Untuk Kakak yang Sudah Bahagia di Surga, Terima Kasih Telah Mengajariku Banyak Hal di Dunia

kakakku pahlawanku

Aku adalah seorang anak nakal yang cuma tahunya berkelahi. Setiap pergi ke sekolah aku pasti mendapatkan masalah, entah itu dengan guru ataupun sesama murid. Bahkan aku hampir dikeluarkan karena ikut tawuran antar sekolah. Kakakku yang mengetahui kejadian itu terus menasehatiku agar jangan terlalu sering terlibat masalah.

Advertisement

Aku yang masih emosi menantang kakakku berkelahi dan berkata jika kakak bisa mengalahkanku aku akan berhenti nakal. Mendengar perkataanku itu kakakku tersenyum dan mengiyakan. Perkelahian itupun berlangsung cepat dan aku dikalahkan. Aku yang kaget ternyata kakakku jago beladiri memohon agar ia mau melatihku.

Kakakku pun memperbolehkan aku berguru dengannya dengan syarat tidak disalahgunakan dan berjanji untuk tidak berbuat masalah lagi. Dengan senang aku menerima tantangan syarat dari kakakku itu. Setelah beberapa minggu, aku dipanggil guru olahraga untuk ikut lomba bela diri nasional.

Di suatu pagi yang cerah aku berlatih, aku dilatih oleh kakakku sendiri. Menjelang lomba beladiri nasional, aku giat melatih stamina dan kekuatan. Sadari diri, aku masih cukup lemah dalam hal stamina. Setelah berlari 6 kali putaran lapangan, aku ditantang oleh kakakku untuk bertarung.

Advertisement

Di awal pertarungan aku masih bisa mengimbangi kecepatan kakakku, tapi di akhir pertarungan aku sudah mulai kelelahan dan akhirnya kalah. Kemudian kakakku memberi saran kepadaku untuk selalu giat berlatih agar tidak menyesal suatu hari nanti. Mendengar perkataan kakakku itu, aku sadar bahwa aku masih muda dan tidak boleh menyia-nyiakan waktuku agar tidak menyesal di kemudian hari.

Waktu terus berjalan dan tibalah waktu lomba bela diri nasional. Aku berhasil masuk ke final, tapi aku mendapat kabar bahwa kakakku meninggal karena kecelakaan. Di hari itu aku menangis sejadi-jadinya, karena kakak sekaligus pelatihku ternyata dengan begitu cepatnya meninggalkanku, aku bahkan belum sempat mengucapkan selamat tinggal.

Advertisement

Kesedihan itu aku luapkan dalam pertandingan terakhir, aku bertarung dan tanpa sadar air mataku mengalir. Aku tidak ingin mengecewakan kakakku dan hasil latihanku dengan kekalahan.

Aku ingin menang! Aku ingin menang! Aku ingin menang! Dalam hatiku berkata begitu. Dengan sekuat tenaga dan segenap hati aku mengalahkan lawanku di final dan aku berhasil juara 1 dalam perlombaan itu.


'Kak, lihatlah aku, adikmu. Adikmu juara 1 lomba beladiri nasional berkat latihan darimu. Aku persembahkan juara ini untukmu kak,' begitulah kataku setelah pertandingan usai.


Aku bangga menjadi adikmu, aku bangga dilatih olehmu, aku senang akhinya hasil latihanku terbayarkan. Setelah kejuaraan itu akupun mengunjungi makam kakakku. Aku masih sedih atas kepergian kakakku itu, semoga dia tenang dialam sana. Setelah ini aku ingin masuk universitas di Jepang, untuk itu aku akan terus melangkah maju dan pantang menyerah. Percayalah, aku berjanji untuk tidak menyia-nyiakan hidupku. 

Aku akan terus berlatih hingga orang-orang mengenal kita, dan di suatu hari nanti aku ingin menceritakan betapa baiknya dirimu yang tak pernah mengeluh mengajariku berbagai hal. Terima kasih kakak.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Editor

Not that millennial in digital era.

CLOSE