Game Online Tidak Selamanya Buruk, Dukung Anak Jadi Atlet eSport

Dukung anak menjadi atlet eSport profesional melalui akademi eSport

Bagi sebagian besar orang tua, menganggap game online sebagai hal buruk yang harus dijauhkan dari anak. Game online dipandang sebagai penyebab anak menjadi malas belajar dan lalai mengerjakan tugasnya. Padahal rasa malas dan lalai tersebut, belum tentu disebabkan karena anak gemar bermain game online. Bisa saja karena memang si anak kurang tertarik dengan hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan akademik dan lebih tertarik dengan kegiatan non akademik. Kegiatan non akademik seperti bermain game online memang lebih menarik bagi anak. Game online atau eSport saat ini sudah masuk dalam daftar olahraga yang diakui dan alih-alih khawatir, orangtua dapat mendukung anak menjadi atlet eSport.

Advertisement

Dampak buruk bermain game online bagi anak

Di dunia ini, tidak semua anak memiliki ketertarikan dan kemampuan akademik yang sama. Ada anak yang unggul dalam bidang akademik dan ada juga anak yang unggul dalam bidang non akademik seperti jago olahraga, bermain musik, menari dan lainnya. Saat ini perkembangan eSport di Indonesia cukup pesat dan dapat menjadi peluang yang menjanjikan. Karena itu orangtua tidak perlu khawatir berlebihan jika anaknya senang bermain game online. Mengarahkan untuk menjadi atlet eSport dan memberikan penjelasan yang masuk akal mengenai dampak baik buruknya game online merupakan langkah terbaik yang dapat dilakukan orang tua.

Berdasarkan beberapa penelitian, bermain game online tidak selamanya membawa dampak buruk bagi anak. Jika dilakukan sesuai aturan dan dengan binaan yang tepat, anak dapat menjadi atlet eSport berprestasi. Orang tua harus menerapkan secara tegas batasan waktu bermain game online untuk anaknya agar si anak tidak kecanduan game online dan tetap melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik. 

Advertisement

Menurut penelitian dalam jurnal Pediatrics tahun 2013, anak tidak boleh bermain game online lebih dari dua jam sehari karena kelamaan bermain game online dapat berdampak buruk pada kondisi psikologis anak. Terlalu lama bermain game online dapat menyebabkan anak menjadi hiperaktivitas, gangguan konsentrasi dan atensi serta kesulitan membangun empati dengan orang-orang sekitarnya. 

Orangtua sebaiknya tidak boleh terlalu cemas jika anaknya hobi bermain game online. Harus didukung, dibimbing dan diarahkan agar anak dapat berprestasi dan menjadi atlet eSport. Bermain game online dapat melatih kemampuan dalam memecahkan masalah, melatih kreativitas, mengendalikan emosi, membentuk sifat optimis dan pantang menyerah, menguatkan bonding antara anak dan orang tua bila orang tua main bareng game online bersama anak serta mengembangkan kemampuan bersosialisasi anak secara daring.

Advertisement

Selain memberikan batasan waktu bermain game online untuk anak, orang tua dapat menyimpan smartphone yang digunakan anak untuk bermain game online. Tujuannya agar si anak disiplin dan tidak tergoda untuk bermain game online melebihi batasan waktu yang sudah ditetapkan. Hal lain yang dapat dilakukan orang tua agar anaknya tidak kecanduan main game online, diantaranya adalah memilihkan paket games yang sesuai untuk anak, membiasakan anak melakukan aktivitas fisik setiap hari minimal selama 30 menit, menyibukkan anak dengan berbagai kegiatan positif yang disukai serta ikut bermain game online pada saat anak sedang bermain sehingga dapat membimbing dan mengarahkannya.

Dukung anak menjadi atlet eSport profesional melalui akademi eSport

Dulu bermain game hanya sebatas hobi saja tapi saat ini telah menjadi olahraga yang ditekuni secara profesional dan menjadi karir yang sangat menjanjikan. Meski demikian, tidak semua pemain game online dapat menjadi atlet eSport profesional. Untuk mendukung anak menjadi seorang atlet eSport profesional, orang tua bisa mendaftarkan anaknya di akademi eSport agar skill yang dimiliki si anak dapat semakin diasah.

Potensi industri eSport Indonesia terus mengalami peningkatan yang signifikan, bahkan di tengah pandemi COVID-19. Indonesia telah cukup banyak melahirkan atlet-atlet eSport membanggakan dan berprestasi internasional. Seperti dilansir dalam laman Kemenkraf go id, Indonesia memiliki atlet eSport yang sukses menorehkan prestasinya di luar negeri, diantaranya yaitu Kevin Susanto (bergabung dengan NG eSport asal Thailand), Muhammad Rizky (bergabung dengan tim eSport asal Korea Selatan, T1), Hansel Ferdinand (bergabung dengan tim Gen.G dari Amerika Serikat) dan Made Bagas Pramudita yang berhasil meraih penghargaan internasional dalam ajang The Esports Award 2020 kategori Esports Mobile Player of The Year.

Melihat deretan atlet eSport Indonesia yang berkiprah di luar negeri, menunjukkan bahwa industri ini memiliki peluang yang menjanjikan di masa depan. Karena itu, orang tua tak perlu ketakutan bila anaknya tertarik dengan game online atau olahraga eSport. Orang tua dapat mengarahkan anaknya agar potensi yang dimiliki si anak dapat dimaksimalkan dan keahlian anak dalam bermain game online terus diasah. Orang tua dapat mendorong si anak untuk tergabung dalam akademi eSport. 

Indonesia memiliki cukup banyak akademi eSport, di antaranya adalah R9 eSports Academy, LEAD by IndiHome, NXL eSports Center, eSports Academy ID, RRQ Academy dan masih banyak lagi. Akademi eSport tersebut ada yang berbayar dan ada pula yang gratis serta mengusung konsep Athlete Enablement dalam mendidik calon atlet eSport binaannya. Akademi eSport yang gratis menggunakan sistem kompetisi untuk bisa bergabung dalam akademi tersebut. Di akademi eSport, anak akan diasah keahliannya dan dapat berlatih tanpa batas. Akademi eSport membantu orang tua dan anak untuk mencapai impian si anak agar dapat menjadi atlet eSport profesional yang membanggakan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Lifestyle blogger dan freelancer yang senang traveling dan makan-makan

CLOSE