Globalisasi Akibatkkan Generasi Milenial Lupa Pancasila ?

Globalisasi merupakan gejala mengglobalnya budaya sosial antar bangsa sehingga kultur antar bangsa di dunia seolah-olah melebur menjadi satu.

 

Advertisement

Manusia Indonesia mempunyai naluri, akhlak, daya pikir, dan kesadaran akan keberadaannya yang serba terhubung dengan alam semesta.. Kesadaran ini menumbuhkan rasa untuk mempertahankan eksistensi dan kelangsungan hidupnya dari generasi ke  generasi.

Setelah puluhan tahun lahirnya Pancasila dari  tahun 1945 hingga saat ini, semua negara di dunia    mengalami pengembangan yang pesat dalam berbagai  bidang  kehidupan tak terkecuali teknologi informasi. Masuknya era globalisasi    menjadikan bangsa dunia hampir tidak memiliki batas. Dambak baik dan buruknya globalisasi tentu akan selalu ada. Kondisi bangsa saat ini mencerminkan adanya penyimpangan dari Pancasila tidak sesuai dengan nilai seharusnya. Namun masih ada upaya untuk meluruskan  kembali terhadap  nilai-nilai Pancasila.

Kelangsungan hidup negara dan bangsa Indonesia di era globlalisasi, mengharuskan kita untuk menjaga nilai-nilai Pancasila, agar generasi penerus bangsa tetap dapat  menghayati  dan mengamalkannya  serta agar sari nilai-nilai luhur pancasila itu tetap terjaga dan menjadi pedoman bangsa Indonesia sepanjang masa.

Advertisement

Globalisasi  merupakan  gejala mengglobalnya budaya sosial antar bangsa sehingga kultur antar bangsa di dunia seolah-olah melebur menjadi satu.  Akibatnya hubungan antar bangsa semakin dekat. Dampak positif globalisasi bagi Indonesia yaitu meningkatakan Semangat kompetitif untuk mampu bersaing di dunia internasional. Menciptakan kemudahan dan kenyamanan hidup dengan kemajuan di bidang informasi, komunikasi dan transportasi. Menumbuhkan sikap terbuka untuk mengenal dan menghormati perbedaan dan kelebihan dalam kehidupan manusia sebagai individu maupun bangsa.

Globalisasi memberikan kesematan untuk mengakses ilmu pengetahuan seluas-luasnya melalui jaringan internet. Terbukanya mobilitas sosial dimana jarak tidak lagi menjadi permasalahan.

Advertisement

 Sedangkan dampak negatif gobalisasi bagi bangsa Indonesia yaitu adanya pergeseran nilai budaya, sosial dan gaya hidup masyarakatnya. Jika dibandingkan dengan dampak positif dari globalisasi seharusnya dampak negatif globalisasi bisa diatasi dengan mudah, namun melihat prilaku dan kepribadian masyarakat Indonesia  saat ini tidak sesuai dengan  nilai-nilai Pancasila. Memang tidak semua masyarakat yang terpengaruh dampak negatif , melainkan generasi muda yaitu generasi milenial. 

Generasi milienial atau generasi Y yang saat ini berumur antara 18–36 tahun, merupakan generasi di usia produktif. Generasi yang akan memainkan peranan penting dalam kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Keunggulan generasi ini memiliki kreativitas tinggi, penuh percaya diri serta terkoneksi antara satu dengan lainnya. Namun, karena hidup di era yang serba otomatis, generasi ini cenderung mudah terpengaruh, menginginkan sesuatu yang serba instan, didapatkan secara cuma-cuma.  Namun dengan perkembangan teknologi komunikasi saat ini, ternyata hal itu masih belum mampu mendekatkan dan menyatukan anak bangsa.

Era komunikasi terbukti memberi jaminan akses dan kecepatan memperoleh informasi. Akan tetapi, seringkali menciptakan jarak serta membuat tidak komunikatif. Bahkan, berujung dengan rusaknya hubungan antar sesame mereka. Teknologi komunikasi dan informasi telah mengubah perang konvensional menjadi perang modern dengan menggunakan teknologi, media massa, internet (cyber war). Sasarannya sangat jelas yaitu budaya, ideologi, lingkungan, politik dan karakter dari manusia Indonesia.

Jika kita tidak mulai berubah atau mulai belajar dari ini semua, kapan kita akan menjadi negara maju ataukah rencana Indonesia menjadi negara maju pada 2045 hanya menjadi wacana. Hanya waktu yang dapat menjawab semuanya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang Mahasiswa Brawijaya, Prodi Agroekoteknologi, angkatan 2017

CLOSE