Mengulik Drapetomania, Kondisi Ingin Melarikan Diri dari Kondisi yang Menyulitkan

Tulisan ini dibuat oleh seorang manusia dengan kromoson homogen berumur thirty-something yang sedang sakit kepala, demam, dan mempertanyakan eksistensinya dalam kehidupan bermasyarakat. Alih-alih istirahat, dia malah membuka laptop, merenung karena (masih) hawa lebaran dan nyatanya bulan syawal kerap lekat dengan lagu bulan syawal nanti dikawinin.

Advertisement

Menurut kamus, Drapetomania (n): An overwhelming urge to run away (from home, a bad situation, responsibility, etc.). Jadi, Drapetomania adalah kata yang menggambarkan dorongan yang sangat kuat untuk melarikan diri. Melarikan diri dari realita kehidupan, tanggung jawab kerjaan, atau cuman sekadar lari dari rasa resah-gundah gulana-galau- ataupun gusar.

Mungkin anak milenial zaman sekarang sering salah mengartikan drapetomania yang dideritanya dengan alasan untuk healing. Sungguh kalau mereka mengerti arti kata healing yang seutuhnya, mereka ga akan mau untuk healing atau bahkan mengakui dirinya butuh itu. Sangat disayangkan kata healing ini dikerdilkan dengan hanya sebuah tuntunan kebutuhan diri akan jalan-jalan.

Sama halnya dengan mental health. Berapa persen orang yang selalu bawa-bawa topik mental health beneran ngerti tentang itu? Atau sekadar ikutan trend dan merasa kece kalau termasuk dalam lingkaran? Padahal mah kalau orang yang beneran butuh bantuan, mereka akan sangat sulit untuk spek up dan mengikhlaskan bahwa oh ya, I do need help.

Advertisement

Anw, balik ke cerita drapetomania.

Manusia ini semakin merasa bahwa dia ingin melarikan diri karena dalam usianya yang tidak lagi belia, dia tidak memiliki daya tarik untuk lawan jenis. Tuntutan akan perubahan status dalam KTP yang ditanyakan setiap jumpa kenalan untuk sekedar basa-basi-busuk semakin lama semakin menekannya. Sebetulnya bukan salah dia tentunya, cuman nampaknya dia lahir di negara yang salah aja. Dia sadar sih bahwa kromosom homogen mempunyai keterbatasan dalam menghasilkan sel ovum, tapi gimana? Kan semua urusan hidup, mati, jodoh, dan rejeki sudah ditentukan jauh sebelum big bang terjadi.

Advertisement

Sayangnya, fakta yang sudah menjadi rahasia umum ini sering sekali diabaikan dan pembahasan itu masih saja dijadikan topik untuk bercengkarama ala kadar. Apakah mereka kekurangan bahan bahasan? Apa perlu kita buat buku 1000 topik bahan obrolan tanpa menyinggung perasaan orang?

Iya, dia ingin melarikan diri ke tempat sunyi, bertemu orang baru, tempat baru yang asri dan jauh dari ramainya Ibukota. Mungkin ini yang dia butuhkan untuk sementara waktu, tapi tentu tidak akan menyelesaikan masalah yang berusaha ditinggalkannya. Masalahnya bukan hanya sebatas menemukan pasangan, masalah lain tentu banyak: seperti grafik liniear kepercayaan diri yang mempunyai gradien negatif, tingkat insecure yang monoton naik, atau jokes dia yang selalu dianggap aneh dan membuat orang lain tertawa diskrit (ha ha ha).

Apakah ada solusi untuk dia?

Mungkin yang perlu dilakukan dia sambil melarikan diri adalah mulai menerima dirinya apa adanya. Gampang sekali diucapkan namun pasti sulit dikerjakan. Mungkin yang harus dipikirkan adalah kebahagiannya aja, biarkan orang lain berkata apa. Mungkin dia perlu berhenti menyalahkan diri sendiri dan memafaatkannya. Semua kemungkinan ini hanya bisa terucap karena kita bukan dia, dan dia pasti sudah mempunyai jawabannya sendiri. Tinggal menunggu waktu kapan dia mau mendengarkan hati kecilnya.

Demikianlah cerita drapetomania yang dialami oleh manusia yang mungkin baiknya tidak kita panggil bunga, tapi bolehlah kita panggil dia Spica.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang (yang berusaha untuk tetap menjadi) saintis. Generasi Y, and proud to be one of them. Love sky and sea, not you! :v -Peace

Editor

Penikmat buku dan perjalanan

CLOSE