Dirimu Memang Tak Lagi Rupawan, Namun Hatimu Tetap Bagai Bunga di Antara Bebatuan

Waktu memang takkan pernah bisa diputar kembali, begitu juga setiap hembus nafas yang terlepas begitu saja. Kini, wajahmu memang tak lagi rupawan seperti dulu, namun hati kecilmu tetap lah sama kala pertama kalinya aku membuka mata di dunia. Aku telah tumbuh dengan begitu baiknya berkatmu, tak ada kekurangan atau kesulitan yang pernah aku nikmati. Semua berjalan dengan begitu indahnya hingga suatu hari aku tersadar.

Advertisement

Banyak perubahan yang telah aku lalui, sampai aku dapat bernafas hingga detik ini. Rasa syukur dan terima kasih memanglah tak kan pernah cukup untuk membalas segala budi jasa yang pernah Engkau berikan. Cinta kasih yang begitu besar selalu menaungi setiap langkah kakiku menapaki kerasnya dunia ini. Tak berani diriku membayangkan kehidupan tanpamu.

Tak terasa, seiring berjalannya waktu, aku menyadari bahwa Kau kini tak lagi seperti yang dulu. Rasa lemah, letih, dan lelah lebih mudah mendera batin dan jasmanimu. Akan tetapi, engkau hanya selalu menampilkan senyum manis dibibir tanpa pernah mengeluh. Bahkan, ketika engkau merasa sakit didalam tubuh lemahmu, tak ada suara derita yang pernah aku dengar selama ini.

Perjalanan hidup ini memanglah tak mudah, ada begitu banyak halangan dan rintangan yang selalu memaksaku untuk berhenti. Namun, kala rasa itu menghampiri, aku seolah mendengar bisikan penuh semangat yang seolah menarik tubuhku yang penuh luka itu. Bisikan yang terdengar seperti sebuah doa yang begitu menguatkan dan menyembuhkan luka pada seluruh tubuh ini.

Advertisement

Satu demi satu lembaran hidup telah aku isi dengan tinta yang engkau ajarkan. Memang tak semuanya tertulis rapi dan bermakna, terkadang hanya ada beberapa coretan biasa yang tak berarti sama sekali. Masih aku ingat bagaimana nasihat dan petuahmu yang terkadang aku acuhkan begitu saja. Begitu pula perhatian dan rasa khawatir yang pernah terbuang sia-sia.

Sebelum aku menutup akhir dari buku ini, izinkan aku ingin menuliskan sebuah ungkapan rasa syukur jauh didalam hati ini dibagian lembar terakhir. Sebuah lembar tempat diriku mencurahkan isi hati dan pikiran selama ini. Terkadang, ingin kuperbaiki lembar-lembar buku yang tak berarti ini sebelumnya. Akan tetapi, aku mengerti bahwa didalam hidup tak ada yang sempurna. Kita hanya perlu memperbaiki dan berkembang didalamnya.

Advertisement

Sebelum aku mengakhiri tulisan ku di lembar terakhir ini, Aku ingin menuliskan 5 kata yang memiliki sejuta makna didalam hidupku. 5 kata yang Aku harap dapat membuat buku ini memiliki akhir cerita yang indah. Aku sungguh-sungguh mencintai kalian. Memang tak indah dan terkesan biasa. Akan tetapi, engkau pasti dapat merasakan makna dan nilai di dalamnya.

Ayah dan ibu, kini akan aku tutup cerita didalam buku lama ini. Terima kasih untuk semuanya, atas setiap detik yang begitu berharga dihidupku. Tugas dan peranmu telah Kalian lakukan dengan begitu baik, dan selanjutnya biarlah Aku yang melanjutkan semuanya. Pada akhirnya, aku ingin memberi judul pada buku ini dengan nama “Aku Ketika Kecil”.

Aku tak pernah berhenti berkarya, telah aku siapkan 1 buku baru yang akan aku isi dengan karya-karya terbaikku. Sebuah buku yang akan mengubah seluruh pandangan begitu juga pemikiranku. Jika pada buku lama aku memberi judul diakhir cerita, pada buku baru ini akan aku berikan judul terlebih dahulu diawal. Aku menamainya “Aku dan Keluarga Kecilku".

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Life Is Hard, But Not Impossible - Unknown

CLOSE