Terima Kasih Sudah Ghosting. Berkatmu Sekarang Aku Punya Alasan untuk Semakin Glowing

glowing setelah ghosting

Aku masih ingat kata-katamu waktu itu bahwa kamu akan segera meresmikan hubungan ini. Meski lagi-lagi kamu bilang waktunya bukan sekarang. Entah kenapa aku hanya bisa percaya begitu saja. Aku selalu terkesan tidak sabaran karena terus-terusan meminta kejelasan atas hubungan kita. Memang siapa yang tahan digantung lama-lama?

Advertisement

Dari awal perjumpaan kita, aku memang tertarik dengan dirimu. Kamu yang tinggi dan senyummu yang manis. Kamu juga selalu membantu teman-teman tanpa pamrih. Memang sih, kamu terlihat cukup misterius. Tapi itu yang malah bikin aku penasaran. Saat itu aku belum berani terlalu dekat denganmu karena statusku masih milik orang lain. Hingga akhirnya saat kita berkumpul bersama teman-teman, salah satunya nyeletuk padaku “Kamu kok putus?”. Akhirnya malam itu juga kamu tiba-tiba mengirimkan aku pesan.


“Belum tidur?”


Aku yang masih kalut karena baru saja putus cinta langsung sumringah melihat pesan ini. Akhirnya orang yang aku kagumi datang sendiri. Kita saling bertukar pesan sampai tengah malam hingga kamu akhirnya bilang “Kayaknya chat kita lanjut WA aja ya!”.

Advertisement

Akhirnya setiap hari kita rajin membalas pesan dan seminggu kemudian kita bertemu. Banyak cerita yang ku lontarkan. Hingga pertanyaan “Kenapa kamu chat aku?”. Kamu hanya menjawab “Cuma iseng doang”.

Kamu juga bilang bahwa aku datangnya terlambat karena saat itu kamu sudah PDKT-an dengan junior di kampus. Tapi kamu selalu membalas pesanku dan mengajak aku nonton hingga makan bareng. Hingga puncaknya kamu menghilang hampir seharian tanpa kabar. Aku sudah was-was. Dalam hatiku mengira bahwa kamu sudah memantapkan hati pada juniormu. Hingga malamnya kamu baru membalas pesanku dan bilang bahwa akhirnya kamu lebih memilih aku.

Advertisement

Alasannya karena juniormu tidak sabaran ketika kamu lama membalas pesannya. Makanya kamu tidak ingin melanjutkan pdkt-an lagi dengannya. Waktu berlalu, aku fokus bekerja, sedangkan kamu baru mulai menggarap skripsi. Aku tahu kamu akan super sibuk. Aku hanya meminta agar kamu selalu berkabar sebelum melakukan kegiatan yang memakan waktu lama. Aku juga tidak masalah jika kita cukup bertemu seminggu sekali.

Ketika bertemu kamu ajak aku keliling dengan motormu. Tak jarang kamu selalu memerhatikan wajahku yang saat itu sedang berjerawat. Maklum, kulitku memang acne prone. Kamu bilang bahwa aku harus mengobati jerawatku. Aku hanya tersenyum kecut, karena aku sudah melakukan segala upaya agar wajahku bisa mulus. Lambat laun kamu semakin fokus dengan skripsimu. Bisa setengah hari sekali baru bertukar kabar. Hingga akhirnya aku memberanikan diri untuk meminta kejelasan hubungan kita. Kamu malah selalu mengalihkan pembicaraan.

Akhirnya karena aku sudah tidak tahan lagi aku berkata, “Oh, berarti kamu nggak serius?”

Sejak saat itu pesanku tidak dibalas lagi. Aku masih tidak menyerah. Hingga dua hari kemudian kamu bilang tersinggung dengan perkataanku. Aku langsung meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi lagi. Tapi kamu malah semakin menghilang. Semua pesanku tidak ada yang kamu baca. Aku pun semakin merasa bersalah. Namun, dalam hatiku selalu bertanya-tanya “Apakah memang benar karena perkataanku waktu itu?”

Seminggu, sebulan, tiga bulan, masih tidak ada kabar darimu. Satu pesanku tidak ada yang kamu balas. Padahal media sosialmu aktif dan sering melihat postinganku. Setiap hari aku hanya bisa menangis dan menyesal. Hingga genap setahun berlalu.

Selama itu aku mulai berbenah diri. Mulai dari memakai skin care, olahraga, hingga produktif membuat karya dengan tulisan-tulisanku. Aku tidak peduli dengan dirimu lagi. Bahkan aku sudah menghapus pertemanan kita di media sosial. Tiba-tiba kamu datang lagi dengan mengikuti media sosialku. Tidak jarang kamu masih basa-basi mengirim pesan seperti “belum tidur?”. Tapi aku tidak membalas pesan itu. Setiap aku membuat status di media sosial, kamu selalu memberi emotikon. Aku langsung menghapus ruang obrolan denganmu.

Mungkin jika kita jadi berpacaran, aku tidak akan seproduktif sekarang. Mungkin aku jadi bucin padamu. Tapi lihat aku sekarang. Aku bisa melakukan apa pun sendiri sesuai keinginanku. Aku sudah glow up luar dalam. Tolong jangan kembali lagi seolah-olah tidak ada yang terjadi kemarin.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penulis lepas yang lebih banyak menulis konten traveling dan kuliner karena suka jalan-jalan sambil cari makanan.

CLOSE