Gap Year Tidak Seburuk Itu Kok!

Kamu gapyear? Nggak papa, kamu masih bisa tetap meraih mimpimu kok.

Halo! Perkenalkan aku Aliyya Putri S, atau bisa dipanggil Caca. Yak, aku adalah salah satu pejuang gap year tahun 2021 silam. 

Advertisement

Sebelum masuk ke ceritaku, apa sih gap year itu? Gap year adalah ketika seseorang mengambil waktu selama setahun untuk beristirahat dari pendidikan formal. Jadi, gap year itu kondisi ketika kita mengambil jeda untuk tidak berkuliah setelah lulus SMA. Tetapi jangan salah, gap year bukan berarti buruk karena tidak kuliah, justru banyak hal yang bisa dilakukan selama setahun tersebut. Ada bermacam-macam alasan dibalik gap year. Ada yang karena ingin mengulang ujian tahun depan atau bisa jadi ada yang ingin fokus kerja dahulu. 

Pasti banyak yang mengira bahwa jika kita tidak kuliah itu sesuatu yang memalukan, padahal orang-orang pasti juga tidak semudah itu memutuskan untuk gap year. Tidak salah jika kita jadi merasa tertinggal dengan teman, malu karena belum mendapatkan kesempatan untuk kuliah, ataupun sedih karena belum bisa sesuai ekspetasi kita maupun orang tua. Akan tetapi, kita tidak boleh berlarut-larut memikirkannya. Walaupun mengambil gap year, kita juga bisa produktif. Nah, kali ini aku akan menceritakan tentang pengalamanku mengambil gap year.

Dimulai pada tahun 2021, aku lulus dari SMA. Aku mendapat kuota SNMPTN pada saat itu, tetapi sayangnya tidak lolos. Kemudian, aku mengejar SBMPTN, tetapi sayang sekali lagi, nilai UTBK-ku tidak mencukupi untuk lolos di jurusan yang aku inginkan. Lagi, aku mencoba lagi di Ujian Mandiri. Nihil, tidak ada universitas yang menerimaku. Saat itu, teman-teman seperjuanganku sudah berhasil diterima di jurusan dan universitas yang mereka inginkan. Iri? Tentu saja. Kesal? Mau bagaimana lagi, memang begini hasilnya. Capek? Banget. Sampai kesempatan terakhir, aku belum diterima. Dan pada akhirnya, aku memutuskan untuk gap year. Tidak bisa dipungkiri bahwa aku iri pada teman-temanku, dan ada juga sedikit perasaan malu. Tetapi tidak apa-apa, batinku, aku akan balas di ujian tahun depan. 

Advertisement

Selama satu tahun kurang aku menjalani gap year, aku tidak hanya diam saja di rumah. Memang susah awalnya. Ada fase dimana aku masih down karena hasil yang tidak memuaskan. Tidak apa-apa, semua pasti merasakan hal yang sama. Tidak salah untuk rehat sejenak, paling tidak 1-2 bulan. Akan tetapi, setelah itu harus bisa bangkit, bangkit melawan perasaan down ini.

Setelah merasa lebih baik, aku memutuskan untuk mengikuti bimbingan belajar (bimbel) untuk membantuku lebih menguasai materi yang di-ujian-kan. Aku fokus belajar, terus menerus, demi mengejar jurusan impian, atau begitu awalnya. Awalnya rajin, lama-lama lelah juga. Semakin banyak materi yang harus di-review ulang, semakin muak dengan materi yang susah, semakin besar usaha yang harus aku lakukan. Belajar, belajar, belajar. Semakin lelah, semakin susah untuk fokus. Pada akhirnya, masuk juga ke fase burnout. Ingin rasanya berhenti aja, benar-benar selelah itu.

Advertisement

Nggak boleh, pikirku. Ya jelas lah, nggak boleh. Sudah tau saingannya banyak, tetapi aku malah malas-malasan dan mogok belajar. Tetapi mau bagaimana lagi? Sudah secapek itu. Di poin ini, aku menyadari satu hal. Tidak cuma aku yang merasa seperti ini. Teman-teman seperjuangan baruku, teman satu bimbelku, pasti tidak sedikit yang merasakan burnout. Aku jadi merasa sedikit tenang karena aku tidak sendiri. Jika memang lelah, boleh istirahat sejenak, asal kembali lagi berprogres. Ini dan itu terjadi, sampai akhirnya ujian tiba. SBMPTN, aku gagal lagi. Baik, tidak apa-apa, masih ada Ujian Mandiri. Aku coba mengikuti ujian di berbagai universitas, tidak sedikit aku ditolak. Sampai kesempatan terakhir, akhirnya aku diterima. Oh, jadi begini rasanya diterima, batinku. 

Semua ini tidak akan terjadi tanpa dukungan dari kerabat dan teman terdekat. Satu hal yang paling aku syukuri adalah aku bertemu dengan teman bimbel yang sefrekuensi. Mereka benar-benar berperan besar, karena tanpa lingkungan yang nyaman, pasti aku susah untuk lepas dari burnout-ku saat itu. Lalu, juga dari keluarga. Walapun waktu itu aku sempat mogok belajar dan sedikit drama karena aku harus mengikuti keinginan orang tua terkait jurusan yang aku pilih, tetapi pada akhirnya yang banyak membantu adalah orang tua. Setidaknya, aku harus membanggakannya, meskipun awalnya terpaksa, tetapi aku yakin restu mereka adalah yang terpenting, dan aku masih punya banyak pilihan kedepannya. Progresnya memang melelahkan, menyakitkan bahkan. Yah, namanya juga hidup, nanti pasti juga akan ada balasannya yang lebih baik. 

Nah, segitu aja nih cerita dari aku. Apa yang bisa aku dapat dari gap year? Aku bisa meng-upgrade diri lebih lanjut, bisa dapat banyak teman baru, dan punya banyak waktu untuk melakukan hal-hal yang sebelumnya tidak bisa dilakukan karena sibuk sekolah. Jangan anggap gap year itu percuma, tergantung dari orangnya, apakah dia mau produktif atau tidak. Jangan dengarkan kata-kata buruk orang, kamu lebih baik dari mereka yang hanya bisa mencerca. Jika ada hal yang kusesali, itu karena aku kurang maksimal dalam memanfaatkan waktuku. Jadi jangan takut dan malu apabila benar-benar ingin mengambil gap year, karena.. gap year tidak seburuk itu kok!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini