Labilnya keinginan untuk membuat tujuan dan juga berperan sebagai remaja seringkali membuat seseorang ingin mengambil banyak sekali kegiatan. Menggeluti basket, sains, komputer, organisasi sekolah, dan banyak lain hal sekaligus. Akhirnya tak jarang hal tersebut membuat seorang remaja menjadi sangat aktif dan membuat badan mereka menjadi begitu mudah berkeringat. Ternyata hal ini dapat menyebabkan suatu hal serius yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi.
Ini adalah sebuah pengalaman yang pernah kualami saat masih kelas 2 SMA. Awalnya hanya terasa gatal seperti kulit pipi yang baru disentuh seekor nyamuk. Meski hanya gatal, tetapi kejadian gatal tersebut terjadi pada bagian kulit yang dekat dengan alat reproduksi, tepatnya di bagian pangkal paha. Lalu karena terasa sangat gatal, akhirnya aku garuk pada bagian kulit tersebut. Setelah digaruk, rasa gatal tersebut bukannya mereda, malah sebaliknya – semakin menjadi-jadi.
Usiaku saat itu masih pada fase remaja pertengahan, sekitar usia 16 tahun. Kondisi mental masih sangat labil, tak jarang untuk selalu mengutamakan emosi ketimbang pikiran. Akhirnya hasrat untuk menggaruk sangat sulit dihentikan. Pikiran bahwa menggaruk hanya nikmat sesaat tidak pernah menghampiri. Isi kepala tertipu dengan nikmat sementara. Padahal menggaruk pada kulit yang sensitif itu membuat dampak yang sangat buruk untuk masa yang akan datang.
Tiga hari setelah kejadian gatal pertama, aku tidak pernah berpikir bahwa kondisi gatal tersebut adalah awal dari sesuatu yang serius. Aku menjalani hari-hari dengan normal, dengan arti “Kalau gatal, yaudah gatal biasa. Garuk aja nanti juga hilang gatalnya”.
Hingga aku sampai pada hari keempat, aku menyadari bahwa rasa gatal tersebut berubah menjadi rasa perih. Memakai celana dalam adalah kegiatan yang menyiksa. Bahkan aku harus sampai memakai benda tersebut dengan sangat perlahan. Setelah aku lihat dari jarak yang cukup dekat, ternyata bagian kulit tersebut sudah lecet. Banyak bagian kulit yang sudah berubah warna menjadi merah. Lampu merah pertama sudah mulai menyala.
Awalnya aku menafsirkan kejadian tersebut hanya sebagai akibat dari kegiatan menggaruk. Akhirnya solusi yang kupilih hanya berhenti menggaruk dan memberikan bedak pada bagian kulit yang lecet (saran ibu, sebagai anak SMA aku hanya menurut saja). Anehnya, kulit merah itu tidak kunjung menjadi baik.
Bayangkan saat duduk di kelas sambil merasakan rasa perih di bagian sensitif tersebut, bikin gila! Menjadi sulit fokus, apalagi kelas yang sedang berlangsung adalah kelas fisika. Selama kejadian ini aku sering sekali pergi ke toilet hanya untuk melonggarkan celana dalam. Kenapa? Karena rasanya celana dalam sedang menekan bagian kulit yang sudah merah sangat sakit!
Setelah kejadian itu, aku menjalani sehari-hari dengan tak biasa. Aku tak memakai celana dalam lagi. Aku hanya memakai boxer karena ruang yang diberikan oleh celana dalam sangat sempit sehingga sirkulasi udara pada bagian kulit tersebut menjadi sangat sedikit dan akhirnya menjadi lembab. Pada bagian ini aku mulai menyadari bahwa sesuatu yang serius terjadi pada bagian kulitku yang sensitif itu.
Ya! Ternyata memang sangat serius. Kulit bagian pangkal pahaku terkena jamur. Titik cerahnya terlihat saat aku mulai menyadari bahwa celana dalam membuat bagian kulit tersebut lembab. Penyebab lainnya adalah karena kondisi celana dalam sering sekali basah karena keringat atau bekas air setelah buang air besar.
Kondisi tubuhku saat itu bisa dibilang gendut. Akhirnya banyak kulit yang saling bertemu. Kamu tau, orang gendut biasanya memiliki lipatan di beberapa bagian. Dan pada bagian yang kualami gatal tersebut memiliki lipatan juga, yang akhirnya ruang untuk sirkulasi udara semakin kecil dan membuat cepat lembab.
Setelah kulit menjadi lembab, jamur berkemungkinan sangat besar untuk tumbuh di sana dan masalah besar akan segera datang. Masalah ini akan mempengaruhi juga pada bagian alat reproduksi karena letak mereka cukup berdekatan. Jika dibiarkan, jamur bisa saja mencapai bagian reproduksi.
Menyadari hal itu, aku mulai mengganti celana dalam dengan boxer untuk sementara. Aku juga mulai membiasakan diri untuk membuat bagian sensitif tersebut untuk selalu kering dan rajin membersihkan seluruh badan saat tubuh sudah berkeringat. Setelah beberapa minggu, kulitku mulai membaik. Syukurlah, jamur perlahan menghilang, kulit lecet mulai terlihat membaik, dan alat reproduksi masih terjaga.
Saat itu, rasa trauma akan gatal yang sangat perih tersebut masih membekas. Pada beberapa minggu saat sudah membaik aku masih belum berani memakai celana dalam. Rasanya aku ingin benar-benar pulih dulu. Tapi setelah berkonsultasi dengan dokter, ternyata memang sudah membaik dan akhirnya kulitku kembali normal.
Pengalaman ini menjadi pengalaman penting buatku pribadi dan bisa dijadikan sebagai pelajaran untuk para pembaca. Sebagai seseorang yang sangat mudah berkeringat, aku menjadi sadar akan kebersihan diri hingga pada bagian yang sering dilupakan. Pengalaman ini mengundang banyak hikmah. Kebiasaan untuk rajin membersihkan diri terutama pada bagian reproduksi menjadi salah satunya.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”