Eksistensi Kamera Film di Era Digital

Untuk kamu yang hobi fotografi, masihkah gunakan analog kamera?

Penggunaan kamera film awalnya diperkenalkan oleh George Eastmen pada abad ke-19 tepatnya tahun 1885. Setelah melakukan beberapa kali percobaan, Eastmen berhasil menemukan ramuan emulsi untuk fotografi pelat kering. Hingga pada 4 September 1888, Eastmen mendaftarkan merek dagang Kodak secara resmi. Hal ini menjadi cikal bakal tersebarnya fotografi ke khalayak umum.

Advertisement

Memasuki dekade baru, eksistensi kamera film kembali berkembang di kalangan anak muda. Banyak kawula muda yang menjadikan hal ini sebagai sebuah hobi baru ditengah pesatnya globalisasi. Tagar seperti 35mm, 35mmfilm, indo35mm, ataupun filmisnotdead dapat dengan mudah diakses yang turut meramaikan media sosial instagram. Lalu apa alasan yang membuat kawula muda menyukai kamera film di era digital seperti saat ini?


Rata-rata anak muda memiliki persepsi bahwa melakukan hobi memotret menggunakan kamera film merupakan suatu proses panjang yang berharga.


Mulai dari pemasangan roll film ke dalam kamera. Keputusan untuk memotret suatu objek yang harus dipikirkan dengan matang mengingat terbatasnya jumlah frame dalam satu rol film. Serta proses cuci (development) yang memberikan sensasi tersendiri saat menunggu hasil foto dari rol yang telah digunakan. Pada proses development biasanya ekspektasi para pengguna kamera film akan diuji.

Advertisement

Terdapat tiga opsi kemungkinan pada hasil foto melalui jepretan kamera film. Terkadang foto akan sesuai dengan ekspektasi yang dibayangkan, namun tidak menutup kemungkinan bahwa foto yang dihasilkan berada jauh dari ekspektasi. Bisa jadi juga melebihi ekspektasi awal, hal inilah yang menjadikan para pengguna kamera film merasakan kepuasan tersendiri yang tidak didapatkan saat menggunakan kamera digital.

Pilihan penggunaan jenis rol film juga mempengaruhi hasil foto, seperti perbedaan tone warna. Film negatif cenderung memiliki warna dan kontras yang halus serta lebih toleran terhadap kesalahan exposure. Berbeda dengan film positif yang cenderung memiliki saturasi warna dan kontras yang tinggi namun rentan terhadap kesalahan exposure. Namun baik film negatif atau positif terkadang tetap ditemui tekstur bintik-bintik kecil (grain). Grain yang ditemukan pada hasil cetakan kamera film biasanya berasal dari pertikel kimia yang bereaksi terhadap cahaya.

Advertisement

Namun sebelum memulai hobi ini pastikan dulu biaya yang diperlukan. Bisa dikatakan biaya penggunaan kamera film cukup mahal dibandingkan dengan media foto yang lainnya. Karena biaya satu rol saat ini ditaksir dengan harga kurang lebih Rp 75.000 serta cuci pindai sekitar Rp 50.000. Dengan rincian harga ini kurang lebih harus menyiapkan uang sebesar Rp 125.000 agar dapat menikmati sensasi bermain kamera film.

Tren kamera film yang kembali digemari merupakan suatu hal yang patut diapresiasi di tengah canggihnya teknologi yang serba instan. Bermain kamera film mengajarkan arti kesabaran dalam menikmati sebuah proses panjang serta menghargai hasil. Karena kamera film hadir sebagai pelengkap ditengah masifnya perkembangan kamera digital.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE