Dikit-Dikit Banyak Tanya, Justru Menjadi Kelisanan yang Mengakar

Budaya membaca di Indonesia berakibat langsung pada rendahnya kualitas layanan

Di kala kita tiba ke terminal, perihal awal yang bakal kita temukan yaitu tidak memadainya informasi tertulis untuk calon penumpang. Seperti tidak terdapatnya informasi tertulis tentang kendaraan yang ada di terminal, jam keberangkatan serta kehadiran, rute yang dilayani, serta tarif yang dibayarkan. Walaupun begitu, bukan berarti di terminal betul-betul tidak ada informasi tertulis, ada. Namun bila kita cuma mengandalkan informasi tertulis yang ada saja, dipastikan bakal bingung dan tersesat aksara sebab memang dilihat dari segi manapun, informasinya sangat membingungkan.

Advertisement

Kita dituntut untuk bertanya, baik kepada petugas terminal ataupun calon penumpang lain untuk mengetahui informasi yang kita perlukan, semacam kendaraan apa saja yang dapat kita pilih, tarif/ongkos, jam keberangkatan bis, ruang tunggu, dan lain- lain. Perihal ini bisa disimpulkan jika informasi tertulis yang ada tidak dapat diandalkan 100%, sebab calon penumpang masih harus mencari informasi lisan sendiri. Tetapi, acapkali informasi lisan berlawanan dengan informasi tertulis, anehnya lagi informasi lisan malah lebih terpercaya dibanding informasi tertulis sebab bersumber pada pengalaman nyata.

Realita tersebut menampilkan bahwa mengakarnya kelisanan yang menyebabkan kegagapan keberaksaraan serta literasi warga Indonesia yang rendah, realita tersebut juga  menunjukkan fakta lain kalau keberaksaraan ialah sesuatu keharusan dalam kehidupan. Mengakarnya kelisanan di tengah masyarakat ini jelas tidak mungkin dipertahankan dalam banyak aspek di kehidupan praktis kita, betapa ribet serta borosnya kala kita memaparkan seluruh perihal secara lisan kepada banyak orang. Permasalahan keberaksaraan ini, mau tidak mau wajib diluruskan serta perlu adanya pembimbingan baik dari lembaga formal ataupun nonformal supaya kita mempunyai pemahaman yang sama dalam menambah dan meningkatkan minat dan budaya membaca.

Keberaksaraan kita saat ini ialah hasil dari mengakarnya kelisanan, tidak hanya di dalam kehidupan sehari- hari melainkan pula telah mengakar di dalam kebudayaan kita secara universal. Pada dasarnya kelisanan ialah karakteristik warga komunal yang hangat serta ramah. Sebagai contoh, misalnya di bis, kereta api, pesawat maupun alat transportasi lainnya, kita tidak sungkan untuk bertegur sapa dengan penumpang lain yang notabenenya merupakan orang yang sama sekali belum kita kenal, terlebih kita bisa mengobrol santai dan hangat satu sama lain. karena budaya kelisanan kita yang telah begitu mengakar, mindset kelisanan kita otomatis memerintahkan otak untuk bertanya langsung menyangkut penjelasan maupun informasi lisan. Umumnya orang tidak berpikir untuk membagikan penjelasan maupun informasi lisan sejelas mungkin karena ia berpikir kalau kita pasti bakal bertanya kepada orang lain lagi, bahkan hanya karena untuk make sure saja untuk menyakinkan diri sendiri.

Advertisement

Sebaliknya, keberaksaraan di informasi tertulis ini membuat seseorang tidak memiliki kesempatan untuk bertanya atau mengonfirmasi kembali informasi tertulis yang baginya tidak jelas dan meragukan. Setelah seorang penulis menuangkan gagasannya dalam sebuah tulisan, pembacaannya tak mungkin akan meminta keterangan sang penulis secara langsung tentang hal-hal yang tidak ia mengerti dalam tulisan tersebut. Keberaksaraan berjalan adengan adanya kesadaran bahwa suatu keterangan atau informasi tertulis harus memberikan output sejelas mungkin. Keterangan tertulis yang tidak jelas hanya akan membingungkan pembaca, hal ini harus dihindari dan dicegah dengan mengontrol secara cermat struktur kalimat atau argumen yang akan disampaikan.

Bermacam petunjuk, keterangan, serta informasi tertulis di berbagai sarana maupun prasarana sarana transportasi kita ialah produk dari keberagamaan keberaksaraan tetapi dengan mindset kelisanan. Hal ini merupakan kontradiksi antara keberaksaraan dan kelisanan. Bermacam penjelasan dibuat tertulis untuk dibaca, namun tidak ditujukan untuk menyampaikan penjelasan secara jelas sebagaimana dituntut dalam keberaksaraan. Meskipun informasi dibuat secara tertulis, dia tidak perlu benar-benar jelas, toh calon penumpang bakal bertanya kepada petugas ataupun calon penumpang lain menyangkut penjelasan tertulis yang tidak ia mengerti. Bukankah malu bertanya sesat dijalan diformulasikan dengan perspektif lain, bermacam informasi/penjelasan menjadi tidak memadai, karena bukan dibuat atas dasar apa yang dituntut oleh keberaksaraan, melainkan atas dasar apa yang dituntut oleh kelisanan.

Advertisement

Hal semacam ini juga terjadi di tempat-tempat umum lain seperti jalan raya, fasilitas transportasi maupun objek pariwisata, klinik/rumah sakit, bahkan tempat-tempat pelayanan masyarakat semacam kantor-kantor pemerintah. Sebagai contoh, saat kita membesuk keluarga maupun rekan yang sedang dirawat di rumah sakit, kita pasti akan bertanya dahulu kepada petugas rumah sakit tentang dimana letak bangsal anak, letak kamar rawat inap, dan lain-lain. Lalu saat kita ingin membuat KTP di kantor Disdukcapil maupun membayar pajak di kantor Samsat, kita pasti akan diarahkan untuk ke loket informasi untuk bertanya mengenai prosedur yang akan kita lalui.

Inilah pangkal permasalahan kita yang membuat bimbang tiap kali tiba ke tempat- tempat pelayanan umum walaupun di situ terdapat banyak informasi serta petunjuk tertulis yang berdampak langsung pada kehidupan praktis kita. Karena budaya baca kita rendah, maka kehidupan praktis kita lebih berjalan kearah kelisanan, akibatnya kita tidak mampu memberikan dan tidak bisa mendapatkan pelayanan paling sederhana yang jelas, praktis, dan tidak membingungkan. Dengan kata lain rendahnya budaya membaca di Indonesia berakibat langsung pada rendahnya kualitas layanan umum paling sederhana dalam kehidupan sehari-hari.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

CLOSE