Sarkasme Ternyata Memiliki Banyak Fakta Menarik, Loh!

Fakta sarkasme

Sarkasme pada kehidupan sehari-hari digunakan secara komprehensif baik dalam percakapan maupun tulisan. Sarkasme adalah pernyataan ironis yang dimaksudkan untuk mengkritik, mengejek, dan sering juga disebut sebagai kritikan pedas yang dibalut humor. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani “serkezein” yang berarti “merobek daging atau mencibir”.

Advertisement


Menurut kamus besar Merriam-Webster, sarkasme mengacu pada penggunaan kata-kata yang memiliki arti kebalikan dari yang sebenarnya ingin dikatakan dengan tujuan untuk mengkritik seseorang atau untuk melucu. Percakapan kursi kosong di acara ‘Mata Najwa’ dapat dijadikan sebagai contoh wujud sarkasme di jurnalisme televisi. Contoh lain dari sarkasme juga banyak ditemukan di percakapan sehari-hari baik dalam bentuk obrolan secara langsung maupun media sosial.


Beberapa orang memilih untuk mengungkapkan sesuatu dengan sarkas untuk melindungi perasaannya. Beberapa juga menganggap sarkasme sebagai cara untuk menghina seseorang tanpa harus menyakiti persaan orang tersebut secara langsung. Ternyata, banyak penelitian yang mengungkap fakta-fakta ilmiah menarik dibalik sarkasme yang belum diketahui sebelumnya oleh banyak orang, salah satunya adalah hubungan sarkasme dengan fungsi emosi dan kreativitas seseorang.

Sarkasme secara tidak langsung menjadi salah satu cara untuk mengungkapkan agresi atau rasa marah terhadap orang lain untuk tetap merasa aman. Melalui sarkasme seseorang dapat menutupi amarahnya melalui humor yang dianggap dapat melindungi dirinya daripada harus menanggung risiko ketika mengutarakan suatu hal secara langsung. Steven Stosny, seorang ahli terapi amarah, mengatakan bahwa humor dan kebencian sering kali bersinggungan dan akan sangat sulit untuk mengetahui dengan tepat maksud dan tujuan utama dari seseorang yang sarkas. Stosny mengatakan bahwa walaupun alasan orang yang bersikap sarkas berakar dari perasaan tidak aman, mereka cenderung mengakui kekurangan yang mereka miliki walaupun tidak secara langsung.

Advertisement


Seorang psikolog kognitif, Albert Katz, menemukan bahwa dari perspektif biologis, orang yang otaknya dengan mudah memproses sarkasme cenderung memiliki kepribadian yang agresif. “Sarkasme jelas membuat orang merasa dominan, baik untuk orang yang mengungkapkannya maupun yang memahami ungkapan tersebut” jelas Katz. Tidak dapat dimungkiri fungsi emosi sangat berperan penting terhadap penyampaian sarkasme. Hal ini acapkali membuat sarkasme yang diungkapkan melalui tulisan sulit dipahami oleh pembaca. Artinya, pernyataan sarkastik yang disematkan dalam sebuah tulisan memberikan celah dalam koherensi bahasa.


Pada jurnal penelitian yang ditulis oleh Olkoniemi et al. (2018) disampaikan bahwa penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa pernyataan sarkastik secara tertulis membutuhkan waktu pemrosesan yang lebih lama daripada pernyataan yang bermakna literal karena adanya kesulitan dalam mengintegrasikan pernyataan tersebut ke dalam satu konteks tulisan secara utuh. Pada penelitian terbaru, enam puluh partisipan diminta untuk membaca paragraf teks pendek yang berisi ungkapan sarkastik dan ungkapan yang bermakna literal, sementara gerakan mata mereka direkam.

Advertisement

Perbedaan kemampuan individu untuk mengenali emosi dan kapasitas working memory diukur, Hasilnya menunjukkan bahwa partisipan membutuhkan waktu lebih lama untuk membaca pernyataan sarkastik. Kemampuan mengenali emosi yang tercermin dalam pola gerakan mata menunjukkan bahwa pembaca yang buruk dalam mengenali emosi, lebih lambat saat mengkategorikan sebuah pernyataan sebagai pernyataan sarkastik.


Selama 20 tahun terakhir, para peneliti dari ahli bahasa, psikolog, hingga ahli syaraf telah mempelajari kemampuan manusia untuk memahami sarkasme dan mendapatkan penemuan baru tentang cara kerja otak. Penelitian menunjukkan bahwa sarkasme dapat meningkatkan kreativitas seseorang dalam memecahkan masalah.


Para ilmuwan yang meneliti aktivitas otak menemukan bahwa otak orang yang mendengar atau membaca pernyataan sarkastik bekerja lebih keras untuk memahami sarkasme. Pekerjaan ekstra ini membuat otak menjadi lebih terlatih. Penelitian yang dilakukan oleh Gino et al. (2015) menemukan bahwa sarkasme sebenarnya memberikan beberapa manfaat psikologi yang penting. Untuk membuat atau memahami sarkasme, baik bagi yang mengekspresikan maupun yang menerima sarkasme perlu membedakan kontradiksi antara makna literal dan aktual dari ekspresi sarkastik. Hal ini merupakan proses yang mengaktifkan kinerja otak dalam memproses hal-hal abstrak yang kemudian mendorong pemikiran kreatif.

Dalam serangkaian penelitian, partisipan secara acak dikategorikan pada kondisi sarkastik, tulus, atau netral. Partisipan yang dikelompokkan ke dalam tiga kategori ini diminta mengungkapkan hal yang sarkastik, tulus, atau netral hingga terjadi percakapan diantara ketiganya. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah partisipan pada kategori sarkastik melakukan tugas kreativitas lebih baik daripada mereka yang berada dalam kondisi tulus atau netral. Dalam rangkaian penelitian berikutnya, partisipan diminta untuk mengingat saat mereka mendengar atau mengatakan sesuatu yang sarkastik atau tulus. Sekali lagi terbukti pada tugas kreativitas selanjutnya, partisipan dengan kondisi sarkastik mendapatkan penilaian yang lebih tinggi.

Pada beberapa kasus, kerusakan pada bagian otak tertentu yang menyerang perangkat keterampilan kognitif dapat menyebabkan seseorang tidak dapat memahami sarkasme. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Shamay-Tsoory, seorang ahli mekanisme syaraf, membuktikan bahwa pasien dengan kerusakan otak pada bagian lobus prefrontal mengalami kesulitan dalam memahami sarkasme serta rasa empati, sedangkan dua kelompok uji lainnya tidak mengalami masalah tersebut. Pasien yang mengalami kerusakan pada bagian kanan belakang korteks prefrontal memiliki penilaian atau pemahaman sarkasme yang paling tidak tepat. Semakin tidak tepat pemahamannya, semakin besar kerusakan yang terjadi pada otak. Kondisi seperti autisme, cedera pada otak, dan skizofrenia dapat mengganggu kemampuan untuk memahami sarkasme.

Selama ini, sarkasme pada kehidupan sehari-hari digunakan secara terus menerus tanpa mengetahui bahwa sebenarnya banyak sekali fakta-fakta ilmiah menarik yang dapat diketahui. Sudah dibuktikan oleh banyak penelitian bahwa sarkasme memiliki hubungan yang erat dengan fungsi emosi. Hal ini berkaitan dengan penyampaian intonasi, ekspresi wajah, serta pemilihan bahasa yang digunakan.

Selain itu, sarkasme juga dapat menentukan tingkat kreativitas seseorang. Orang yang sering menggunakan sarkasme dan dengan mudah memahaminya terbukti memiliki tingkat kreativitas yang lebih tinggi dibanding orang pada umumnya. Dengan adanya tulisan ini, selain mendapatkan pengetahuan baru, masyarakat diharapkan dapat dengan bijak menggunakan sarkasme baik dalam percakapan secara langsung atau dalam menyampaikan kritikan di media sosial.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE