#DiIndonesiaAja-1Tempat untuk 5 Pengalaman yang Berbeda? Yakin Nggak Mau Coba?

Gili Gede dan Echinoidea-nya

Percikan air yang terbawa angin laut mendarat sempurna di pipi saya. Suara mesin perahu menjadi musik pengiring di tengah laut lepas. Abang Icha, sapaan saya kepada pemuda satu ini, memainkan petikan gitar di atas perahu yang bermuatan 12 orang. Memecah kesunyian di tengah perjalanan. Perbincangan pun sayup-sayup terdengar dari mulut para orang tua di samping saya. Beberapa pemuda lainnya sibuk berfoto ria di ujung perahu.

Perjalanan 15 menit dari pesisir desa Sekotong Barat tersebut berhasil mengantarkan saya menginjakkan kaki di pulau Gili Gede, salah satu Gili yang ada di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Gili ini memiliki ukuran terbesar dari pulau Gili lainnya sekitar ±317 Ha (Direktori Pulau-Pulau Kecil Indonesia), sehingga disebut sebagai Gili Gede yang artinya Pulau Besar. Ya, terdapat banyak gili yang ada di pulau Lombok. Mulai dari Gili Terawangan, Gili Meno, dan Gili Air yang namanya sudah tidak asing lagi dikalangan wisatawan mancanegara maupun lokal karena ikonnya yang menjadi salah satu #WonderfulIndonesia. Akan tetapi kali ini saya memutuskan untuk bergeser ke sisi barat pulau Lombok dan di sinilah saya berdiri, Gili Gede.

Pasir putih di tepian pulau ini menghangatkan kaki yang sedari tadi terbuka lepas tak beralas. Dari sana saya mulai menjajaki pulau satu ini. Di sisi timur tempat saya berdiri, tebing-tebing berjejer menyusuri tepi pulau. Bebatuan abu kehitaman bercampur birunya laut menambah keindahan warna Gili ini. Lekukan batu yang tergerus ombak menyisakan tempat teduh untuk sekadar melepas penat dan menikmati deruan ombak di depan mata.

Tak lengkap rasanya jika berkelana tanpa mengitari seluruh seluk beluk tempat yang dikunjungi.  Penasaran dengan jembatan yang menjorok ke laut di sisi barat pulau, saya pun memutuskan untuk segera menghampirinya ditemani sepupu. Jembatan yang sedari tadi menarik perhatian saya merupakan fasilitas salah satu penginapan di sana, terhubung dengan restoran terbuka yang dibangun di pinggir laut oleh pemilik penginapan. Menambah kenikmatan santapan makanan dengan keindahan panorama pantai yang memanjakan mata serta deruan ombak yang menenangkan jiwa.

Akan tetapi, dibalik keindahan dan kenikmatan tersebut selalu saja ada sisi ironi dari sudut pandang lain. Salah satu warga sempat berbincang dengan kami kala itu, ia merasa keberadaan hotel tersebut dapat mengancam mata pencaharian warga sekitar. Baginya, keberadaan hotel-hotel yang telah berdiri di sana membuat masyarakat tidak dapat menyewakan penginapan yang dimilikinya kepada para wisatawan. Tetapi di sisi lain, dengan bertambahnya wisatatawan yang berkunjung membuat warga memutar otak untuk lebih kreatif menghasilkan uang dengan membangun berbagai fasilitas seperti kafe dengan sajian masakan khas Lombok tentunya yang saat ini tengah di bangun. Terbayang di otak saya gurihnya sate bulayak, gurih pedasnya ayam taliwang, serta pedasnya plecing kangkung disantap dengan latar belakang laut lepas dan angin sepoi.

Fasilitas yang disediakan hotel dan restoran di sini pun tak kalah menarik, menyelam, snorkeling dan berselanjar angin contohnya. Keindahan terumbu karangnya sayang untuk dilewatkan. Bosan dengan makanan khas Nusantara tak lantas mengurangi serunya liburan di Gili Gede ini. Ada pula jenis makanan Asia, Eropa, Mediterania, serta menu diet pun ada bagi kita yang vegetarian dan vegan yang dapat ditemui di restoran KO-KO-MO. Lokasi tenang nan jauh dari kesan perkotaan ini cocok untuk destinasi liburan.

Terlepas dari itu semua, saya pun melanjutkan perjalanan ke sisi pulau lainnya. Di tengah perjalanan, segerombolan anak bermain bersama menangkap biota laut. Melempar ke sana kemari hewan hitam berduri tersebut. Saya terkejut dibuatnya. Dengan riangnya mereka saling mengejar dan menangkap bulu babi yang tersebar di pinggiran pantai. Bulu babi atau landak laut yang dalam bahasa ilmiahnya dinamakan Echinoidea, nampak menakutkan bagi saya karena durinya yang tajam dapat membuat gatal setengah mati bila tertusuk. Ada beberapa jenis landak laut yang kami temukan di sana, salah satunya yang berduri pendek. Karena penasaran melihat anak-anak tadi, saya mencoba mengambil salah satu landak laut tersebut dan memerhatikannya dengan saksama. Saat itu saya baru mengetahui bahwasanya duri pendek yang menyelimuti seluruh bagian dari tubuh landak laut itu dapat bergerak. Semakin takjub dibuatnya, saya pun segera mengabadikan momen satu ini.

Seorang Bapak yang tinggal di sana menghampiri kami dan sekadar bertanya. Melihat saya yang sibuk memerhatikan landak laut di tangan, si Bapak menjelaskan bahwasanya di daerah ini memang banyak ditemukan landak laut. Apabila tertusuk durinya dapat mengakibatkan rasa gatal dan perih yang luar biasa, dan untuk mengeluarkan duri yang tertancap di tubuh ini tidaklah mudah. Bagian tubuh yang terluka harus dipukul-pukul menggunakan besi, hal ini bertujuan untuk menghancurkan duri yang tersangkut di kulit. Membayangkan itu saja membuat saya menelan ludah menahan rasa sakit. Selanjutnya Bapak tua tadi menunjukkan cara membunuh landak laut  dihadapan kami.

“Kalau ada mereka tinggal injak aja seperti ini,” ucapnya seraya menginjak dan menghancurkan duri-duri landak laut.

“Gampang aja, enggak apa-apa”, lanjutnya.

Tak lupa, diakhir perbincangannya, Si Bapak memberi pesan kepada kami, “Jika tidak ingin tertusuk duri landak laut ini kalian bisa pakai sepatu boot untuk melindungi kaki. Banyak nelayan-nelayan yang kalau mencari landak laut ini pakai sepatu boot”. Sayangnya hari ini saya tidak menemukan nelayan satu pun. Kami pun berterima kasih atas penjelasan dari sang Bapak dan berpamitan melanjutkan perjalan ke sisi lain pulau Gili Gede.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini