slider, bagian resleting yang digunakan untuk membuka isi tas, dapat merugikan para penumpang. Kemungkinan mata dapat tergores karenanya. Saya pernah melihat penumpang terkena bagian itu. Saat itu saya sedang pulang sekolah. Status saya adalah pelajar SMA. Kejadiannya di angkutan kota (angkot). Ibu yang terhantam tas itu mengusap-usap matanya. Sepertinya perih. Untungnya pelaku adalah pelajar sekolah dasar. Maksud saya bagaimana jika pelakunya pelajar SMA? Kayaknya, bakal digebuk semua penumpang.
Selain itu, isi tas yang berat dapat menghantam keras kepala penumpang lain tanpa disadari pemiliknya. Perihal ini, saya pernah melihatnya. Kejadiannya di bus Trans Semarang. Pelajar SMP itu tergesa-gesa berlari ke depan pintu bus karena instruksi petugas (jika halte yang dituju penumpang sudah dekat, maka petugas akan memberikan instruksi kepada penumpang untuk menunggu di depan pintu bus). Tergesa-gesa memang mendatangkan bencana. Tasnya yang berat itu menggebuk bapak yang duduk disebelahnya. Bapak itu hanya melotot melihat pelaku. Pipinya diusap-usap. Tampaknya kesakitan. Mungkin gebukan tadi mengenai pipi dan berentet ke giginya yang bermasalah. Saya tidak tahu pastinya.
Benar-benar tidak nyaman digebuk seperti itu. Saya sendiri sesekali pernah digebuk juga. Cuma, saya diamkan saja. Saya takut untuk mengingatkan orang di tempat umum. Maka dari itu, saya curhat disini saja ya? Aman dari makian langsung sang pemilik tas.
Nah, pembaca, naik angkutan umum itu tidak seperti naik kendaraan pribadi, kepedulian dengan keadaan sekitar diutamakan. Suka tak suka, harus ditunaikan. Karena permasalahan satu penumpang berentet pada penumpang lainnya.
Penumpang yang dihantam tas, tentu mengeluh kesakitan. Namun, bagaimana jika harus berakhir ke rumah sakit? Tentu semua penumpang harus mengurusnya. Satu masalah sifatnya berentet. Itulah ciri khas lingkungan angkutan umum. Walaupun saya belum tahu kasusnya, prahara seperti ini sangat merepotkan semua penumpang.
Sudah ya, curhatnya. Mau makan dulu. Terima kasih ya, mau membaca surat ini.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”