Malam ini hujan turun lagi seperti malam-malam yang lalu. Menyenangkan. Membuat suasana di luar terlihat damai menenteramkan. Tidak deras benar. Hanya gerimis. Itu pun jarang-jarang, tetapi cukup untuk membuat indah kerlip lampu.
Aku mengatur ulang posisi gawai pintar yang sempat tergeser, lalu meletakkannya di tempatseharusnya. Dari posisiku berbaring sekarang, kalian bisa melihat tembok kamar penuh poster hitam putih. Sedikit menoleh ke kiri pandangan akan terarah pada perlengkapan anak kos: beberapa botol minum kosong yang sudah lama hendak dibuang, tiga helai kemeja kotak-kotak yang tergantung tak terlalu rapi, dan lemari kecil dengan isi yang tak juga banyak.
Selagi sibuk melihat unggahan mereka yang menghibur penonton dengan video-video lucu di dunia maya, aku membeku beberapa saat. Terganggu secarik kertas di bawah lemari. Kuperiksa,tertulis hasil ujian semester akhirku empat tahun yang lalu, ketika masih polos pada semester awal kuliah.
Aku diam terpekur.
Mencoba merangkai potongan-potongan kejadian empat tahun yang lalu.
Terlalu kompleks memang menuliskan hal-hal tak masuk nalar yang sudah terjadi, sama halnya
dengan cinta.
Iya, aku hendak bercerita tentang cinta. Terdengar seperti ocehan remaja tanggung, bukan?
Namun, itulah kenyataannya.
Pada masa ini, aku yang mungkin sudah tertulis di garis takdir kembali bertemu dengan dia,gadis dengan pelipis indah, mata teduh tempatku benar-benar merasa kembali, hidung tak begitu mancung namun rasanya ingin kucubit halus sambil melihat ekspresinya yang pasti lucu. Senyum manis yang sangat berhasil membuat aku terjaga hingga larut malam karena tak mampu menghapus guratan bibirnya.
Ah! Lebih dari itu, dia lebih bercahaya dari itu!
Kecerdasan berpikir, kedewasaan, dan penjelmaan positif saat dia berbicara, sangat tak masuk akal jika aku tak jatuh hati. Kalian tak akan pernah menyangka sebodoh apa aku empat tahun silam pernah dengan sengaja, sangat-sangat sengaja, pergi meninggalkan gadis seperti dia.
Namun, mungkin ini yang sering dikatakan orang-orang Disatukan kembali oleh takdir. Aku dan dia kembali mencoba menulis cerita fiksi versi kita di kertas yang baru masa masa ini. Tak usah kujelaskan dengan rinci, kalian tahu itu indah.
Berawal dari dia yang secara tiba-tiba mengirimiku pesan singkat, cukup membuatku yang memang telah lama ingin kembali jadi ketar-ketir. Selamat ulang tahun , katanya. Tentunya bagiku itu bukan ucapan selamat biasa. Aku menghela nafas panjang. Gugup tetapi sangat bahagia. Pelan-pelan mencoba meyentuh layar gawai pintarku yang agak kotor tetapi terang. Dingin seketika menyergap ujung jari, mengalir ke telapak tangan, melalui pergelangan, menerobos siku, bahu, kemudian tiba di hatiku. Mencoba membalas pesannya.
Iya… makasih, ya. Ah tidak, terkesan kaku. Kesekiankalinya kuhapus pesan yang belum terkirim. Waktu itu terasa seperti sekarang. Seakan jutaan butir hujan jatuh di atas kepalaku. Riuh gemuruh angin seperti berlomba lomba masuk ke telinga, merasuk otak, lalu menghentikan aliran darah di saraf. Aku bingung. Pertama kalinya setelah sekian lama aku bingung memilihkata. Tak ingin menghancurkan kesempatan ini, kesempatanku untuk saling berbagi cerita dengannya lagi.
Namun hari itu aku sedang beruntung. Tak lama setelah menjawab ucapan selamat darinya, kita kembali bercengkrama, meski hanya lewat beberapa pesan singkat, aku yakin itu hadiah ulang tahun terindah.
Cukup tentang awal dari semuanya terulang dan jangan tanya apa yang aku rasa. Seperti manusia
lain, aku jatuh cinta. Memang tak elok ketika menceritakan sesorang tanpa menyebut namanya.
Namun, tanpa kusebutkan kalian sudah thau dia sempurna, bukan? Kata orang-orang, orang jadi bodoh ketika jatuh cinta. kuakui itu benar, seperti sekarang, Ingatan tentang dia tak pernah lepas. Jauh dari sempurna tetapi membekas.
Sudahlah, tak tau arahnya ke mana tulisan ini. Sebaiknya, kuakhiri saja.
Jangan tersenyum, nanti kalian malu karena senyumannya jauh lebih indah.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”