Digitalisasi vs Pendidkan Formal

teknologi untung atau rugi ?

Indonesia merupakan negara yang menyimpan kekayaan Sumber Daya Alam dan aneka kebudayaan daerah. Menurut Sutrisno (2014) terdapat 1340 suku di Indonesia yang masih berkembang saat ini, dengan lebih dari ribuan adat budaya yang telah diwariskan dari zaman terdahulu sampai pada periode abad 21 ini. Menurut Santoso (2014) Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama, pendidkan dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,pakaian,bangunan, dan karya seni yang terbentuk oleh aktivitas orang-orang yang terjadi secara berulang-ulang.  

Advertisement

Budaya merupakan identitas bangsa, namun sangat ironis seiring dengan perkembangan zaman nilai cinta akan berbudaya dari generasi ke generasi semakin luntur. Bahkan beberapa tahun terakhir beberapa kebudayaan asli telah di claim oleh negara tetangga sebagai kebudayaan asli mereka (Syahputra, 2014). Dampak proses globaliasi mengkibatkan gaya hidup masyarakat menjadi cenderung kebarat-baratan dan sifat konsumtif barang-barang glamor semakin tinggi.


Hal ini terlihat secara nyata dari aktivitas sosial anak-anak kota yang lebih senang memegang gadget daripada harus berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Justru ditakutkan akan menjadi runtuhnya kebhinekaan budaya di Indonesia.


Globalisasi dan perkembangan IPTEK sudah menjadi tuntutan zaman yang tidak dapat dihindari lagi. Hal tersebut merupakan bentuk perubahan zaman yang akan mempengaruhi kehidupan masyarakat termasuk dunia Pendidikan.Dampak terburuk dari perubahan   hilangnya Pendidikan karakter secara perlahan. Pada zaman dahulu dunia Pendidikan (Pendidikan tradisional) sering di kaitakan dengan nilai-nilai budaya baik secara metode penyampaian nilai Pendidikan secara tersirat yang menggunakan permainan tradiosional maupun penyampaian secara langsung.  Lebih daripada itu, Pendidikan tradisonal dianggap akan lebih mudah diterima oleh kalangan masyarakat dan siswa karena dinilai lebih dekat dengan nilai-nilai kehidupan sehari-hari.

Advertisement

Contoh kasus hilangnya Pendidikan karakter yang terjadi di tengah-tengah kita yaitu buruknya karakter remaja. Dimana anak-anak zaman milenial lebih cenderung mementingkan eksistensi diri sendiri dibandingkan hidup rukun bermasyarakat. Sebagian anak-anak dewasa sebelum waktunya. Hal ini di rangsang oleh aktivitas sehari-hari. Beberapa hari lalu peristiwa miris menyayat hati kita. Siapa yang tidak tahu kasus pengeroyokan siswi smp Audrey yang dilakukan oleh 12 orang siswi SMA. Hal ini bahkan dipicu oleh adanya perdebatan asmara diantara kedauanya. Sanggat menyedihkan, tidak sepatutnya anak seusia mereka telah masuk ke ranah “asmara”.  

Jika dibandingkan dengan kehidupan anak zaman dahulu, anak seusia mereka lebih gemar bermain permainan berkelompok dengan teman-teman seusia mereka. Tanpa disadari pola pembinaan karakter yang tercipta dari kegiatan bermain lebih baik karena menumbuhkan rasa empati, toleransi, hingga menjaga diri. Anak-anak akan merasa tabu bila meakukan hal-hal yang menyimpang dari norma-norma yang ada. Sangat berbeda dengan anak zaman sekarang.

Advertisement

Digitalisasi dapat menjadi factor baru dalam percepatan perkembangan ilmu pengentahuan. Dewasa kini semua masyarakat dapat dengan mudah mengakses ilmu pengetahuan tanpa harus duduk di sekolah formal. Akan tetapi digitalisasi Pendidikan juga banyak menuai kontra, pasalnya modernisasi ini memiliki peluang yang sama bisa jadi berbuah manis atau sebaliknya.

Orang dewasa akan cenderung sulit menerima percepatan teknologi sedangkan sebahagian kaum muda kurang bijak dalam memanfaatkannya. Proses “kolaborasi”antara kedua golongan ini juga sulit untuk dilakukan sehingga akhirnya dapat memberikan efek buruk seperti penjelasan diatas. Melihat kondisi Indonesia masih perlu langkah panjang untuk berbenah dalam menghadapi digitalisasi Pendidikan. Dalam menciptakan Pendidikan yang baik dan penerapan digitalisasi

Oleh karena itu, meskipun percepatan teknologi terjadi begitu pesan atau digitalisasi terjadi tetap tidak akan dapat menggantikan peranan Pendidikan tradisional yang notabenenya membentuk karakter baik pada anak. Pendidikan tradisional yang sehari-hari terjadi dengan memadukan unsur kebudayaan memberikan output maksimal berupa pendidikan karakter dan pelestarian budaya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE