#DilndonesiaAja-Wisata Pojok Temanggung Dusun Kwadungan Indah

Indonesia

Di sebuah Dusun Kwadungan, Desa Wonotirto, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung. Terdapat banyak wisata yang belum dikenal oleh masyarakat Indonesia. Salah satu wisata Dusun Kwadungan yaitu Sekandang Watang, Puncak Gunung Sumbing, dan Genting Indah. Wisata di daerah sana belum dikenal oleh masyarakat Indonesia maupun sekitar karena letaknya yang jauh dari perkotaan dan paling pojok dari desa-desa yang lain namun, dengan tekat yang sangat kuat para remaja yang ada di sana menginginkan wisata di situ dikenal oleh banyak masyarakat Indonesia.

Advertisement

"Eh, bro kita jadi gak ke itu tuh Dusun Kwadungan? Namanya aja gue baru denger. Emang bagus ya wisatanya?" tanya Panji kepada yang lain. 

"Ya, jadilah bro! Gue juga gak tau wisata yang ada di sana bagus apa gak, kan baru pertama kali ini kita akan kesana," saut Raka

"Gue liat dari Google dan Instagram bagus-bagus kok pemandanganannya. Yaelah bro, kita kan juga mau ke sana. Udahlah… kita tunggu aja besok gimana reaksi kita saat tiba di sana," Lanjut Roy.

Advertisement

"Iya tunggu aja besok," sambung Panji. Empat remaja ini merupakan salah satu anggota dari organisasi Pencinta Alam Indonesia dari Jepara yang sangat ingin tau wisata di daerah terpencil seperti Dusun Kwadungan. 

Dalam perjalanan menuju Dusun Kwadungan mereka bergantian saat mengemudi karena jarak dari Jepara ke Kwadungan lumayan jauh mereka berangkat sekitar jam 12.00 agar sampai di sana sore. Mereka memang sengaja berangkat siang hari karena ingin melihat matahari tenggelam. Saat tiba di Kabupaten Temanggung, mereka terpana dengan keindahan Kota Temanggung yang memiliki begitu banyak persawahan dan pepohonan yang tumbuh di sepanjang jalan dan terdapat banyak hutan kota.

Advertisement

"Wihhhh banyak juga pepohonan yang tumbuh di daerah ini ya?" kata Roy dengan kagum.

"Iya gue juga gak nyangka kalau di sini masih banyak pepohonan yang tumbuh," jawab Raka sambil melihat ke arah luar melalui jendela mobil.

Mereka sengaja mengendarai mobil karena banyaknya barang bawaan yang mereka bawa. Mereka membawa peralatan untuk naik ke Gunung Sumbing. Ketika hampir sampai di daerah Dusun Kwadungan, keempat remaja itu melewati wisata Genting Indah yang terletak tidak jauh dari Dusun Kwadungan. Secara detail tempat ini berada di jalan beraspal yang datar yang sering digunakan sebagai tempat perlombaan layangan.

Di Genting Indah terdapat pos kecil untuk wisatawan duduk, mereka bisa menikmati pemandangan yang indah dan menyejukkan hati karena dihadapan mereka ada Gunung Sumbing yang terlihat sangat dekat dan gunung itu seperti lukisan pemandangan yang sangat indah. Di depan Gunung Sumbing ada kota kota kecil yang dikelilingi oleh pegunungan seperti Merapi, Sindoro, Gunung Pucuk 9, Prabu dan perbukitan. Kota-kota yang ada di situ seperti terkepung oleh pegunungan-pegunungan itu.

"Kita mau turun gak nih liat liat gitu…?" tanya Toriq dari tempat mengemudi.

"Telah bro, tempat kayak gini mau ditinggal gitu aja, rugi kali. Kita turun sebentar gue mau ambil foto dulu biar bisa diabadikan di sosmed," sahut Raka dari belakang.

Akhirnya Toriq, Panji, Roy, dan Raka turun untuk melihat lihat dan Raka asik dengan kameranya. Raka memotret dari ujung sampai ujung sampai sampai tanaman tembakau pun dia foto. Karena di situ banyak perbukitan yang di jadikan sebagai media tanam tembakau untuk mata pencaharian penduduk yang tinggal di daerah ini.

Saat sampai di gapura Dusun Kwadungan, Toriq turun dari mobil untuk bertanya kepada salah satu penduduk yang kebetulan sedang di depan rumah si pemilik. Toriq bertanya di mana tempat basecamp GAS yang kepanjangan dari Generasi Anak Sumbing. Setelah di beri arahan oleh penduduk di situ akhirnya mereka sampai di depan rumah ketua yang sekaligus di jadikan basecamp GAS. Tanpa basa basi mereka berempat langsung turun dari mobil dan mengucapkan salam secara bersama.

"Assalamu'alaikum," kata mereka bersama. Dari arah dalam ada seseorang yang membalas salam. 

" Waalaikumsalam," balas orang itu.

"Ada apa ya mas kok sore sore begini datang ke sini?" tanya orang itu lagi

"Gini mas saya dan teman-teman saya ingin meminta izin untuk menginap di sini selama 3 hari. Boleh gak mas? Saya dan teman teman saya ini ingin melihat wisata-wisata yang ada di sini. Saya penasaran apakah di sini itu bagus apa tidak gitu mas," jelas Toriq panjang lebar.

"Tentu saja boleh mas, saya malah seneng ada wisatawan yang datang berkunjung ke sini. Perkenalkan mas nama saya Puji," kata Mas Puji sambil mengulurkan tangan dan menjabat tangan mereka satu persatu.

"Oh terima kasih, Mas Puji, saya Toriq dan ini teman teman yang Raka, Roy, dan Panji. Kami dari Jepara yang mengikuti organisasi Pecinta Alam Indonesia," balas  Toriq

Sore harinya Mas Puji mengajak para remaja itu naik ke atap rumah untuk melihat matahari tenggelam. Mereka kagum dengan keindahan desa dan perkotaan yang ada di bawahnya ditambah lagi warna yang memancar berwarna oranye kemerahan yang menambah keindahan alam di sini. Setelah menikmati sunrise mereka beristirahat. Pagipun datang sebelum subuh Mas Puji sudah membangunkan keempat remaja itu untuk naik ke atap rumah melihat susat dengan ditemani wedang badeg. Sesampainya di atap mereka duduk tanpa beralas menghadap timur sambil menikmati wedang badeg.

"Mas ini tu minuman apa ya? Saya kok baru tau kalau ada minuman kayak gini?" tanya Roy penasaran.

"Ini wedang badeg mas. Wedang khase wong Kwadungan. Badeg ini dibuat dari pohon aren atau bunga jantan yang memiliki rasa yang manis dan segar serta bau yang harum," jelas Mas Puji panjang lebar dengan bahasa yang agak medok.

"O.. gitu ya mas, enak juga wedang badeg ini," komen Panji. Mereka melihat ke arah timur menantikan detik-detik kemunculan sang mentari dari balik awan yang menggumpal menutupi permukaan kota dibawahnya.   

"Mas disini selalu kayak gini ya setiap paginya? Kota-kota di bawah sana tertutup oleh awan dari ujung samapai ujung tertutup gitu kayak negri di atas awan ya mas?" tanya Toriq dengan kagum. 

"Iya mas memang selalu seperti ini jadi saya gak perlu tuh jauh-jauh ke tempat lain untuk menikmati susana seperti ini hhhh," jawab Mas Puji sambil tertawa.

"Mas di sini dingin juga ya?" tanya Raka yang sibuk memotret pemandangan yang langka ini.

"Ya iya mas kan di daerah pegunungan ya dingin kalau kota pasti panas mas hahaha," jawab Mas Puji sambil tertawa

"Oh iya ya saya lupa mas hehehe," jawab Raka yang sedikit malu. Saat adzan subuh berkumandang Mas Puji mengajak mereka sholat berjamaah di masjid.

Seusai sarapan pagi dan mengobrol sambil menunggu Mas Dika datang untuk menemani Mas Puji mengantar ke Sekandang Watang. Mas Dika ini juga anggota yang bertanggung jawab saat ada wisatawan yang datang. Mas Dika pun datang jam setengah sembilan sedangkan jadwal mereka berangkat jam sembilan pagi.

Sambil menunggu jam sembilan mereka bertanya kebudayaan dan wisata di sini itu seperti apa, lalu Mas Puji menjawab bahwa di desa ini sangat banyak wisata, adat istiadat seperti nyadran, kupat lepet, dan masih banyak lagi. Sedangkan untuk seni budaya ada sandulan, kedoprak, kuda lumping dan lain lain. Jam menunjukan pukul sembilan mereka berangkat bersama namun, tidak satu kendaraan Mas Puji dan Mas Dika mengendarai motor sedangkan empat remaja itu mengendarai mobil

Saat sampai di jalan perbatasan antara jalan yang beraspal dan belum. Mas Puji dan Mas Dika berhenti dan mengajak mereka turun untuk jalan kaki karena takut kalau mobil itu tidak kuat saat di tanjakan. Dengan senang hati mereka menerima dengan lapang dada.

"Mas disini mata pencaharian penduduk yang ada di sini tembakau ya mas?" tanya Panji

"Gak cuma tembakau mas, kalau bulan Agustus sampai Oktober penduduk di sini menanam tembakau mas. Sedangkan bulan Oktober sampai Juli menanam sayuran seperti cabai, bawang merah, bawang putih dan masih banyak lagi," jelas Mas Puji panjang lebar.

Panji pun mengangguk tanda mengerti.

Tak terasa mereka sudah sampai di gerbang Sekandang Watang, gerbang ini juga dijadikan pos 1 sebelum pos-pos selanjutnya saat kita mau naik gunung agar mudah kita sudah sampai di pos berapa. Di Sekandang terdapat tempat duduk yang dibuat dari kayu yang besar seperti pohon jati yang dibiarkan membentu lingkaran tanpa dihias.

Terdapat juga lampu yang bergelantungan di mana-mana dan di sana terdapat tulisan Sekandang Watang yang besar. Raka yang memang hobi traveling dan memotret hal hal yang menarik dan indah langsung memotret kesana kemari.

"Oh iya mas, di sini itu juga sering ada wisatawan yang terjun payung untuk melihat pemandangan desa dan kota yang ada di bawahnya mas," kata Mas Puji memberi tahu.

"Gitu ya mas enak tu kayaknya," timpal Roy. 

"Mas di sini gak dipungut biaya ya?" tanya Toriq 

"Gak mas di sini belum di berlakukan tarif pembayaran karena masih jarang yang datang berkunjung ke daerah sini mengingat letaknya yang kurang strategis. Tapi kalau saat bulan Ramadhan saat malam ke 21 hari puasa kita GAS sering mengadakan acara malam selikuran mas kali di sini namanya seperti itu. Dipungut biaya kurang lebih 4.000 sudah mendapatkan suvenir dan bakso sebagai kenang kenangan. Suvenirnya itu berupa gelang yang di tengahnya itu ada tempurung kelapa yang dihaluskan dan di tulis Sekandang Watang gitu mas. Yang buat gelangnya itu ada di sebelah saya, Mas Dika," terang Puji panjang lebar sambil melihat ke arah Mas Dika.

Saat berjalan kaki Mas Puji menjelaskan bahwa jalur yang mereka lalui ini adalah jalur untuk trabas atau yang dikenal balap motor trail. Sesampainya di basecamp mereka berlima langsung beristirahat sambil menunggu makan siang. Di sore harinya mereka disibukan dengan mempersiapkan peralatan yang akan dibawa besok saat naik Gunung Sumbing.

Hari esok pun datang setelah sholat subuh mereka berenam langsung berangkat ke Puncak Gunung Sumbing. Perjalanan mereka sangat jauh dan melelahkan belum lagi jalanan yang menanjak dan banyak jurang dimana mana yang dapat melatih adrenalin. Mereka melewati Watu Kasur, Kawah Semidang yang tak luput dari potretan Raka.

Setelah menempuh perjalanan sekitar kurang lebih lima jam akhirnya mereka sampai di Puncak Gunung Sumbing. Tanpa ba-bi-bu mereka langsung mendirikan tenda dan mencari kayu bakar untuk membuat api unggun di malam harinya. Tanpa disadari hari sudah sore dan mereka melihat kearah kota dan desa yang ada di bawah tidak terlihat. Mereka melihat banyaknya pegunungan yang dibawahnya terdapat kota dan desa yang di tutupi lautan api.

Matahari tenggelam suasana pun bertambah indah dan udara yang sangat menyejukkan. Raka langsung memotret suasana ini. Malam harinya mereka menyalakan api unggun untuk memasak mie instan dan bernyanyi bersama. Pagi-pagi sebelum subuh datang mereka sudah sampai di basecamp GAS keempat remaja ini berencana untuk kembali ke Jepara sebelum sore.

Siangnya Toriq dan yang lainnya berpamitan dan berterimakasih kepada Mas Puji dan anggota GAS lainnya yang sudah mengajak dan mengizinkan berwisata di sini selama 3 hari. Dan mereka berjanji akan mempublikasikan hasil foto-foto yang didapatkan agar banyak wisatawan yang datang ke Dusun Kwadungan ini. Bahwa tempat terpencil seperti ini juga memeiliki keindahan yang sangat jarang di temukan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE